Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kompleks Makam Raja Imogiri, Terbagi 3 Wilayah Mengikuti Perjanjian Giyanti

Reporter

image-gnews
Jadwal kunjungan kompleks Makam Raja Imogiri. Foto: Imam Basthomi.
Jadwal kunjungan kompleks Makam Raja Imogiri. Foto: Imam Basthomi.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -  Kompleks Makam Raja Imogiri merupakan kawasan makam raja-raja Mataram Islam yang terletak di perbukitan Imogiri, Bantul. Lokasinya  terletak kurang lebih 20 kilometer ke arah tenggara dari pusat Kota Yogyakarta, tepatnya di wilayah Desa Girirejo dan Desa Wukirsari, Kapanewon/Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DIY. Saya harus melewati anak tangga yang berjumlah sekitar 409 buah saat mengunjunginya.

Masyarakat Jawa meyakini bahwa gunung atau bukit dapat menyimbolkan status, sekaligus merupakan upaya untuk lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Makam yang didirikan pada masa pemerintahan Sultan Agung tersebut memang diperuntukkan untuk raja dan kerabat kerajaan Mataram Islam beserta keturunannya.

Sejarah Makam Raja Imogiri

Ada sebuah kisah kenapa Sultan Agung memilih perbukitan Pajimatan Girirejo untuk membangun makam ini. Menurut juru kunci, sewaktu Sultan Agung sedang mencari tanah yang akan digunakan untuk tempat pemakaman khusus sultan dan keluarganya, ia melemparkan segenggam pasir dari Arab. Pasir tersebut dilempar jauh hingga akhirnya mendarat di perbukitan Imogiri. Atas dasar itulah selanjutnya Sultan Agung memutuskan membangun makam di Imogiri. 

Enceh Kyai Danumaya. Foto: Imam Basthomi.

Imogiri sendiri berasal dari kata hima dan giri. Hima berarti kabut dan giri berarti gunung, sehingga Imogiri bisa diartikan sebagai gunung yang diselimuti kabut. Pada 1632 M, seorang arsitek bernama Kyai Tumenggung Tjitrokoesoemo membangun kawasan makam atas perintah Sultan Agung. Selang 13 tahun kemudian pada 1645 Sultan Agung wafat dan dimakamkan di Imogiri.

Hingga saat ini makam Sultan Agung sangat dikeramatkan, tidak sembarang orang bisa memasuki makamnya. Ada persyaratan yang harus dipenuhi bila berniat melakukan ziarah pada makam Sultan Agung yakni, para peziarah dilarang menggunakan alas kaki, membawa kamera, memakai perhiasan terutama dari emas, dan harus mengenakan pakaian khas Jawa atau peranakan.

Peziarah laki-laki harus mengenakan pakaian adat Jawa berupa blangkon, beskap, kain, sabuk, timang dan samir. Sedangkan peziarah perempuan harus memakai kemben dan kain panjang, dan untuk yang berhijab harus melepas hijabnya saat masuk ke makam Sultan Agung.

Di area makam dan hutan tersebut secara umum para pengunjung dilarang berbuat tidak sopan, berburu, memotong pohon, mengambil kayu dan mencabut atau merusak tanaman yang ada.

Kita bisa berkunjung pada hari Sabtu-Kamis pada pukul 10.00 hingga pukul 13.00 WIB dan hari Jumat pada pukul 13.00-16.00 WIB. Pada bulan puasa, kawasan makam ditutup selama satu bulan dan buka kembali pada tanggal 1 Syawal.

