Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tak Sekadar Kampung Wisata, Desa Panggungharjo Bantul Garap Layanan Sampah Digital

image-gnews
Sejumlah mahasiswa menyambangi pusat pengelolaan sampah mandiri di Desa Wisata Panggungharjo Sewon Bantul yang menerapkan layanan digitalisasi Senin, 19 September 2022. Tempo/Pribadi Wicaksono
Sejumlah mahasiswa menyambangi pusat pengelolaan sampah mandiri di Desa Wisata Panggungharjo Sewon Bantul yang menerapkan layanan digitalisasi Senin, 19 September 2022. Tempo/Pribadi Wicaksono
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Desa Panggungharjo Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta kembali membuat gebrakan setelah sukses melahirkan destinasi keluarga bernama Kampoeng Mataraman yang populer. Desa wisata yang berlokasi di Kecamatan Sewon, perbatasan dengan sisi selatan Kota Yogyakarta itu awal pekan ini menggarap layanan pengelolaan dan pengangkutan sampah secara digital melalui platorfm aplikasi Pasti Angkut. 

Pengelolaan sampah secara digital itu diluncurkan seiring berulangnya persoalan sampah di Yogyakarta pada belakangan ini yang tak hanya berpotensi mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan, namun juga berpotensi mencoreng sektor wisata wilayah itu.

"Layanan pengelolaan sampah melalui aplikasi ini sasarannya perubahan perilaku pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga yang selama ini jarang atau bahkan tidak pernah diintervensi pemerintah," kata Kepala Desa Panggungharjo Wahyudi Anggoro Hadi, Senin, 19 September 2022.

Dari layanan sampah secara digital ini, kata Wahyudi, masyarakat, termasuk wisatawan yang sedang berkunjung ke Yogyakarta bisa bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkannya. “Pengelolaan sampah di tingkat hulu atau rumah tangga selama ini dibiarkan sehingga berdampak makin besarnya anggaran dari pemerintah hanya untuk berfokus memindah sampah itu dari penampungan ke tempat pembuangan,” ujarnya.

Lewat aplikasi ini, Pemerintah Desa Panggungharjo yang sudah memiliki sentra pengolahan sampah mandiri itu menawarkan pengangkutan sampah rumah tangga dengan ongkos proporsional secara praktis. "Masyarakat atau wisatawan yang sedang berlibur cukup lama, tinggal unduh layanan aplikasi itu, lalu memasukkan data diri kemudian tinggal order pengakutan dan pengolahan sampah rumah tangga sesuai kebutuhannya," kata dia. 

Adapun untuk tarif pengangkutan sampah ini, kata Wahyudi, sangat fleksibel tergantung beratan sampah yang dibuang. Untuk satu kilogram sampah yang akan diangkut dihargai Rp 1.000.

"Kategori yang dihitung sebagai sampah adalah bahan-bahan yang sudah tidak bisa diolah, jadi ketika masyarakat bisa memilah sampah sesuai jenisnya, biayanya akan sangat hemat," kata Wahyudi.

Ia mencontohkan selama ini rumah tangga seringkali mencampuradukkan sampahnya, baik itu kertas-karton, plastik sampai sampah organik. Padahal sampah kertas dan plastik masih bisa didaur ulang.

Berbeda dengan sampah residu seperti bekas pembalut yang tak bisa didaur ulang. "Seharusnya sampah itu bisa dipiliah dalam tiga kategori yakni basah, daur ulang dan residu," kata Wahyudi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika skema pemilahan ini dijalankan, menurut Wahyudi, maka pengambilan sampah basah tidak akan dipungut biaya, sedangkan jenis sampah daur ulang justru akan dibeli. "Hanya sampah residu seperti pampers, pembalut, kain yang dibayar jasanya oleh masyarakat," ujarnya.

