TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman menerbitkan surat edaran bagi seluruh pengelola destinasi ataupun desa wisata yang wilayahnya memiliki potensi bencana hidrometeorologi selama musim hujan intens yang dimulai akhir Oktober ini hingga Maret tahun depan.
"Kami meminta semua destinasi dan desa wisata meningkatkan kewaspadaanya demi melindungi wisatawan," kata Kepala Dinas Pariwisata Sleman Suparmono, Kamis, 28 Oktober 2021.
Suparmono menuturkan destinasi yang wajib waspada potensi bencana hidrometeorologi berupa banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan angin kencang akibat cuaca ekstrem itu khususnya yang memiliki aktivitas di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi. "Juga destinasi yang ada di daerah lereng-lereng seperti di wilayah Kecamatan Prambanan dan lainnya yang berpotensi bencana tanah longsor," kata Suparmono yang menyebut kewaspadaan terbesar terutama puncak musim hujan pada Januari 2022.
Suparmono menuturkan para pengelola destinasi dan desa wisata musti ikut menjaga dan memprioritaskan keselamatan diri dan wisatawan dengan ikut mencegah agar bencana yang membawa korban tak sampai terjadi. "Pengelola destinasi dan desa wisata agar selalu berkoordinasinya dengan posko unit BPBD dan tim SAR setempat untuk pemantauan kemungkinan terjadinya bencana agar bisa diantisipasi dengan baik," kata dia.
Selain itu, kepada wisatawan, Suparmono meminta untuk memperhatikan arahan atau imbauan dari pengelola tempat wisata. Khususnya jika objek wisata yang dikunjungi tengah ditutup karena berbahaya bagi keselamatan.
"Bukan hanya terkait potensi bencana alam, tetapi wisatawan juga kami harap mematuhi arahan terkait potensi pandemi Covid-19 yang belum berakhir," kata Suparmono.
Kepala Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida menyatakan volume curah hujan di kawasan Gunung Merapi saat ini 100 milimeter per hari. Selain itu, masih ada potensi bahaya dengan status Merapi yang masih Siaga saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal tiga kilometer ke arah sungai Woro dan sejauh lima kilometer ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng dan Putih.
Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak. "Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya dan mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi," kata Hanik.
Baca juga: Hari Ini, Sleman Buka Kembali Kawasan Wisata Kaliurang di Kaki Gunung Merapi