Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Beda Wisata Alam dengan Ekowisata yang Sering Salah Kaprah, Simak 4 Fakta Ini

Reporter

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Ilustrasi hutan pinus. dok.TEMPO
Ilustrasi hutan pinus. dok.TEMPO
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Istilah ecotourism atau ekowisata sedang naik daun. Wisatawan mencari dan merasakan ketenangan di alam terbuka. Bisa dengan cara berkemah, naik gunung, menyusuri sungai, atau sekadar merebahkan diri di atas rerumputan hijau beratap dedaunan dan langit biru.

Project Coordinator Hutan Itu Indonesia atau HII, Diyah Deviyanti menceritakan pengalamannya ketika travelling ke destinasi ekowisata Tangkahan yang masuk dalam Taman Nasional Gunung Leuser yang terletak di Privinsi Aceh dan Sumatera Utara. Dia menyusuri menyusuri jalan setapak, sesekali terkena ranting pohon yang menjuntai, menikmati air terjun alami, dan benar-benar merasakan kedamaian di tengah hutan yang keasliannya masih sangat dijaga,

"Inilah gambaran destinasi ekowisata yang sesungguhnya," kata Diyah Deviyanti. "Tidak ada fungsi hutan yang berubah. Hutan sebagai sumber oksigen dan sumber kehidupan masyarakat sekitar."

Dalam ekowisata sesungguhnya, tiada pembangunan fasilitas yang mengubah atau merusak ekosistem. "Tak perlu takut. Tempat seperti ini sangat aman karena ditemani pemandu," kata Diyah. Sebelum memulai perjalanan, pemandu sudah menyampaikan apa yang boleh, dilarang, serta kearifan lokal masyarakat setempat kepada wisatawan.

Supaya wisatawan memahami betul apa itu ekowisata, simak empat fakta berikut:

  1. Wisata alam belum tentu ekowisata
    Tak sedikit yang beranggapan travelling ke taman, kebun raya, air terjun, hutan, taman nasional, naik gunung, termasuk ekowisata. Intinya jalan-jalan di alam terbuka. Faktanya, tidak semua wisata alam termasuk ekowisata.

    Diyah menjelaskan, betul bahwa ekowisata itu berwisata ke alam terbuka. "Tetapi, ekowisata menyimpan pesan bahwa wisatawan juga ingin mendapat pengetahuan tentang alam, budaya masyarakat lokal," katanya. Yang tak kalah penting adalah kegiatan pengelola destinasi wisata tidak merusak alam. "Jika pengelolaannya mengganggu ekosistem, maka tempat itu tak bisa disebut destinasi ekowisata."

    Ada hal mendasar yang membedakan destinasi ekowisata dengan objek wisata secara umum, yaitu fasilitas pendukung. Di destinasi wisata biasanya terdapat berbagai fasilitas untuk mendukung kenyamanan pengunjung. Misalkan toilet dan tempat makan. Ketika membangun fasilitas tersebut, Diyah mengingatkan, terkadang pengelola lupa memperhatikan ekosistem.

    "Di destinasi ekowisata, wisatawan tidak akan menemukan fasilitas pendukung," ujarnya. Musababnya, tujuan ekowisata adalah melindungi kealamian lingkungan sekaligus menyejahterakan masyarakat. Wisatawan dapat membantu perekonomian penduduk sekitar dengan membeli produk buatan mereka, misalnya madu hutan atau menggunakan jasa sebagai pemandu, menyewa tenda, sampai meminta mereka membuat makanan.

  2. Ekowisata tak selalu murah
    Sebagian orang berpikir, karena traveling ke alam, artinya tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk menginap di hotel dengan fasilitas bagus atau untuk makan di restoran. Jadi, biayanya akan lebih murah daripada jalan-jalan ke kota atau destinasi wisata populer.

    Anggapan ini tidak benar. Ekowisata justru cenderung memakan banyak biaya. Diyah mencontohkan, kalau suatu tempat wisata dibuka secara besar-besaran, maka tiket masuknya akan lebih murah. Sedangkan destinasi ekowisata yang jumlah pengunjungnya dibatasi, maka biayanya akan lebih tinggi.

    "Pengunjung destinasi ekowisata dibatasi agar alam tidak rusak," katanya. Dampaknya, pemasukan pengelolanya juga terpengaruh. Pendapatan itu juga bukan hanya untuk pengelola, melainkan disebar untuk berbagai aspek. Sebagian besar buat pemeliharaan tempat dan pemberdayaan masyarakat.

