TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah pakar dari perguruan tinggi Yogyakarta dan komunitas pecinta tanaman herbal menjelajah kawasan Pegunungan Menoreh, Yogyakarta, pada Sabtu, 27 November 2021. Mereka berkunjung ke kawasan Madugondo, Suroloyo, Kulon Progo, Yogyakarta.
Dalam kegiatan bertajuk "Event Walk for Happiness" itu, mereka menemukan berbagai tanaman obat yang selama ini belum banyak diketahui masyarakat. "Di kawasan Menoreh ini ternyata banyak tanaman yang kaya antioksidan," kata pakar tanaman obat herbal yang juga dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Djoko Santoso yang turut mengikuti acara tersebut.
Selain tanaman teh, Djoko menjelaskan, di Pegunungan Menoreh juga terdapat kotokan dan Sintrong (Gynura crepidioides) yang daun mudanya kaya antioksidan serta dapat membantu meluluhkan batu ginjal. Menurut dia, tanaman yang memiliki warna cantik dan beragam dapat menjadi salah satu indikator bahwa tanaman tersebut kaya antioksidan.
Tim jelajah menemukan tanaman obat bermanfaat lain seperti Pegagan (Centella asiatica) yang mampu membantu mengatasi stroke, Kenanga (Cananga odorata) yang bunganya yang sudah memar dapat membantu memberi efek menenangkan. Ada pula Sidaguri (Sida rhombifolia) yang membantu mengatasi asam urat, sampai tanaman Putri malu (Mimosa pudica) yang membantu menurunkan kadar gula darah.
Wisatawan menjelajah Perbukitan Menoreh di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, pada Sabtu, 27 November 2021. Mereka mengetahui ada berbagai tanaman obat herbal yang kaya antioksidan di sana. Dok. Istimewa
Tanaman Walangi atau culantro (Eryngium foetidum) biasa dikonsumsi sebagai lalap ataupun dioseng. "Secara tradisional masyarakat menggunakan Walangi untuk membantu mengobati luka bakar, sakit telinga, demam, hipertensi, sembelit, asma, sakit perut, infeksi cacing, gigitan ular, diare, dan malaria," kata dia.
Djoko mengatakan, pengolahan tanaman yang kaya antioksidan ini harus hati-hati karena suhu panas saat perebusan dapat merusak senyawa antioksidan yang terkandung di dalamnya. Sebab itu, cara mengolah tanaman tersebut adalah dengan merebus air dalam kuali tebal (lebih baik menggunakan bahan tanah liat) dan ditutup hingga mendidih.
Api juga harus kecil kemudian masukkan tanaman tersebut. Setelah itu kompor dimatikan, buka sedikit tutupnya. Biarkan sampai dingin dan minuman herbal siap dikonsumsi.
Pemandu aktivitas jelajah Perbukitan Menoreh, Ison Satriyo mengatakan, vegetasi tanaman obat herbal di Madugondo Suroloyo ini sangat beragam. Daya tarik itu membuat para peserta yang sebagian besar anggota komunitas yoga Yogyakarta begitu antusias.
Kawasan Madugondo Menoreh, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, juga menyimpan cerita legenda tentang kisah Batara Guru yang konon sering bertapa di sana untuk menyatu dengan alam. "Jelajah alam ini mempertemukan dua aktivitas, yakni yoga dan mengenal tanaman obat herbal," kata Ison.
Dalam aktivitas yang mulai sejak pukul 07.30 WIB itu, Ison mengatakan, para peserta berlatih mengolah pernapasan (pranayama) yang folosifinya mirip dengan daun pada sebuah pohon. "Daun adalah unsur pohon yang menyerap energi dari alam," katanya.
Baca juga:
Kulon Progo Bersiap Jadi Panggung Geowisata Purba Dunia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.