Ragam Tradisi dan Budaya 

Ada beberapa tradisi sakral yang masih dijalankan di sani yaitu kuthomoro dan nguras enceh. Kuthomoro adalah tradisi keraton mengirim doa di bulan Ruwah. Tradisi kirim doa tersebut ditujukan untuk para leluhur Keraton Yogyakarta yang telah dikebumikan di makam-makam Kagungan Dalem. Tradisi ini sudah ada sejak Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Tradisi nguras enceh dilaksanakan setiap hari Jumat Kliwon pada bulan Sura setelah jamasan pusaka (siraman pusaka) Keraton Yogyakarta—yang dilaksanakan pada setiap hari Selasa Kliwon pada bulan Sura. Nguras enceh yang dilakukan di dalam Kompleks Makam Imogiri ini merupakan upacara penggantian (menguras air) di dalam enceh atau tempayan yang berukuran sangat besar, dulunya tempayan ini digunakan oleh Sultan Agung untuk berwudu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Enceh tersebut sebenarnya adalah cinderamata dari kerajaan-kerajaan sahabat. Jumlahnya 4 buah, masing-masing diperoleh dari empat kerajaan yang berbeda. Enceh tersebut mempunyai nama Kyai Danumaya (dari Kerajaan Aceh), Nyai Danumurti (dari Kerajaan Palembang), Kyai Mendung (dari Kerajaan Rum, Turki), dan Kyai Syiem (dari kerajaan Siam, Thailand).

Gapura makam Kasunanan Surakarta. Foto: Imam Basthomi.

Makam ini terbagi dalam beberapa kompleks pemakaman yang disebut kedaton. Pembangunannya dilakukan secara bertahap. Masing-masing kedaton digunakan untuk memakamkan beberapa raja beserta keluarga terdekatnya. Selain itu, adanya Perjanjian Giyanti yang membagi wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram menjadi Yogyakarta dan Surakarta, di makam ini juga dibagi menjadi 3 wilayah.

Pada bagian sebelah barat digunakan untuk memakamkan raja-raja Kasunanan Surakarta beserta keluarga terdekatnya. Pada bagian timur digunakan untuk memakamkan raja-raja Kasultanan Yogyakarta beserta keluarga terdekatnya. Untuk bagian tengah merupakan makam Sultan Agung beserta anak-anaknya. 

Kedaton Sultan Agungan adalah kedaton yang berdiri pertama, berfungsi untuk memakamkan beberapa raja, antara lain: Sultan Agung, Sunan Amangkurat II, dan Sunan Amangkurat III. Sedangkan pada ada Kedaton Bagusan/Kasuwargan, Kedaton Astana Luhur, dan Kedaton Girimulyo yang berisi makam dari keluarga kerjaan Kasunanan Surakarta. Sementara pada Kasunanan Yogyakarta terdapat Kedaton Kasuwargan, Kedaton Besiyaran, dan Kedaton Sapta Rengga.

Fasilitas di Makam raja-raja Imogiri cukup lengkap. Tersedia area parkir yang cukup luas, masjid, musala, toilet umum, pemandu wisata, dan tempat sewa pakaian atdat untuk mengunjungi makam. Di sisi jalan menuju makam juga banyak pedagang yang menjual souvenir dan kuliner-kuliner khas Imogiri.

IMAM BASTHOMI

Artikel ini sudah tayang di TelusuRI

Baca juga: Mataram Islam Bercikal dari Hutan Mentaok, Bagaimana DIY Galakkan Tanaman Langka Itu?

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenang Mooryati Soedibyo, Alasannya Bersedia Jadi Produser Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta

1 hari lalu

Pendiri PT.Mustika Ratu Tbk Mooryati Soedibyo. ANTARA/Teresia May
Mengenang Mooryati Soedibyo, Alasannya Bersedia Jadi Produser Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta

Selain menjadi pendiri Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo pernah sebagai produser film tentang Sultan Agung. Ini alasannya saat itu.


Rekomendasi 7 destinasi Wisata di Bumi RA Kartini Jepara

1 hari lalu

Suasana alam di lokasi wisata di kepulauan Karimunjawa. (Dok.Tim ITB)
Rekomendasi 7 destinasi Wisata di Bumi RA Kartini Jepara

Jepara asal RA Kartini memiliki beragam potensi destinasi wisata menarik, salah satunya adalah Taman Nasional Karimunjawa.