Wahyudi menuturkan jika dikalkulasi, konsep layanan sampah digital desa itu jauh lebih murah dibandingkan dengan pembayaran sampah konvensional secara bulanan di Yogyakarta yang umumnya berkisar Rp 25-50 ribuan per rumah tangga. Dengan rata-rata residu satu keluarga sebesar 10-12 persen dari 2,5 kilogram sampah harian yang dihasilkan, setelah dipilah masyarakat bisa hanya membayar jasa angkut sampah yang tidak sampai Rp 10.000 per bulan.

Wahyudi menyebut penetapan tarif proporsional dalam skema disintensifikasi pengambilan sampah berkaca pada pengalaman pengelola Kelompok Usaha Pengelola Sampah (KUPAS) Desa Panggungharjo.

Sejak kehadiran KUPAS pada 2012, desa itu mencoba memberi insentif pada keluarga yang memilah sampahnya namun hanya 18 persen dari penduduk yang aktif bergabung. "Skema ini pada 2019 kami ubah  dengan tabungan emas dan akhirnya bisa mendapatkan 100 persen yang bersedia memilah,” kata Wahyudi.

Adapun Salva Yurivah Saragih,
Direktur Kelola Sampah Kita mitra Desa Panggungharjo yang mengembangkan aplikasi pengangkutan sampah Pasti Angkut mengatakan di desa itu memiliki 1.500 pelanggan yang berpotensi menerapkan pemilahan sampah sendiri. "Jadi aplikasi ini yang membantu melayani pengelolaan sampah dari hulu sampai hilir, baik dalam pengambilan, manajemen dan pengelolaan sampah sehingga terbentuk ekosistem daur ulang,” kata dia.

Lewat aplikasi ini, Salva mengatakan setiap warga mendapatkan kepastian penjemputan sampahnya karena pembayaran dihitung berdasarkan pemilahan sampah yang dihasilkan. Dengan kepastian seperti itu, masyarakat diedukasi tidak lagi tergantung pada tempat pembuangan besar seperti tempat pembuangan sampah akhir terpadu (TPST) Piyungan yang belakangan sering ditutup aksesnya hingga menyebabkan penumpukan sampah di Yogyakarta. "Sebab dengan sistem digitalisasi seperti ini, sampah diolah langsung di desa, dan masyarakat diedukasi memilah agar biayanya dapat ditekan," kata dia.

Baca juga: Mobilitas Melonggar, Pelaku Kreatif Garap Lagi Konsep Yogyakarta Destinasi Wedding

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bandung Darurat Sampah: Pilah Sampah atau Tiada Layanan Administrasi RW

15 jam lalu

Simulasi pengambilan sampah di RW 07 Kelurahan Ci Haurgeulis, Bandung, 16 September 2023. Foto: Tempo/Maria Fransisca  Lahur
Bandung Darurat Sampah: Pilah Sampah atau Tiada Layanan Administrasi RW

Sampah yang dikelola di tingkat RT/RW membantu mengurangi beban di tingkat kota


5 Destinasi Wisata Religi Gua Maria di Indonesia, Termasuk Replika Gua Populer di Lourdes

17 jam lalu

Gua Maria Kaliori di Banyumas. Shutterstock
5 Destinasi Wisata Religi Gua Maria di Indonesia, Termasuk Replika Gua Populer di Lourdes

Berikut beberapa destinasi wisata religi Gua Maria yang terdapat di indonesia. Ada Gua Maria replika gua populer yang terdapat di Lourdes.


10 Tipe Turis dari Si Tepat Waktu hingga Pemburu Makan, Kamu Termasuk yang Mana?

18 jam lalu

Ilustrasi Turis Milenial
10 Tipe Turis dari Si Tepat Waktu hingga Pemburu Makan, Kamu Termasuk yang Mana?

Selalu ada sifat-sifat tertentu yang diwarisi turis ketika mereka pergi berlibur ke kota, bergantung pada tipe kepribadian mereka.


