TEMPO.CO, Jakarta - Apakah Anda salah satu penggemar bakso? istilahnya, bakso merupakan makanan sejuta umat. Hal itu sebab, bakso tidak hanya lezat disantap namun juga ramah kantong. Olahan bola daging itu sudah menjamur di mana-mana, bentuk dan variasinya pun sangat beragam. Anda mungkin menemui bakso beranak, bakso larva, bakso tulang, dan lain-lain.
Bakso menjadi menu yang bisa Anda temui saat bepergian ke manapun. Selain mengenyangkan, bakso juga bisa dinikmati oleh segala usia, termasuk anak-anak. Meskipun penjualnya ada di mana-mana, namun terdapat salah satu daerah penghasil pengusaha dan pedagang bakso dari daerah Wonogiri, Jawa Tengah.
Baca juga:
Melansir dari berbagai sumber, salah satu desa yang terkenal dengan usaha warung baksonya adalah Desa Bubakan di Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri. Banyak warung-warung bakso Wonogiri berjejer di kota-kota besar. Warga asli Bubakan merantau ke luar kota, terutama kota besar untuk berjualan bakso.
Dari hasil berjualan bakso tersebut, pundi-pundi rupiah mengantarkan kesuksesan para penjual bakso Wonogiri. Jika Anda berkunjung ke Desa Bubakan, Anda akan menyaksikan jejeran rumah-rumah mewah milik perantau yang berjualan bakso Wonogiri. Bahkan kini desa tersebut penuh rumah mewah layaknya villa di destinasi wisata.
Mengutip kanal tic.wonogirikab.go.id, hal yang menarik adalah meski berlokasi terpencil dan pelosok, kampung ini terlihat paling mencolok daripada kampung-kampung lainnya. Bangunan rumah dua lantai dengan lantai keramik hampir dimiliki oleh seluruh warganya.
Tidak hanya berjualan bakso, warga Bubakan yang merantau juga berjualan jamu. Para perantau yang sukses kemudian membangun rumah di desa. Biasanya, mereka telah memiliki aset tanah maupun rumah lama, lalu direnovasi dan kembali lagi ke tanah perantauan untuk mencari nafkah.
Dulunya, Desa Bubakan merupakan desa tertinggal yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Namun, setelah seorang pengusaha dari Sukoharjo bernama Mbah Joyo mengajak para warga untuk merantau, akhirnya warga sekitar ikut merantau. Saat merantau, mereka menjual bakso dan jamu milik Mbah Joyo.
Selanjutnya, setelah belajar membuat jamu dan bakso secara mandiri, akhirnya warga Bubakan mencoba membuka usaha sendiri dengan produk yang sama. Semakin menjamur, setelah wirausaha sukses, mereka kemudian mengajak warga desa lain untuk bekerja sebagai karyawan di tempatnya.
Tidak hanya Desa Bubakan, desa lain juga mengikuti jejaknya untuk berbisnis bakso di kota perantauan. Terdapat Desa Sledong yang masih satu kecamatan dengan Desa Bubakan yang juga bernasib sama. Mayoritas warganya sukses berjualan bakso di kota besar, dan memiliki aset rumah mewah di desa.
RISMA DAMAYANTI
Baca: Kenali Varian Bakso di Berbagai Negara dari Afganistan sampai Belanda
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.