Kecelakaan Tunggal, Bus Pariwisata Terguling di Bantul Sebabkan Sejumlah Penumpang Luka

3 hari lalu

Bus pariwisata mengalami kecelakaan tunggal dan terguling di Jalan Siluk-Imogiri Bantul Yogyakarta pada Ahad, 21 April 2024 sore. Dok. Istimewa
Kecelakaan Tunggal, Bus Pariwisata Terguling di Bantul Sebabkan Sejumlah Penumpang Luka

Bus pariwisata itu melaju dari arah Pantai Baron, Gunungkidul, menuju Bantul lewat jalur Siluk Imogiri yang dikenal cukup curam dengan jalan berkelok.


H+3 Lebaran, Ribuan Wisatawan Masih Padati Pantai Parangtritis Yogyakarta hingga Petang

11 hari lalu

Wisatawan masih memadati kawasan wisata Pantai Parangtritis Bantul Yogyakarta pada Sabtu (13/4). Tempo/Pribadi Wicaksono
H+3 Lebaran, Ribuan Wisatawan Masih Padati Pantai Parangtritis Yogyakarta hingga Petang

Kunjungan wisatawan ke Pantai Parangtritis Yogyakarta terus naik sejak hari pertama Idulfitri atau Rabu, 10 April lalu hingga Sabtu 13 April.


Rayakan Lebaran 12 April 2024, Siapa Jemaah Islam Aboge di Banyumas?

11 hari lalu

Ilustrasi pengikut Islam Aboge. Dok TEMPO/Budi Purwanto
Rayakan Lebaran 12 April 2024, Siapa Jemaah Islam Aboge di Banyumas?

Jemaah Islam Aboge di Banyumas baru merayakan lebaran pada Jumat, 12 April 2024, sehari setelah Idul Fitri yang ditetapkan Kemenag. Siapakah mereka?


Sederet Fakta Khatib Salat Id di Bantul Singgung Dugaan Kecurangan Pemilu dan Berujung Minta Maaf

11 hari lalu

Ilustrasi salat Idul Fitri. REUTERS
Sederet Fakta Khatib Salat Id di Bantul Singgung Dugaan Kecurangan Pemilu dan Berujung Minta Maaf

Khatib salat Id di Bantul, Yogyakarta, mendadak viral di media sosial karena mengangkat materi dugaan kecurangan Pemilu 2024. Berikut sederet faktanya


Bahas Kecurangan Pemilu 2024 Saat Salat Id di Bantul, Untung Cahyono Minta Maaf

11 hari lalu

Ilustrasi salat Idul Fitri. REUTERS
Bahas Kecurangan Pemilu 2024 Saat Salat Id di Bantul, Untung Cahyono Minta Maaf

Untung Cahyono, penceramah yang viral karena mengangkat materi kecurangan Pemilu 2024 saat salat Id di Bantul memberikan klarifikasi.


Viral Salat Id di Bantul Ditinggal Jemaah karena Singgung Politik, Kampus UAD Klarifikasi

12 hari lalu

Ilustrasi salat Idul Fitri. REUTERS
Viral Salat Id di Bantul Ditinggal Jemaah karena Singgung Politik, Kampus UAD Klarifikasi

Video yang menampilkan jemaah salat Id meninggalkan lokasi menjadi viral di media sosial.


Ario Bayu Didapuk Jadi Ketua Komite FFI 2024-2026, Ini Film-Film yang Pernah Dibintanginya

19 hari lalu

Ario Bayu. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Ario Bayu Didapuk Jadi Ketua Komite FFI 2024-2026, Ini Film-Film yang Pernah Dibintanginya

Ario Bayu ditetapkan menjadi Ketua FFI telah memerankan banyak karakter dari beragam film layar lebar. Berikut sebagian filmografinya.


Ario Bayu Ditetapkan sebagai Ketua Komite FFI 2024-2026 Gantikan Reza Rahadian, Ini Profilnya

19 hari lalu

Ario Bayu berperan sebagai Soeraja di serial Gadis Kretek. Foto: Dok. Netflix
Ario Bayu Ditetapkan sebagai Ketua Komite FFI 2024-2026 Gantikan Reza Rahadian, Ini Profilnya

Tidak lagi dijabat oleh Reza Rahadian, kini, Ketua Komite FFI selanjutnya dijabat aktor Ario Bayu. Begini profilnya.