Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sekaten Tahun Ini Ada Lagi, Tapi Bukan di Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta

image-gnews
Raja Keraton Yogyakarta Hamengku Buwono X bersama Forkompimda DIY di sela-sela pembukaan Pameran Sekaten. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Raja Keraton Yogyakarta Hamengku Buwono X bersama Forkompimda DIY di sela-sela pembukaan Pameran Sekaten. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Genap tiga tahun atau sejak 2019 silam, perhelatan pasar malam perayaan sekaten (PMPS) tak digelar di Yogyakarta. Keputusan tak menggelar sekaten saat itu diambil Keraton Yogyakarta karena ingin mengistirahatkan sementara lokasi Alun Alun Utara yang kala itu kondisi tanahnya dinilai telah rusak dan hendak mengembalikan lagi makna perayaan itu.

Meski Keraton Yogyakarta sempat mewacanakan sekaten akan digelar berkala dua tahun sekali, namun pandemi Covid-19 saat itu terlanjur menerjang hingga rencana itu tak kunjung direalisasikan. Untuk mengobati kerinduan masyarakat atas nuansa pasar malam Sekaten, organisasi Sekretariat Bersama (Sekber) Keistimewaan DIY, Altar Ria Production dan Pola Prakarya bersiap menggelar kegiatan serupa sekaten bernama Pasar Rakyat Jogja Gumregah pada 16 September sampai 16 Oktober 2022 

"Untuk Pasar Rakyat Jogja Gumregah 2022 ini lokasinya bukan di Alun-alun Utara depan Keraton Yogyakarta, tapi di lahan eks kampus STIE Kerjasama Jalan Parangtritis, Sewon, Bantul," kata Ketua Sekber Keistimewaan DIY Widihasto Wasana Putra, Rabu, 31 Agustus 2022.

Meski berlokasi berbeda, Widihasto mengatakan Pasar Rakyat Jogja Gumregah ini mengusung spirit seperti halnya sekaten. "Pasar rakyat sebulan ini juga sebagai rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang tahun ini momentumnya jatuh pada Sabtu Pahing 12 Mulud 1956 Ehe atau Sabtu 8 Oktober 2022," kata dia.

Sekaten sendiri merupakan upacara tradisional yang diselenggarakan Keraton Yogya sejak dulu untuk peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Upacara itu biasanya dilakukan setahun sekali, setiap tanggal 5-11 Rabi'ul Awal, atau dalam kalender Jawa disebut bulan Mulud. Sekaten ini biasanya juga ditutup dengan penyelenggaraan upacara Grebeg Mulud.

Sega atau nasi gurih menjadi makanan khas di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, khususnya ketika perayaan pasar malam Sekaten sebagai awal pembuka peringatan maulud digelar. Tempo/Pribadi Wicaksono

Adapun sebagai pelengkap kegiatan peringatan Sekaten itu, biasanya digelar pasar malam di area Alun-alun Utara Yogyakarta. Widihasto menjelaskan dari Pasar Rakyat Jogja Gumregah itu, akan mengobati kerinduan masyarakat terhadap perayaan pasar malam Sekaten. 

"Ingatan kolektif masyarakat akan sego gurih, ndog abang, arum manis, brondong, martabak, bolang baling, tong stand, ombak banyu, gua hantu, komedi putar, kapal othok-othok dan lain sebagainya akan kita hadirkan kembali di pasar rakyat ini," ujarnya.

