Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kicak, Kudapan Ramadan Yogyakarta Hadapi Mahalnya Jadah dan Bungkus Koran

image-gnews
Kicak khas Kauman. Dok. Istimewa
Kicak khas Kauman. Dok. Istimewa
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Dua perempuan paruh baya tampak wira-wiri di dapur rumah kecil yang lokasinya tersembunyi di tengah gang kampung padat Kauman, Kota Yogyakarta, Jumat siang, 1 April 2022.

Rumah itu merupakan kediaman pribadi sekaligus pusat produksi Kicak Mbah Wono, kudapan legendaris yang hanya bisa ditemui masyarakat saat bulan Ramadan. Camilan dengan ciri warna putih dengan rasa manis dan gurih itu sudah diproduksi di kampung yang bisa diakses dari Jalan KH Ahmad Dahlan itu sejak 1970.

“Ramadan ini kami terpaksa menaikkan lagi harga kicak, dari Rp 4.000 jadi Rp 5.000 per bungkus, soalnya harga jadah (beras ketan) sampai bungkus koran naik,” kata Retno Budiwati, 64 tahun, putri ketiga penerus kicak Mbah Wono kepada Tempo.

Retno menuturkan Kicak Mbah Wono sampai saat ini masih menjadi buruan masyarakat berbagai daerah sebagai camilan andalan berbuka puasa karena rasanya khas. Dengan bahan seperti beras ketan, kelapa, gula pasir, serta vanili sebagai penyedap aroma, proses masak kicak Mbah Wono itu dipertahanjan memanfaatkan tungku berbahan bakar arang bukan gas agar adonannya benar-benar bisa tanak.

“Tanak tidaknya makanan itu kan sangat terasa kalau sudah dimakan,” kata Retno.

Retno mengakui saat ini siapapun bisa membuat kicak itu karena semua bahannya juga mudah didapat. Namun proses memasak yang diturunkan sang ibu, Sujilah, istri dari eks mantri Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Muhammad Wahono tak mudah ditiru.

Proses pembuatan kicak Mbah Wono diawali dari bahan kelapa muda yang dikukus hingga selama satu jam lebih. Setelah itu gula dan pandan direbus selama kurang lebih 40 menit. Kemudian kukusan kelapa dan larutan gula pandan itu dicampur dan diaduk bersamaan dengan bahan jadah kemudian diberi aroma dengan vanili dan nangka.

“Sekarang prosesnya bisa lebih cepat, hanya sekitar dua jam, karena sudah tersedia jadah jadi,” kata Walidah, 62 tahun, asisten Mbah Wono yang sudah membantu produksi kicak itu selama 35 tahun terakhir.

Dulunya, kata Walidah, untuk mendapatkan jadah masih menggunakan ketan yang ditumbuk dengan alu sehingga proses pembuatannya total bisa sampai empat jam. “Jadah ini mulai tahun 1990-an sudah kulakan dari Gamping,” ujarnya.

Menurut Walidah, berapapun jumlah kicak yang diproduksi selalu ludes diambil para pedagang pasar Tiban dan pembeli langsung, momen Ramadan kali ini mereka memilih mengerem produksinya. Jika sebelum pandemi Covid-19 dalam sehari bisa menghabiskan 12 kilogram bahan, maka usai pandemi dua tahun terakhir ini tak lebih dari 6 kilogram saja.

“Sekarang masih mending bisa produksi 6 kilogram bahan, pas Ramadaramadhan pandemi Covid-19 pertama produksi 3 kilogram saja tidak habis,” kata ibu tiga anak itu.

Walidah mengatakan sudah sejak 2020 hingga 2022 ini kawasan Kauman dan daerah lain di Yogya belum diizinkan menggelar pasar tiban karena masih adanya pandemi Covid-19. Ini membuat mereka khawatir putaran untuk kicak seret.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Jadi Ramadan saat pandemi ini kebanyakan orang yang beli untuk di makan sendiri, karena tidak ada pasar tiban,” kata Walidah.

Selain itu, pengurangan produksi dilakukan karena naiknya harga-harga bahan dasar pembuat kicak. “Jadah sekarang sudah naik dari Rp 15 menjadi Rp 20 ribu per kilogram, koran bekas juga naik dari Rp 5 ribu menjadi 15 ribu per kilogram,” kata Walidah.

Bungkus koran bukan hal sepele bagi kicak Mbah Wono. Walidah mengatakan pemburu kicak Mbah Wono selama ini hanya mengetahui produksi kicak mereka dari kemasannya yang terdiri dari daun pisang dan potongan koran.

“Soalnya yang meniru itu semua kemasannya pakai mika,” kata Walidah.

Pemburu kicak Mbah Wono sendiri tersebar tak hanya di kawasan Yogyakarta. Menurut Walidah, kadang ada wisatawan asal Jakarta saat hendak pulang akan datang membeli kicak setelah memesan sebelumnya.

“Kicak-kicak itu lalu dibawa ke Jakarta ditempatkan di Tupperware,” kata Walidah.

