TEMPO.CO, Jakarta - Banyak cerita unik selama arus mudik lebaran dan arus balik tahun ini. Seperti diketahui, antusiasme masyarakat untuk pulang kampung begitu tinggi setelah dua tahun pemerintah melarang mudik untuk mencegah penularan Covid-19.
Jadilah orang berduyun-duyun memadati berbagai ruas jalan menuju tempat asal mereka, berkunjung ke sanak-saudara, atau sekadar berwisata mumpung masih libur bekerja. Di beberapa titik, kemacetan arus mudik lebaran dan arus balik tak terhindarkan. Seperti yang dialami oleh Muhammad Rifki, seorang pemudik asal Bekasi, Jawa Barat, yang melintas di kawasan Anyer, Banten.
Kemacetan di destinasi wisata Pantai Anyer pada Kamis, 5 Mei 2022, mencapai lebih dari 5 kilometer. Rifki tak menyangka kalau kepadatan lalu lintas bakal separah itu. Awalnya dia mengira bakal macet sekitar satu sampai dua jam saja. Namun kenyataannya, Rifki duduk di belakang kemudi selama lebih dari enam jam dalam posisi tersendat hingga tak bergerak sama sekali.
Ketika hari mulai sore dengan kondisi jalanan yang masih macet, Rifki memutuskan mengajak istri dan anaknya bermalam di penginapan. Dia pun mencari akomodasi menginap tipe apapun untuk dapat beristirahat. Siapa tahu bisa beruntung sambil menikmati keindahan pantai Anyer.
Semua hotel dan penginapan yang dia jumpai di tepi pantai sudah penuh. Tiada yang tahu hotel mana yang masih menerima tamu. Tubuhnya mulai terasa lelah. Hari sudah gelap. Dan bekal selama perjalanan pun sudah habis. Akhirnya, Rifki tiba di Pantai Sambolo Anyer 2 yang masih menyisakan area parkir. Masih tanpa kepastian kamar hotel, mereka terpaksa tidur di dalam mobil.
Kendati tidur di dalam mobil, akhirnya Rifki bersama istrinya dan seorang anaknya dapat menyaksikan panorama pantai saat matahari terbit pada Jumat pagi, 6 Mei 2022. "Lumayan, hitung-hitung tidak rugi sudah menembus kemacetan berjam-jam," katanya.
Bukan cuma Rifki yang terpaksa melipir, keluar dari kemacetan yang mengular kemudian menginap di dalam mobil. Seorang pedagang makanan dan minuman ringan di kawasan pantai Anyer, Dea mengatakan, banyak pemudik yang tidur di saung bagian atas atau menggelar tikar di titik yang jauh dari tepi pantai. Mereka kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang dan kemacetan.
Dea melanjutkan, sebelum bermalam di tepi pantai, petugas sudah mengingatkan agar para pemudik mewaspadai potensi air laut pasang di malam hari. Sebab itu, mereka tidak disarankan menggunakan saung bagian bawah atau menggelar tikar di dekat pantai. "Mereka biasanya beli kopi atau sarapan," kata Dea yang turut mengalap rezeki dari kehadiran para pemudik itu.
Baca juga:
Libur Lebaran, Jalanan Yogyakarta Masih Padat Sementara Hotel Mulai Lengang
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.