Dikatakan bahwa hal penting dari penyelenggaraan Pasar Rakyat Jogja Gumregah adalah turut mendorong geliat ekonomi pelaku usaha kecil setelah melewati masa pandemi Covid 19. Selain itu juga menyemarakkan kawasan selatan Yogyakarta. "Istilah Jogja Gumregah kita pilih sebagai suatu harapan agar perekonomian masyarakat kembali bangkit setelah dua tahun terpuruk akibat dampak pandemi covid. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dampak dari gelaran Pasar Rakyat Jogja Gumregah akan menggairahkan geliat ekonomi para pedagang UMKM, penyedia jasa persewaan tenda, jasa listrik, jasa kebersihan, pelaku seni pertunjukan dan lain sebagainya.  Widihasto mengatakan meski di era sekarang banyak bermunculan pusat-pusat keramaian dan perbelanjaan modern namun keberadaan pasar malam yang menyajikan berbagai produk barang jasa yang khas tetap punya segmen pasar tersendiri. 

"Pasar malam tetap diminati masyarakat. Pilihan barang yang dijual beragam dan dikenal murah. Termasuk aneka kuliner dan berbagai pilihan wahana permainan. Ini jadi magnet tersendiri," ujanya. 

Sementara itu founder Altar Ria Production sekaligus Ketua Pelaksana Harian Pasar Rakyat Jogja Gumregah, Inung Norzani mengatakan ratusan stand UMKM, kuliner, otomotif, wahana permainan serta panggung hiburan akan memenuhi area lahan eks Kampus STIE Kerjasama itu. Selama sepekan terakhir, penyelenggara telah menurunkan dua alat berat dan dua dump truck untuk meratakan lahan. 

Ia mengaku cukup kesulitan meratakan semua lahan mengingat sisi timur terdapat lahan bekas kolam warga yang cukup dalam dan lebar. Namun ia berusaha semaksimal mungkin menyiapkan lahan yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk usaha. Inung Nirzani mengatakan, akan ada ruang bagi kelompok kesenian yang ingin berpartisipasi menampilkan seni pertunjukan. 

Secara terpisah, putri sulung Raja Keraton Yogya Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Mangkubumi mengatakan dari Pasar Rakyat Jogja Gumregah itu, ia berharap memberi kemanfaatan para pelaku UMKM dan alternatif ruang terbuka yang menarik dikunjungi masyarakat. "Saya berharap stand-stand yang ada dapat mewadahi pelaku UMKM dari DIY dan menyajikan dagangan yang berkualitas. Jaga kebersihan dan ketertiban serta panitia tetap menerapkan protokol kesehatan," kata Mangkubumi.

PRIBADI WICAKSONO

Baca juga: Sekaten Tanpa Pasar Malam, Masih Ramai?

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu. 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

5 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

7 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

16 hari lalu

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebar udik-udik bagian dari acara Kondur Gongso di Masjid Agung Gedhe, Yogyakarta, (23/1). Upacara Kondur Gongso merupakan upacara dalam menyambut Maulud Nabi. TEMPO/Subekti
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

36 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

37 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

37 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.


Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

52 hari lalu

Tradisi Ngapem Ruwahan digelar warga di Yogya sambut Ramadan. (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.


Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

12 Februari 2024

Serah terima uborampe atau sesaji mengawali Tradisi Labuhan Merapi di Kecamatan Cangkringan Sleman Minggu (11/2). Dok. Istimewa
Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

Upacara adat yang digelar Keraton Yogyakarta ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan alam


Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

11 Februari 2024

Wisatawan berkunjung di kawasan Taman Sari, Yogyakarta, Minggu 25 Desember 2022. Kawasan Taman Sari yang dulunya sebagai tempat peristirahatan bagi Raja Keraton Yogyakarta tersebut ramai dikunjungi wisatawan saat libur Natal 2022. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyasyah
Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

Dua abad lalu, Keraton Yogyakarta pernah dijarah tentara Inggris, tapi keraton tidak hancur dan mash bertahan sampai saat ini.


Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

7 Februari 2024

Putra capres nomor urut 03 Ganjar Pranowo, Alam Ganjar menyambangi Keraton Yogyakarta Selasa 6 Februari 2024. TEMPO| Pribadi Wicaksono.
Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

Alam Ganjar menuturkan lawatan ke Keraton Yogyakarta ini menjadi kunjungannya kembali setelah sekian lama tak menyambanginya.