TEMPO.CO, Yogyakarta - Wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Ratu Boko, akan menikmati pemandangan rumput nan hijau dan tanaman rindang di sekitarnya. Di balik hijaunya kawasan candi itu, pengelola Taman Wisata Candi atau TWC Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko punya jurus untuk menjaga rumput dan berbagai tanaman di sana tetap hijau dan tampak segar.
Pengelola Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko memanfaatkan pupuk organik yang mereka olah sendiri untuk menyuburkan rumput dan tanaman. "Kami mengolah sampah organik menjadi pupuk organik secara berkelanjutan, khususnya di destinasi wisata Candi Borobudur dan Candi Prambanan," kata Marketing and Sales Vice President TWC Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Pujo Suwarno pada Senin, 4 April 2022.
Pujo mengatakan pupuk organik ini sebagian besar berasal dari sampah dedaunan yang berguguran. Pupuk ini yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan perawatan taman di kedua destinasi wisata itu agar tetap hijau dan sejuk dipandang. Tempat pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik di Candi Borobudur dan Candi Prambanan berada di area Kantor Pertamanan, Kompleks TWC Borobudur dan TWC Prambanan.
Proses pembuatan pupuk organik melalui beberapa tahapan. Mulai dari pengangkutan sampah organik oleh petugas kebersihan dengan menggunakan truk. "Kemudian dibawa ke tempat pemilahan sampah organik," kata Pujo. "Setelah dipilah, sampah organik dikeringkan."
Truk mengangkut sampah di kawasan Candi Prambanan untuk diolah menjadi pupuk organik. Dok. PT TWC
Ketika sampah organik kering, proses selanjutnya adalah memasukkannya ke dalam tempat khusus yang disebut bedeng untuk fermentasi. Proses fermentasi berlangsung dengan menambahkan bahan fermentator seperti EM4, sari tebu, dan kotoran hewan. Setelah itu, tutup rapat selama 21-30 hari dengan beberapa periode tertentu serta diaduk agar bahan fermentator tercampur rata.
Hasil fermentasi sampah lalu diangin-anginkan lalu masuk proses penggilingan. Setelah digiling, pupuk yang bertekstur kasar itu disaring untuk mendapatkan pupuk yang lebih halus dan terpisah dari sisa sampah anorganik.
"Langkah terakhir, pupuk organik dikemas ke dalam karung dan siap digunakan," kata Pujo. Pupuk organik produksi ini digunakan untuk kebutuhan internal dan sebagian dijual kepada masyarakat.
Pujo melanjutkan, saat ini PT TWC Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, sedang merancang pengelolaan sampah anorganik, seperti plastik supaya menjadi produk yang lebih bermanfaat. "Kami ingin melibatkan wisatawan dalam kegiatan ini," ujarnya.
Para wisatawan, menurut dia, perlu mengetahui bagaimana pengelola destinasi wisata mengolah sampah supaya mau terlibat dan mendukung cita-cita pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism. "Kolaborasi pemerintah, pelaku usaha pariwisata, pengelola sampah, masyarakat, dan wisatawan itu penting," kata dia. "Isu pengelolaan sampah di destinasi wisata adalah tanggung jawab bersama."
Baca juga:
Wisata ke Borobudur Edupark, Ketahui Bagaimana Candi Borobudur Dibangun
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.