Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kota Yogyakarta Berusia 266 Tahun Hari Ini, Begini Sejarah Hari Jadinya

image-gnews
Susunan kudapan berbentuk Candi Prambanan  dipamerkan dalam pertemuan pelaku industri kuliner dari berbagai provinsi di Yogyakarta 4-7 Oktober 2022. Tempo/Pribadi Wicaksono
Susunan kudapan berbentuk Candi Prambanan dipamerkan dalam pertemuan pelaku industri kuliner dari berbagai provinsi di Yogyakarta 4-7 Oktober 2022. Tempo/Pribadi Wicaksono
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Lini massa Twitter ramai tagar #Yogyakarta sejak Jumat pagi, 7 Oktober 2022. Ramai ucapan Kota Yogyakarta dari pengguna media sosial bersamaan hari jadi ke-266 kota itu. Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya mengajak masyarakat dan wisatawan bisa berpartisipasi dalam rangkaian HUT Yogyakarta 2022 yang mengusung tema Sulih Pulih Luwih.

"Ulang tahun Kota Yogya bersamaan melandainya kasus Covid-19 dan pulihnya ekonomi tahun ini, kami harap bisa dinikmati dan dirayakan warga termasuk wisatawan," kata Aman, tiga hari lalu. 

Sejarah hari jadi Kota Yogyakarta yang jatuh setiap 7 Oktober memiliki cerita tersendiri. Pemerintah Kota Yogyakarta mencatat berdirinya kota gudeg ini berawal dari Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755 yang ditandatangani Nicholas Hartingh, Gubernur Jenderal VOC untuk Jawa Utara, atas nama Gubernur Jendral VOC Jacob Mossel. 

Isi Perjanjian Giyanti itu menjabarkan bahwa Negara Mataram saat itu dibagi dua. Setengah masih menjadi hak Kerajaan Surakarta, setengahnya lagi Pangeran Mangkubumi. Dalam perjanjian itu pula Pangeran Mangkubumi diakui menjadi raja atas setengah daerah pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.

Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah wilayah mancanegara yaitu Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, hingga Grobogan.

Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I saat itu segera menetapkan bahwa daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta atau Yogyakarta. Ketetapan ini diumumkan pada 13 Maret 1755.

Tempat yang dipilih menjadi ibu kota dan pusat pemerintahan ini ialah hutan yang disebut Beringin, sebuah desa kecil bernama Pachetokan, suatu kawasan di antara Sungai Winongo dan Sungai Code. Sedang di sana terdapat suatu pesanggrahan dinamai Garjitowati, yang dibuat Susuhunan Paku Buwono II dulu dan kemudian namanya diubah menjadi Ayodya. 

Setelah penetapan tersebut diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera memerintahkan kepada rakyat agar membabat mbabad hutan tadi untuk didirikan keraton. Sebelum keraton itu jadi, Sultan Hamengku Buwono I menempati Pasanggrahan Ambarketawang di Gamping, yang saat itu juga tengah dikerjakan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pesanggrahan tersebut resmi ditempati pada 9 Oktober 1755. Dari tempat inilah Sultan HB I selalu mengawasi dan mengatur pembangunan keraton yang sedang dikerjakan. Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I memasuki istana baru, sehingga . Sehingga berdirilah Kota Yogyakarta atau dengan nama utuhnya, Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. 

Pesanggrahan Ambarketawang ditinggalkan sultan untuk berpindah menetap di keraton yang baru. Peresmian Kota Yogyakarta terjadi pada 7 Oktober 1756, bersamaan dengan dibangunnya Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di Hutan Beringin. 

Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DIY dari Presiden RI Soekarno. Selanjutnya pada 5 September 1945  Soekarno mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah Kesultanan dan Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945.  

Pada 30 Oktober 1945, Soekarno mengeluarkan amanat kedua yang menyatakan bahwa pelaksanaan pemerintahan di DIYogyakarta akan dilakukan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional.

PRIBADI WICAKSONO

Baca juga: Kota Yogyakarta Trending di Twitter, Deretan Tokoh Wayang Ini Bakal Warnai Karnaval Besar Lintasi Tugu Jogja

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jaga Sumbu Filosofi Steril Alat Peraga Kampanye Pilkada, Yogyakarta Revisi Aturan

2 hari lalu

Bus Jogja Heritage Track (JHT) beroperasi dengan rute kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jaga Sumbu Filosofi Steril Alat Peraga Kampanye Pilkada, Yogyakarta Revisi Aturan

Kawasan Sumbu Filosofi merujuk garis imajiner yang membentang dari Tugu Yogyakarta-Malioboro-Keraton- Panggung Krapyak Yogyakarta.