    Jika kondisi destinasi ekowisata dibiarkan alami dan tak punya fasilitas yang perlu dirawat, kenapa perlu banyak dana untuk memelihara? Diyah menjelaskan, justru karena tempat itu masih alami, maka banyak orang bisa asal saja mengambil sesuatu dari hutan. Misalkan mengambil kayu. Supaya tidak terjadi, perlu penjaga hutan atau ranger. Ada pula yang bertugas membersihkan jalur jalan ketika ada pohon yang tumbang karena angin.

    Iklan
    Scroll Untuk Melanjutkan

    Kendati terbilang mahal, Diyah menjamin travelling ke destinasi ekowisata akan sepadan dengan biayanya.

  3. Kegiatan di destinasi ekowisata sama seperti tempat wisata lainnya
    Kalau sama-sama ke hutan, meski yang satu menerapkan konsep ekowisata dan satunya lagi tidak, artinya kegiatan yang bisa dilakukan akan sama saja. Pemahaman ini juga keliru. Di destinasi ekowisata, pengunjung dapat melakukan banyak kegiatan yang menyenangkan.

    Diyah bercerita, ketika pergi ke Tangkahan, dia menemukan hutan yang masih sangat alami. Tidak dibuat apa-apa di dalamnya. Yang ada jalan setapak tanah kecil tak berbatu. Di tengah hutan dia melihat babi, monyet, dan sungai yang masih alami. "Kami kembali ke perkampungan dengan duduk di ban, bukan speedboat. Jadi, tidak ada kegiatan yang merusak alam," katanya.

    Bagi pengunjung, tersedia rumah-rumah ramah lingkungan yang dilengkapi toilet. Wisatawan bisa memilih akan menginap di bangunan yang sudah tersedia atau menumpang di rumah penduduk. "Menginap di hutan juga bisa. Ada area yang dapat digunakan untuk membangun tenda, tanpa membuka lahan," katanya. Biasanya wisatawan menginap di sekitar sungai atau area lapang di bawah pepohonan.

  4. Eco-friendly travelling sama dengan ecotourism
    Bukan karena sama-sama menyandang kata eco, maka dua aktivitas wisata ini memiliki makna yang sama. Eco-friendly travelling lebih pada rasa kepedulian atau tanggung jawab wisatawan terhadap lingkungan. Sementara ecotourism merupakan destinasi wisata tidak merusak alam.

    Diyah menjelaskan, ada benang merah di antara eco-friendly travelling dengan ecotourism, yaitu sama-sama peduli terhadap alam. Hanya caranya yang berbeda. Dia mencontohkan perilaku eco-friendly travelling. Ketika bepergian dengan pesawat, artinya ada jejak karbon yang cukup besar. Hasil karbondioksida dari bahan bakar pesawat memicu polusi. Apabila wisatawan memahami tentang eco-friendly traveling, maka dia akan bertanggung jawab 'mengganti' pelepasan karbon tersebut. Salah satu caranya dengan mengadopsi pohon yang sudah cukup besar dan telah menghasilkan banyak oksigen.

    Perilaku eco-friendly travelling juga dapat diterapkan di destinasi wisata. Cara yang paling mudah, tidak membuang sampah sembarangan, tidak merusak pohon dengan mengukir nama, tidak mengambil segala sesuatu dari alam untuk dibawa pulang.

Baca juga:
Praktik Agroforestri Petani Kopi di Maluku

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


126 Ribu Wisatawan Berkunjung ke Banyuwangi Selama Libur Lebaran

14 jam lalu

Pantai Pulau Merah Banyuwangi, Jawa Timur (TEMPO/Lourentius EP)
126 Ribu Wisatawan Berkunjung ke Banyuwangi Selama Libur Lebaran

Destinasi yang paling banyak dikunjungi di Banyuwangi selama libur Lebaran salah satunya Pantai Marina Boom


Segini Uang yang Dibelanjakan Wisatawan Lokal dan Asing Saat Periode Libur Lebaran di Yogyakarta

16 jam lalu

Wisatawan memadati kawasan Malioboro Yogyakarta, Jumat 12 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Segini Uang yang Dibelanjakan Wisatawan Lokal dan Asing Saat Periode Libur Lebaran di Yogyakarta

Pergerakan wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang menyambangi Kota Yogyakarta selama 10 hari libur Lebaran, 5-15 April 2024 totalnya bekisar 277 ribu lebih wisatawan.


Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

1 hari lalu

Sejumlah remaja perwakilan dari berbagai daerah berjalan dengan mengenakan busana kolaborasi kebaya, adat, dan batik saat mengikuti pagelaran fesyen Batik Specta Nusantara di Kawasan Cagar Budaya Nasional Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 1 Oktober 2022.  Pagelaran fesyen yang menampilkan 1.000 busana batik nusantara itu sebagai upaya Pemerintah Kota Semarang mendukung Gerakan Peningkatan Produk Dalam Negeri (P3DN) sekaligus dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.