Operasional warung Mbah Wono saat Ramadan dimulai pukul 14.00 WIB. Namun kicak biasanya sudah habis sekitar pukul 15.00-16.00 WIB.

“Kalau tak mau kehabisan biasanya mereka telepon dulu, pesan berapa bungkus lalu diambil,” kata Walidah.

Mariati, warga Wirobrajan Kota Yogyakarta mengatakan menyukai kicak Mbah Wono karena aromanya berbeda. "Kemasan daun pisangnya membuat aroma dan rasanya benar-benar berbeda,” kata ibu satu anak yang biasanya memilih langsung membeli kicak itu di warung Mbah Wono. Menurut dia, kicak Mbah Wono juga pas legitnya dengan rasa manis dan gurih yang sesuai untuk lidah orang Jawa.

Baca juga: Yogyakarta Pastikan Skuter Listrik Tak Ada di Malioboro Saat Ramadan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

2 jam lalu

Malioboro Yogyakarta menjadi satu area yang dilalui garis imajiner Sumbu Filosofis. (Dok. Pemkot Yogyakarta)
Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

Wisatawan banyak yang belum mengetahui bahwa Malioboro termasuk kawasan tanpa rokok sejak 2018.


64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

11 jam lalu

Presiden Joko Widodo saat Peresmian Pembukaan Musyawarah Nasional VI Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Tahun 2018di Jakarta, Jumat 20 Juli 2018. TEMPO/Subekti.
64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi mahasiswa yang masih eksis sampai saat ini.


10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura

16 jam lalu

Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu. Foto: Canva
10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura

Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu.


Okupansi Hotel Libur Lebaran Meleset, PHRI Yogyakarta Soroti Aktivitas Homestay hingga Kos Harian

16 jam lalu

Ilustrasi perempuan sedang berada di kamar hotel. Unsplash.com/Eunice Stahl
Okupansi Hotel Libur Lebaran Meleset, PHRI Yogyakarta Soroti Aktivitas Homestay hingga Kos Harian

Okupansi rata-rata hotel di Yogyakarta pada libur Lebaran ini meleset dari target 90 persen, hanya berkisar 80-an persen.


Rupiah Tergelincir, Analis: Perputaran Besar saat Ramadan dan Idul Fitri Tak Mampu Membendung Dolar AS

22 jam lalu

Karyawan menunjukkan uang pecahan 100 dolar Amerika di penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa 16 April 2024, Nilai tukar rupiah tercatat melemah hingga menembus level Rp16.200 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah libur Lebaran 2024. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menyampaikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan adanya sejumlah perkembangan global saat libur Lebaran. TEMPO/Tony Hartawan
Rupiah Tergelincir, Analis: Perputaran Besar saat Ramadan dan Idul Fitri Tak Mampu Membendung Dolar AS

Rupiah tergelincir 76 poin atau 0,47 persen menjadi Rp16.252 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.176 per dolar AS.


Yogyakarta Padat saat Libur Lebaran, Jumlah Kendaraan Keluar Lebih Banyak daripada yang Masuk

1 hari lalu

Kendaraan antre memasuki kawasan Jalan Malioboro Yogyakarta, Jumat 12 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Padat saat Libur Lebaran, Jumlah Kendaraan Keluar Lebih Banyak daripada yang Masuk

Pemudik maupun wisatawan yang masuk ke Yogyakarta dengan kendaraan pribadi tak sedikit yang melewati jalur alternatif.


Kasus Nuthuk dan Pungli di Yogyakarta Selama Libur Lebaran Diklaim Nihil

1 hari lalu

Tempat khusus parkir Ngabean Yogyakarta yang menjadi lokasi parkir bus untuk wisatawan Malioboro pada Kamis, 29 Oktober 2020. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Kasus Nuthuk dan Pungli di Yogyakarta Selama Libur Lebaran Diklaim Nihil

Pemerintah Kota Yogyakarta mengantisipasi aksi nuthuk harga dengan membuka kanal aduan melalui media sosial.


Tren Kenaikan Konsumsi Bensin di Jateng dan DIY saat Libur Lebaran 2024 Melebihi Prediksi

1 hari lalu

Antrean pembeli solar dan pertalite di SPBU Giwangan Yogyakarta Jumat. 1 Juli 2022. Tempo/Pribadi Wicaksono
Tren Kenaikan Konsumsi Bensin di Jateng dan DIY saat Libur Lebaran 2024 Melebihi Prediksi

Konsumsi puncak konsumsi bensin terjadi di ruas tol Trans Jawa terjadi di H+4 Lebaran atau 14 April 2024.


Jadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati

1 hari lalu

Jadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati

Di akhir pekan dan di hari libur panjang dapat menyembelih 40-50 ekor kambing sehari dengan omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan.


Ribuan Warga Mengantre dari Pagi Demi Bisa Salami Sultan HB X Saat Open House

1 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Ribuan Warga Mengantre dari Pagi Demi Bisa Salami Sultan HB X Saat Open House

Ribuan warga tampak berbaris mengular untuk bertemu Sultan HB X untuk open house sejak pagi hingga jelang tengah hari, Selasa 16 April 2024