Pertamina Gunakan PLTS Olah Sampah di Kedonganan Bali

19 jam lalu

Pengunjung mengamati pengolahan sampah di TPS3R Kedonganan di Kabupaten Badung, Bali, Minggu, 24 September 2023. ANTARA/HO-Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus
Pertamina Gunakan PLTS Olah Sampah di Kedonganan Bali

Pertamina mengerahkan PLTS untuk mengolah sampah itu sebagai bagian pemberdayaan masyarakat melalui tanggung jawab sosial (CSR).


Kawasan Bromo Ditutup, PHRI Sebut Wisata Dialihkan ke Perkotaan: Tidak Berpengaruh

1 hari lalu

Pengunjung memotret kondisi padang rumput pasca kebakaran di Blok Watugede Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Kamis, 21 September 2023. Kebakaran besar terjadi sejak 6 September hingga berhasil padam pada 14 September 2023. TEMPO/Abdi Purmono
Kawasan Bromo Ditutup, PHRI Sebut Wisata Dialihkan ke Perkotaan: Tidak Berpengaruh

PHRI mencatat penutupan kawasan Gunung Bromo tidak mengganggu kunjungan wisata di Kota Malang.


Darurat Sampah Bandung Raya, Pegiat Maggot Butuh Sampah Organik

1 hari lalu

Petugas menunjukkan ulat Maggot yang dibudidayakan di kawasan Pesanggrahan, Jakarta, Selasa, 28 Juli 2020. Budidaya ulat Maggot yang dapat mengurai sampah organik itu sebagai salah satu cara untuk mengatasi permasalahan banyaknya limbah rumah tangga yang disalurkan ke tempat pembuangan akhir. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Darurat Sampah Bandung Raya, Pegiat Maggot Butuh Sampah Organik

Paguyuban Pegiat Maggot Nusantara minta difasilitasi pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mengolah sampah organik seperti dari sisa makanan.


8 Objek Wisata Paling Random di Dunia, Ada Dinding Dipenuhi Permen Karet Bekas

2 hari lalu

Carhenge di Nebraska, Amerika Serikat (Instagram/@carhenge)
8 Objek Wisata Paling Random di Dunia, Ada Dinding Dipenuhi Permen Karet Bekas

Siapa sangka, ternyata di dunia ini ada objek wisata random yang menarik perhatian wisatawan.


ITB Full Team Atasi Kebakaran Sampah di TPA Sarimukti Bandung

2 hari lalu

Foto udara TPA Sarimukti yang terbakar di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu, 23 Agustus 2023. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat menyatakan kobaran api di TPA Sarimukti belum padam hingga 18 September 2023. Kebakaran itu bermula sejak 19 Agustus 2023 diduga akibat puntung rokok. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
ITB Full Team Atasi Kebakaran Sampah di TPA Sarimukti Bandung

Institut Teknologi Bandung turun tangan ikut mengatasi kebakaran TPA sampah Bandung Raya di Desa Sarimukti,


Catat, Ada Festival Anggrek Vanda Khas Lereng Merapi sampai Akhir Pekan Ini

3 hari lalu

Festival Anggrek Vanda Tricolor digelar di Taman Anggrek Titi Orchids Boyong, Harjobinangun, Pakem, Sleman, mulai 21 hingga 24 September 2023. (Dok. Istimewa)
Catat, Ada Festival Anggrek Vanda Khas Lereng Merapi sampai Akhir Pekan Ini

Sedikitnya tercatat 74 spesies anggrek Merapi, Vanda tricolor termasuk yang paling ikonik.


Berakhir Pekan Sembari Belajar Sejarah dari Vredeburg Fair Yogyakarta

3 hari lalu

Suasana Vredeburg Fair 2023 di Benteng Vredeburg Yogyakarta. (Tempo/Pribadi Wicaksono)
Berakhir Pekan Sembari Belajar Sejarah dari Vredeburg Fair Yogyakarta

Wisatawan Yogyakarta disuguhi pameran seni dan benda bersejarah, karya komunitas, panggung kesenian, gowes sejarah hingga musik.