Panduan Liburan ke London Bersama Keluaga

2 hari lalu

Tower of London. Unsplash.com/Gavin Allanwood
Panduan Liburan ke London Bersama Keluaga

Kalau ingin mengunjungi London untuk liburan bersama keluarga, penting untuk membuat rencana perjalanan dengan baik


Sultan HB X Minta Para Politisi Ikut Jaga Yogyakarta Tetap Aman selama Pilkada

3 hari lalu

Jalan Malioboro Yogyakarta. TEMPO/Mila Novita
Sultan HB X Minta Para Politisi Ikut Jaga Yogyakarta Tetap Aman selama Pilkada

Yogyakarta yang memiliki destinasi populer di tiap kabupaten/kota dinilai butuh suasana kondusif termasuk dalam momentum Pilkada ini.


Kerap Disambangi Wisatawan, Pasar Ngasem akan Beroperasi Malam Hari

7 hari lalu

Wisatawan mancanegara saat berbelanja ragam kuliner di Pasar Ngasem Kota Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Kerap Disambangi Wisatawan, Pasar Ngasem akan Beroperasi Malam Hari

Pasar Ngasem menjadi jujugan wisatawan mancanegara dan domestik karena lokasinya dekat destinasi Taman Sari,


Selain Gratiskan Tiket, Benteng Vredeburg Yogyakarta Sediakan Layanan Antar Jemput Kelompok Rentan

9 hari lalu

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Selain Gratiskan Tiket, Benteng Vredeburg Yogyakarta Sediakan Layanan Antar Jemput Kelompok Rentan

Kelompok rentan disabilitas, lanjut usia, juga ibu hamil bisa menikmati layanan antar-jemput Benteng Vredeburg Yogyakarta mulai awal Agustus 2024


Afnan Hadikusumo Daftar Pilkada Kota Yogya, Cucu Sultan HB X Ikut Mengantar

9 hari lalu

Cucu Raja Keraton Yogyakarta Raden Mas Gustilantika Marrel Suryokusumo atau Gusti Marrel (tengah) turut mengantarkan pasangan M. Afnan Hadikusumo-Singgih Raharjo mendaftarkan diri sebagai bakal calon walikota-wakil walikota ke KPU Kota Yogyakarta Rabu 28 Agustus 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Afnan Hadikusumo Daftar Pilkada Kota Yogya, Cucu Sultan HB X Ikut Mengantar

Cucu salah satu tokoh Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo, M. Afnan Hadikusumo mendaftarkan diri sebagai peserta Pilkada Kota Yogyakarta


Pj. Gubernur Papua Barat di Acara Fordasi 2024: Ikatan Spiritual Memperkuat Bangsa

10 hari lalu

Penjabat Gubernur Papua Barat Ali Baham Temongmere (kanan) berfoto bersama saat Forum Desentralisasi Asimetris Indonesia (FORDASI) 2024, berfoto bersama di Yogyakarta, 29 Agustus 2024. Dok. Pemprov Papua Barat
Pj. Gubernur Papua Barat di Acara Fordasi 2024: Ikatan Spiritual Memperkuat Bangsa

Papua Barat mempunyai kandungan yang sangat kaya akan potensi hayati berupa kopi dan kakao berkualitas tinggi.


Empat Keraton di Kota Cirebon yang Masih Eksis, Dongkrak Kunjungan Wisata

11 hari lalu

Bangunan Keraton Kasepuhan yang dibangun oleh Panembahan Pakungwati I tahun 1529 di Cirebon, Jawa Barat, (26/1). Keraton kerajaan Islam ini merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati yang dibangun oleh Pangeran Cakrabuana. TEMPO/Prima Mulia
Empat Keraton di Kota Cirebon yang Masih Eksis, Dongkrak Kunjungan Wisata

Keempat keraton di Kota Cirebon antara lain Keraton Kacirebonan, Keraton Kasepuhan Cirebon, Kanoman dan Kaprabonan.


Aksi Panggung Guru se-Indonesia Menarasikan Sejarah Kemerdekaan di Taman Budaya Yogyakarta

12 hari lalu

Aksi panggung para guru di Taman Budaya Yogyakarta memperingati momentum kemerdekaan Sabtu (24/8). Tempo/Pribadi Wicaksono
Aksi Panggung Guru se-Indonesia Menarasikan Sejarah Kemerdekaan di Taman Budaya Yogyakarta

Ratusan guru memperingati momen kemerdekaan Indonesia dengan aksi panggung Menemukan Kembali Indonesia.


Tuai Kecaman karena Larang Paskibraka Pakai Jilbab, Begini Sejarah Terbentuknya BPIP

22 hari lalu

Ketua BPIP, Yudian Wahyudi pada acara penyerahan duplikat bendera pusaka kepada bupati dan walikota seluruh Indonesia dari BPIP di Balai Samudera, Jakarta Utara, Rabu, 7 Agustus 2024. TEMPO/Andi Prasetyo
Tuai Kecaman karena Larang Paskibraka Pakai Jilbab, Begini Sejarah Terbentuknya BPIP

BPIP merupakan lembaga yang bertanggung jawab kepada Presiden dan bertugas membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila