TEMPO.CO, Yogyakarta - Pegiat komunitas Space Art Yogya akan mempromosikan program simulasi pelatihan kehidupan Mars ke sejumlah negara pada tahun ini. Komunitas Space Art Yogyakarta selama ini mendalami bidang keantariksaan.
Proyek simulasi analog Mars bernama v.u.f.o.c Mars Analog Research Station atau VMARS itu sebelumnya telah dipamerkan di Yokohama Trienall, Jepang, pada 2020 dan Bangkok Art Biennale, Thailand, pada 2021. "Pada tahun ini, proyek VMARS itu kami presentasikan di Korea saat UNESCO Media Arts Creative City Platform, lalu Taiwan, dan Prancis," kata Venzha Christ, pegiat Space Art Yogya pada Selasa, 11 Januari 2022.
Venzha yang juga Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) itu menuturkan, proyek simulasi hidup di Mars sebelumnya akan dibangun di kawasan pegunungan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, dan dijadwalkan beroperasi pada 2021. Namun akibat pandemi Covid-19, proyek tersebut tertunda sampai sekarang.
Pada tahap pertama atau prototipenya, proyek simulasi analog kehidupan Mars di Yogyakarta itu berfokus pada tiga hal pokok. Pertama, penelitian Terraforming dengan nama V-TF; kedua, pengenalan tentang Space Farming dengan nama V-SFM; ketiga, menciptakan kreasi alternatif Space Food dengan nama V-SF.
"Jika VMARS berhasil terwujud tahun ini, maka akan menjadi wahana simulasi analog Mars pertama di Asia Tenggara dan satu-satunya program eksplorasi ruang angkasa yang pembangunan dan pengelolaannya berlangsung bersama-sama oleh berbagai komunitas interdisipliner," kata Venzha. Dalam proyek simulasi hidup di Mars ini, komunitas Space Art Yogyakarta juga melibatkan Erix Soekamti, pendiri grup band Endank Soekamti, dan produser musik, Grayce Soba.
Pegiat Space Art Yogya (dari kiri) Grayce Soba, Venzha Christ, dan Erix Soekamti berkolaborasi membangun simulasi hidup di Mars, VMARS. Dok. Istimewa
Sejumlah negara sejatinya sudah memiliki simulasi analog hidup di planet Mars. Setiap negara atau gabungan beberapa negara punya fokus dan tujuan yang berbeda. Misalkan HI-SEAS di Mauna Loa, Hawaii oleh NASA, MDRS di Utah, Amerika Serikat oleh Mars Society, MARS-500 di IBMP Moskow hasil kolaborasi antara Rusia, ESA, dan Cina, D-Mars di Ramon Crater oleh Israel, F-MARS di Pulau Devon, Kutub Utara oleh Mars Society, dan Concordia Station di Antartika, Kutub Selatan oleh Perancis dan Italia (ESA).
"Untuk di Yogyakarta, Indonesia, kami akan menghadirkan program lintas disiplin," kata Venzha. Di antaranya, riset radio astronomi, mengenal radiasi benda langit, kreasi alternatif space food, inovasi teknologi space farming, serta penelitian extra-terrestrial life.
Venzha menambahkan, selain mengenalkan simulasi pelatihan hidup di Mars ke Korea, Taiwan, dan Prancis, program ini akan terus diadakan di negara lainnya untuk meningkatkan nilai dan jejaring dalam bidang Space Science dan Space Exploration. Venzha Christ adalah pendiri sekaligus pemantik ide awal dalam membangun pusat pelatihan hidup di Mars ini.
Venzha Christ pernah mengikuti pelatihan simulasi bertahan hidup di Mars di Mars Desert Research Station (MDRS) oleh Mars Society yang didanai oleh MUSK Foundation - Elon Musk dari SpaceX. Pelatihan itu berlangsung di Amerika Serikat pada 2018. Dia juga mengikuti Simulation of Human Isolation Research for Antarctica - based Space Engineering atau SHIRASE oleh Field Assistant di Jepang pada 2019. Melalui kedua program ini, Venzha Christ sebagai orang Indonesia pertama dan satu-satunya yang terpilih untuk mengikuti simulasi bertahan hidup di Mars, mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana membangun pusat pelatihan dan simulasi ini.
Baca juga:
Pecinta Antariksa Wajib Coba Simulasi Hidup ala Planet Mars di Yogyakarta
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.