TEMPO.CO, Jakarta - Benteng Van der Wijck yang berlokasi di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah menjadi salah satu lokasi untuk pengambilan gambar dalam film The Raid 2. Dalam film tersebut, Benteng Van der Wijck menjadi latar ketika Iko Uwais sedang beradu tinju dengan para penjahat. Juga, lokasi syuting film karya Garin Nugroho teranyar, Soegijo Pranoto.
Namun, tahukah Anda bahwa Benteng Van der Wijck merupakan salah satu tempat bersejarah di Indonesia?
Benteng Van der Wijck ini memang tampak istimewa, berbeda dengan yang lain. Benteng peninggalan Belanda itu diperkirakan dibangun pada 1827 oleh arsitek Islam. Bentuknya segi delapan, mirip Masjidil Haram. Jika dilihat dengan kompas Islam, pintu benteng tepat menghadap ke arah kiblat. Di dunia hanya ada dua benteng segi delapan. Satunya ada di Australia.
Benteng setinggi 10 meter, setebal 1,4 meter, dan seluas 7.168 meter persegi itu dibangun dua lantai. Lantai pertama mempunyai empat pintu gerbang. Di dalamnya terdapat 16 ruangan besar dan 27 ruangan kecil. Juga ada 72 jendela dan delapan tangga untuk menuju lantai dua, yang memiliki 16 ruangan besar dan 25 ruangan besar.
Herwin Kunadi, General Manager PT Indopower, yang juga pengelola benteng itu, saat itu pada Sabtu 3 Desember 2011 menceritakan, ia bersama ayahnya, Subono Herman Kunadi, menyulap benteng itu menjadi tempat wisata sejarah yang nyaman dan menyenangkan. Padahal sebelumnya kawasan itu dikenal sebagai sarang dhemit atau roh halus. Banyak kisah horor melekat di benteng itu, seperti pemerkosaan, pembunuhan, dan tempat gantung diri. "Renovasi dimulai 1999 atas izin TNI," kata dia.
Kisah Benteng Van der Wijk
Melansir laman Cagar Budaya Kemdikbud, disebutkan bahwa Benteng Van der Wijck pada awalnya merupakan sebuah kantor bagi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Benteng ini pada awalnya memiliki nama Fort Cochius atau Benteng Cochius.
Setelah bubarnya VOC, pada 1818, kantor tersebut dialihfungsikan menjadi sebuah benteng. Pembangunan benteng ini dilakukan dalam masa pemerintahan Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip Baron van der Capellen.
Pembangunan benteng dimulai pada 1844 dan selesai pada 1848. Pembangunan benteng ini dilakukan di bawah komando Frans David Cochius. Oleh karena itu, pada awalnya benteng ini diberi nama Fort Cochius. Sebagai indormasi, Frans David Cochius merupakan seorang perwira militer Belanda yang ahli dalam pembangunan benteng.
Setelah benteng selesai dibangun, benteng tersebut difungsikan sebagai markas tentara Hindia Belanda dan digunakan untuk mendukung strategi benteng stelsel. Ketika Jepang menduduki Indonesia, benteng ini difungsikan sebagai tempat pelatihan militer.
Kemudian, setelah kemerdekaan, benteng ini pernah difungsikan sebagai barak tentara sampai 1980 dan pernah menjadi tempat tinggal anggota TNI AD sampai 2000. Saat ini, Benteng Van der Wijck menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Gombong, Kebumen.
EIBEN HEIZIER
Baca: Rekomendasi 4 Destinasi Wisata Alam dan Sejarah di Kebumen
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.