Terpopuler Bisnis: Jadwal Gaji ke-13 PNS, Jokowi Evaluasi Arus Mudik dan Balik Lebaran

2 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) berbincang dengan Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian (kiri) dan  Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) Abdullah Azwar Anas (kanan) sebelum konferensi pers terkait pemberian tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 untuk aparatur sipil negara (ASN) di Jakarta, Jumat 15 Maret 2024. Pemerintah menganggarkan  sebesar Rp48,7 triliun untuk pembayaran THR dan Rp50,8 triliun untuk gaji ke-13 ASN pada 2024 atau total tersebut naik Rp18 triliun dibandingkan anggaran pada 2023. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Terpopuler Bisnis: Jadwal Gaji ke-13 PNS, Jokowi Evaluasi Arus Mudik dan Balik Lebaran

Lebaran telah usai. Simak jadwal pencairan gaji ke-13 PNS.


Viral WNI Rusak Pohon Sakura di Jepang, Kemenparekraf Ingatkan Wisatawan Harus Bertanggung Jawab

2 hari lalu

Ilustrasi video viral. shutterstock.com
Viral WNI Rusak Pohon Sakura di Jepang, Kemenparekraf Ingatkan Wisatawan Harus Bertanggung Jawab

Kemenparekraf angkat bicara soal video viral perusakan pohon sakura oleh WNI.


Deretan Destinasi Wisata Terfavorit di 3 Provinsi Selama Libur Lebaran, Apa Saja?

2 hari lalu

Bhikhu berdoa bersama saat perayaan hari raya Magha Puja 2024 di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu 8 Maret 2024. Hari raya Magha Puja diperingati setiap bulan purnama di bulan ketiga kalender Buddha untuk mengenang Sang Buddha saat membabarkan Dharma pentingnya umat menghindari perbuatan jahat, menambah kebajikan, kesucian hati dan pikiran. ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Deretan Destinasi Wisata Terfavorit di 3 Provinsi Selama Libur Lebaran, Apa Saja?

Kemenparekraf mengungkap destinasi wisata favorit selama libur lebaran.


Pengeluaran Wisatawan Capai Rp 2,73 Juta dan Picu Perputaran Rp 369,8 Triliun Selama Libur Lebaran

3 hari lalu

Wisatawan memadati pantai Pangandaran di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Selasa 16 April 2024. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pangandaran mencatat jumlah kunjungan ke destinasi wisata di Pangandaran selama hari libur lebaran mencapai 159.125 orang. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Pengeluaran Wisatawan Capai Rp 2,73 Juta dan Picu Perputaran Rp 369,8 Triliun Selama Libur Lebaran

Wisatawan yang melakukan one day trip menghabiskan sekitar Rp 904 ribu.


Pantai Menganti Jadi Destinasi Wisata Baru Terfavorit, Alternatif Parangtritis dan Pangandaran

3 hari lalu

Sejumlah warga berwisata di Pantai Menganti di Desa Karangduwur, Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, 29 Desember 2016. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Pantai Menganti Jadi Destinasi Wisata Baru Terfavorit, Alternatif Parangtritis dan Pangandaran

Kemenparekraf mengungkap Pantai Menganti menjadi destinasi wisata baru yang ramai pengunjung selama musim libur lebaran.


Sembilan Destinasi Wisata Terfavorit Selama Lebaran, Malioboro sampai Bromo

3 hari lalu

Wisatawan memadati kawasan Malioboro Yogyakarta, Jumat 12 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Sembilan Destinasi Wisata Terfavorit Selama Lebaran, Malioboro sampai Bromo

Kemenparekraf mengungkap sejumlah destinasi wisata yang menjadi tujuan utama wisatawan selama libur Lebaran 2024.


Pulang Mudik Lebaran, Ini Destinasi Wisata Dekat Gerbang Tol Palembang dan Pekanbaru

3 hari lalu

Destinasi wisata budaya tempo dulu di Bukit Siguntang, Palembang. Di dalam Bukit Siguntang terdapat diantara nya makam Putri Rambut Selako. TEMPO/Parliza Hendrawan
Pulang Mudik Lebaran, Ini Destinasi Wisata Dekat Gerbang Tol Palembang dan Pekanbaru

Agar tak terlalu capai saat pulang mudik Lebaran bisa menepikan kendaraan untuk menikmati kuliner mengunjungi destinasi wisata