TEMPO.CO, Mataram - Selama sepekan terakhir, puluhan ribu orang meninggalkan Mataram, Nusa Tenggara Barat, untuk mudik lebaran. Mereka menuju berbagai daerah di Pulau Jawa atau ke Pulau Sumbawa.
Ketua Organisasi Angkutan Darat atau Organda NTB, Junaidi Kasum mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan mudik lebaran, mereka menyediakan 199 unit kendaraan antar-provinsi di Terminal Mandalika, Kota Mataram. "Kami siap bertugas dan memback-up layanan mudik di Terminal Mandalika," kata Junaidi pada Kamis, 28 April 2022.
Untuk transportasi mudik lebaran ke Pulau Sumbawa, terdapat 308 unit kendaraan menuju Taliwang, Alas, Sumbawa Besar, Lunyuk, Dompu, dan Bima. Dia memperkirakan, jika pada H-4 atau Kamis, 28 April 2022 terdapat sekitar seribu pemudik yang meninggalkan Kota Mataram, maka pada H-3 atau Jumat, 29 Appril 2022 jumlah pemudik bakal mencapai 4.000 orang. "Sebaliknya, nanti jumlah yang balik ke Lombok biasanya sama," ujarnya.
Anggota Tim Akselerasi dan Monitoring Evaluasi Pengembangan Kawasan Kkonomi Khusus atau Pariwisata, Taufan Rahmadi mengatakan, mudik lebaran membawa potensi pariwisata yang luar biasa. Pemerintah daerah maupun pelaku usaha pariwisata dapat memanfaatkan momentum ini untuk menggelar acara, menawarkan produk atau layanan pariwisata yang menarik, hingga menyediakan akomodasi memadai bagi wisatawan.
Taufan Rahmadi menyebutkan beberapa kegiatan wisata yang dapat dilakukan selama mudik lebaran. Pertama, wisata road trip dan kedua, wisata religi. "Wisata road trip dapat dilakukan dengan singgah sejenak ke destinasi wisata yang dilalui di jalur mudik," kata Taufan. Ada banyak jalur mudik yang dapat dilalui. Salah satunya adalah jalur mudik Jawa - Bali - Nusa Tenggara yang mengandalkan transportasi laut. Mulai dari Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi sampai pelabuhan Padang Bai Bali untuk kemudian menyeberang ke Lombok.
Sementara wisata religi, menurut Taufan Rahmadi, dapat dilakukan dengan berkunjung ke destinasi wisata religi favorit para pemudik. Di antaranya makam para ulama Wali Songo, tuan guru, kiai, makam para pahlawan syuhada, dan masjid-masjid yang memiliki cerita sejarah dalam peradaban masuknya Islam ke Indonesia.
"Kekayaan wisata religi di Indonesia bukan tak hanya berkenaan dengan agama Islam," ujarnya. Ribuan tahun silam, sudah ada kerajaan Hindu dan Buddha. Maka wisata religi, menurut dia, erat juga dengan kedua agama tersebut. Wujudnya antara lain Candi Borobudur, Candi Mendut, dan banyak lagi.
Baca juga:
Deretan Pantai Indah untuk Disinggahi Saat Mudik di Jalur Pantai Selatan Jawa
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.