Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Asal Usul di Balik Nama Pempek Palembang

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
Pempek termasuk salah satu kuliner Kesultanan Palembang Darussalam. TEMPO | Parliza Hendrawan
Pempek termasuk salah satu kuliner Kesultanan Palembang Darussalam. TEMPO | Parliza Hendrawan
Iklan

TEMPO.CO, Palembang -Ketika membicarakan Kota Palembang, Anda tentu akan menyebutkan Jembatan Ampera dan Pempek. Hal ini karena keduanya merupakan simbol yang ikonik ketika membicarakan Kota Palembang.

Cerita di balik Nama Pempek

Sejatinya, dalam catatan sejarah, pempek sudah dikenal sejak zaman dulu. Dalam Inventarisasi Perlindungan Karya Budaya : Pempek Palembang, disebutkan bahwa pempek sudah ada sejak abad VII di masa Kerajaan Sriwijaya. Hal ini dikuatkan dengan penemuan Prasasti Talangtuo yang menyebutkan bahwa masyarakat Palembang sudah mengenal tanaman sagu.

Selain itu, ada informasi juga yang menyebutkan bahwa pempek adalah salah satu karya budaya masyarakat Kayu Agung yang senanag dengan kegiatan berdagang. Mereka sering mendapatkan sagu dari masyarakat yang berada di bandar dagang yang mereka singgahi.

Setelah mendapatkan sagu, para pedagang tersebut memiliki ide untuk mencampurkan sagu dengan ikan. Akhirnya, makanan tersebut diolah dan dijadikan sebagai bekal saat berdagang.

Pada awalnya, pempek disebut dengan nama kelesan. Hal ini karena cara pembuatannya adalah dengan cara di-keles atau ditekan-tekan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selanjutnya, perubahan nama dari kelesan menjadi pempek baru terjadi pada 1920-an.

Saat itu, terdapat seorang laki-laki etnis Tionghoa yang bernama Apek dan berjualan di sekitar Masjid Agung Palembang.

Saat itu, Apek biasa berjualan dengan menaiki sepeda dan ia berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya. Orang-orang yang ingin membeli dagangannya bisanya akan memanggilnya dengan sebutan ‘pek-apek’. Kemudian, sebutan tersebut lama-lama menjadi pempek-pempek.

EIBEN HEIZIER
Baca : Daftar Kuliner Kesultanan Palembang Darussalam, Pempek Salah Satunya

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Triwulan Pertama 2024, Penumpang LRT Palembang Tembus 740 Ribu

25 hari lalu

Rangkaian Light Rail Transit (LRT) melintas di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa 30 Maret 2021. PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divre III Palembang memberlakukan pengurangan jadwal perjalanan LRT yang semula sebanyak 88 perjalanan menjadi 22 perjalanan mulai 1 April mendatang. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Triwulan Pertama 2024, Penumpang LRT Palembang Tembus 740 Ribu

Hingga 10 Maret, LRT Palembang telah mengangkut 740.041 penumpang.


Mengenal Makanan Gohyong, Bukan Kuliner Korea

35 hari lalu

Gohyong. Shutterstock
Mengenal Makanan Gohyong, Bukan Kuliner Korea

Gohyong menjadi jananan kaki lima yang tengah naik daun saat ini. Namanya seperti kuliner Korea, ternyata akulturasi Tinghoa dan Betawi.


Daftar 10 Camilan Terenak Versi Taste Atlas, Ada Pempek dan Batagor dari Indonesia

42 hari lalu

 Semangkok pempek kapal selam di sentra pempek, Jalan Mujahiddin, Pasar 26 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan. Tempo/Francisca Christy Rosana
Daftar 10 Camilan Terenak Versi Taste Atlas, Ada Pempek dan Batagor dari Indonesia

Taste Atlas merilis daftar 10 jajanan kaki lima paling enak di dunia. Pada kali ini, pempek dan batagor berhasil menempati peringkat 5 besar camilan.


Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta Dimulai, Tetap Meriah meski Pindah Lokasi

49 hari lalu

Kemeriahan perhelatan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2024. Dok.istimewa
Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta Dimulai, Tetap Meriah meski Pindah Lokasi

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2024 mengedepankan edukasi budaya Tionghoa Mataram yang belum banyak dikenal masyarakat.


Menikmati Bebek Peking, Nasi Hainan, dan Ayam Char Siu di Festival Pecinan Banyuwangi

58 hari lalu

Sejumlah booth kuliner di Festival Pecinan Banyuwangi yang digelar selama tiga hari selama akhir pekan. Acara festival dalam rangka merayakan Hari Raya Imlek itu berakhir pada Ahad kemarin, 25 Februari 2024. (Diskominfo Banyuwangi)
Menikmati Bebek Peking, Nasi Hainan, dan Ayam Char Siu di Festival Pecinan Banyuwangi

Selain bebek peking, di sepanjang puluhan deretan stan tersebut juga tersedia berbagai kuliner khas Tionghoa lainnya di Festival Pecinan Banyuwangi.


Asal Usul Tradisi Menyantap Ronde saat Cap Go Meh, Terinspirasi Koki Istana Zaman Dinasti Han

23 Februari 2024

Wedang Ronde Spesial Campur di Kedai Wedang Warna-Warni, Jalan Gardujati No. 52, Bandung. TEMPO/Gilang Mustika Ramdani
Asal Usul Tradisi Menyantap Ronde saat Cap Go Meh, Terinspirasi Koki Istana Zaman Dinasti Han

Di zaman Dinasti Han, seorang koki istana diberi libur untuk bertemu keluarganya saat Cap Go Meh setelah menyajikan ronde kepada kaisar


Sejarah Arak-arakan Sipasan, Tradisi Perayaan Cap Go Meh yang Hanya Ada di Padang dan Taiwan

21 Februari 2024

Warga keturunan Tionghoa menggotong
Sejarah Arak-arakan Sipasan, Tradisi Perayaan Cap Go Meh yang Hanya Ada di Padang dan Taiwan

Tradisi Arak-arakan Sipasan saat Cap Go Meh hanya dilakukan di dua tempat di dunia ini, yaitu di Padang dan Taiwan.


4 Larangan Saat Perayaan Cap Go Meh, Termasuk Potong Rambut dan Cuci Pakaian

20 Februari 2024

Seorang pria berjalan dengan menutupi telinganya saat melintasi kabut asap saat para pemilik toko menyalakan petasan dan kembang api di depan tokonya, di Harbin, Provinsi Heilongjiang, Cina, 23 Februari 2018. Setelah liburan Festival Musim Semi, para pemilik toko di Cina akan berdoa dengan menyalakan petasan dan kembang api untuk kelancaran bisnis mereka.  REUTERS/Stringer
4 Larangan Saat Perayaan Cap Go Meh, Termasuk Potong Rambut dan Cuci Pakaian

Ada sejumlah larangan saat Cap Go Meh. Sebaiknya tidak dilakukan.


Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2024, Ini Sederet Perubahannya

15 Februari 2024

Masyarakat menyaksikan wayang potehi saat pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta ke 15 di Kampung Ketandan, Yogyakarta, Minggu (2/2). TEMPO/Pribadi Wicaksono
Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2024, Ini Sederet Perubahannya

Perubahan pada waktu dan tempat pelaksanaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta ke-19 kali ini dikarenakan bertepatan dengan penyelenggaraan Pemilu.


Makan Pakai Sumpit Bagi Orang Tionghoa Punya Makna Filosofi

12 Februari 2024

ilustrasi sumpit  (pixabay.com)
Makan Pakai Sumpit Bagi Orang Tionghoa Punya Makna Filosofi

Bagi orang Tionghoa sumpit tak hanya sekadar alat makan tapi juga mengandung makna. Sumpit merupakan lambang kesatuan, keharmonisan, dan kesetaraan.