TEMPO.CO, Jakarta - Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 telah usai digelar di Bali dan sebagian delegasi telah beranjak pulang. Tapi masih ada yang tersisa dari itu, salah satunya adalah penghitungan jejak karbon atau carbon footprint offset yang ditinggalkan pascaacara itu.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjalin kerja sama dengan Jejak.in untuk merekam jejak emisi karbon itu sebagai upaya mewujudkan konsep pariwisata berkelanjutan yang ramah lingkungan. "Kami menugaskan Jejak.in untuk menghitung berapa emisi karbon dari G20 ini dan kira-kira G20 ini apakah telah berhasil meng-offset dari segi emisi karbon," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno saat bertemu dengan Founder dan CEO Jejak.in Arfan Arlanda di Dua Kafe Nusa Dua, Bali, Rabu, 16 November 2022.
Sandiaga mengatakan penghitungan carbon footprint ini bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Jejak karbon disebut juga sebagai jumlah dari gas rumah kaca yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia tersebut. Fefoneman gas rumah kaca bisa menyebabkan beragam dampak buruk kepada lingkungan, mulai dari pemanasan global, perubahan iklim yang ekstrem hingga rusaknya ekosistem. Jejak karbon akan dihitung dengan banyaknya kandungan karbon dioksida dalam satuan ton.
Menurut Sandiaga, hasil penghitungan tersebut akan diumumkan pada Asean Travel forum 2023 pada Februari 2023. "Jadi ini adalah gold standard dari event berkelas dunia di mana sustainable tourism ini mengharuskan kita untuk memiliki konsep green MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition)," kata dia.
Pengembangan sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan, kata Sandiaga, merupakan hal yang sangat penting bagi upaya membangkitkan sektor parekraf dan membuka lapangan kerja di Indonesia. "Kami sangat optimistis dan melihat ada sekitar tiga juta lapangan kerja yang bisa diciptakan melalui pariwisata berkelanjutan. Karena ini melingkupi sektor pertanian, industri perhotelan, serta restoran dan kafe yang bisa onboard," ujarnya.
CEO Jejak.in iArfan Arlanda menyatakan pihaknya siap melaksanakan kolaborasi yang telah disepakati dengan Kemenparekraf. "Kami provide teknologinya untuk menghitung berapa emisi (karbon) semua kegiatan wisata di Indonesia kemudian kami juga support untuk mengajak (wisatawan) berkontribusi dalam kegiatan hijau seperti menanam pohon di semua daerah destinasi wisata," kata Arfan.
Dalam forum B20 sebelumnya, Sandiaga juga sempat mengingatkan para delegasi untuk menanam pohon mangrove per orang sebanyak 64 batang. Penanaman itu untuk "membayar" jejak karbon yang dihasilkan selama perjalanan ke Bali menggunakan pesawat. "Saya ingatkan kalian (peserta forum B20) harus menanam pohon sebanyak 64 lebih karena itu berdasarkan hitungan calculator carbon footprint. Terbang dari luar negeri yang jauh-jauh itu kewajibannya 64 pohon, walaupun saat ini sifatnya masih opsi," kata Sandiaga. Delegasi bisa memilih menanam pohon bakau di Taman Nasional Bali Barat, Taman Hutan Raya Ngurah Rai dan beberapa lokasi lainnya.
Baca juga: 5 Cara Mengurangi Jejak Emisi Karbon Sebagai Pelancong
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.