TEMPO.CO, Jakarta - Isu resesi global pada 2023 dikhawatirkan bakal turut berpengaruh pada kunjungan wisatawan mancanegara ke Yogyakarta. Dinas Pariwisata DI Yogyakarta dan Keraton Yogyakarta mencoba menyusun langkah untuk menjaga sektor wisata yang tengah stabil agar tak ikut terdampak resesi itu ketika berlangsung masif.
"Walau terdapat ancaman resesi global pada 2023, itu justru menjadi tantangan untuk Yogya mendorong wisatawan domestik menggeliat," kata Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) DI Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, Ahad, 30 Oktober 2022.
Untuk menggenjot wisatawan domestik agar dapat merencanakan kunjungan ke Yogyakarta lebih masif, ujar Bendara, perlu dibuat semacam paket yang membuat wisatawan tak hanya berkunjung ke objek wisata yang sudah terkenal saja. Misalnya, saat ini kunjungan wisatawan ke Yogyakarta masih didominasi destinasi seperti Keraton atau Malioboro.
Padahal, menurut Bendara, ada banyak kampung atau desa wisata di Yogyakarta yang tak kalah menarik. Karena itu, hal yang akan dilakukan adalah membuat semacam branding pada destinasi kampung atau desa wisata itu dengan memanfaatkan ikon wisata yang sudah mapan atau terkenal.
Misalnya, kata Bendara, Keraton Yogyakarta yang menjadi satu ikon wisata di Yogya, bisa menjadi pemantik untuk kunjungan ke kampung wisata sekitarnya. Tujuannya terntu meningkatkan lama tinggal wisatawan dari paket yang dibuat itu.
"Jadi kami mencoba paling tidak kampung-kampung yang radiusnya masih sekitar 1.000 meter dari Keraton Yogyakarta kami angkat promosinya, seperti di Kampung Wisata Gedongkiwo, yang masih ada benang merahnya dengan Keraton Yogyakarta, " kata Bendara.
Di Kampung Wisata Gedongkiwo itu terdapat kediaman pangeran Keraton Yogyakarta bernama Ndalem Suryowijayan dan Ndalem Condronegaran. Di kampung yang berada di Jalan Suryowijayan, Gedongkiwo, Kota Yogyakarta itu juga terdapat tempat tinggal almarhum Mien Brodjo, salah satu seniman lukis kondang asal Yogya.
Rumah tersebut saat ini dihuni oleh putri sulungnya yang selanjutnya membuka kediaman ibunya sebagai tempat usaha kafe.
"Kampung wisata dapat menjadi tujuan baru wisata, yang perlu digarap promosi secara digital seperti mengaktifkan media sosial,” kata Bendara. "Lewat branding kampung kampus wisata ini kami menargetkan lama tinggal wisatawan paling tidak bisa dua malam".
Bendara menuturkan ada banyak kampung wisata di sepanjang kawasan sumbu filosofis yang diantaranya melintasi Tugu Yogyakarta-Malioboro-Keraton Yogyakarta-Panggung Krapyak. Kampung-kampung wisata itu bisa di-branding lebih gencar memanfaatkan ikon destinasi terdekatnya.
Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Rahardjo mengatakan branding destinasi di Yogyakarta bisa lebih efektif saat ini dengan memanfaatkan teknologi informasi yang sudah dikembangkan, seperti aplikasi Visiting Jogja. Dari aplikasi itu, wisatawan bisa lebih mudah mencari informasi beragam destinasi alternatif dan menjadwalkan kunjungannya jauh jauh hari.
Baca juga: Musim Hujan, Angka Kunjungan Wisatawan ke Yogyakarta Tetap Naik
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.