TEMPO.CO, Jakarta - Limbah minyak kembali mencemari sejumlah pantai wisata di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Limbah minyak yang diduga berasal dari kapal itu disebut sudah sering terjadi.
"Peristiwa ini bukan pertama kali terjadi, melainkan sudah beberapa tahun lalu. Namun, sampai sekarang masih terjadi. Kami minta aparat penegak hukum untuk menindaknya," kata Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Bintan Syukur Haryanto alias Buyung Adly, Rabu, 3 November 2021.
Buyung menduga limbah minyak itu berasal dari kapal asing yang membuang sisa atau kerak minyak dari dalam tangki kapal. Limbah itu dimasukkan dalam karung, kemudian dibuang di Out Port Limited (OPL) di perbatasan perairan Kepri dengan Singapura.
Saat musim angin utara, seperti saat ini, limbah minyak itu dibawa arus ke bibir pantai di Bintan. Pantai yang dijadikan sebagai objek wisata seperti di Lagoi dan Trikora pun menjadi tercemar.
Wisatawan kerap mengeluhkan kakinya terkena limbah minyak itu dan sulit dibersihkan. "Pengusaha pariwisata menjadi semakin sulit di masa pandemi ini karena berhadapan lagi dengan permasalahan baru," kata Buyung.
Menurut Buyung, limbah minyak ini juga menurunkan pendapatan nelayan karena hasil tangkapan ikan menjadi berkurang. Nelayan kerap mengeluhkan permasalahan limbah minyak yang tidak kunjung selesai.
"Banyak kerugian yang negara alami, dan yang paling merasakan langsung dampak buruknya adalah nelayan," kata Buyung.
Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau Bulalimar mengatakan pihaknya akan melaporkan permasalahan limbah minyak itu kepada instansi terkait. "Pengusaha pariwisata tentu merasa resah, dan dirugikan. Kami berharap permasalahan ini segera tuntas," ujarnya.
Baca juga: Daftar Spot Wisata Favorit di Bintan, Turis Singapura Sering Datang