TEMPO.CO, Jakarta - Kabupatan Merauke Papua menjadi salah satu klaster tuan rumah Pekan Olahraga Nasional atau PON XX 2021. Wilayah itu pun akan kedatangan ribuan tamu dari seluruh Indonesia.
Untuk para tamu PON Papua, Merauke menawarkan destinasi wisata menarik yang bisa dikunjungi. Tentu saja destinasi wisata itu juga bisa dikunjungi oleh masyarakat umum saat situasi pandeki sudah bisa kondusif kelak. Berikut daftarnya:
Monumen Kapsul Waktu Merauke
Monumen yang dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektare di dekat Bandara Mopah itu menjadi ikon baru di kota paling Timur di Indonesia. Bangunan berbentuk tugu tersebut terinspirasi dari menara perang Suku Dani, dengan lima akses masuk bangunan yang merepresentasikan lima suku asli Merauke (Malind, Muyu, Mandobo, Mappi dan Auyu) sebagai penjaga tugu kapsul waktu.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana Jokowi menyaksikan peletakkan kapsul waktu ke dalam cangkang oleh anak-anak saat peresmian Monumen Kapsul Waktu di Kabupaten Merauke, Papua, Jumat, 16 November 2018. Foto: Biro Pers Setpres
Landmark itu diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 2018 dengan nama lengkap Monumen Kapsul Waktu Impian Indonesia 2015-2085. Bangunan itu merupakan wadah sejarah berbentuk kapsul tempat menyimpan dokumen yang bertuliskan mimpi-mimpi masyarakat dari tiap provinsi di Indonesia, yang diletakkan sedari tahun 2015 dan akan dibuka lagi nanti pada 2085.
Sunset dan susur pantai Merauke
Melihat matahari tenggelam di Merauke tiada duanya karena kota di ujung timur Nusantara itu memiliki garis pantai yang menghadap ke barat. Ketika sore hari, daerah pesisir pantai seperti Pantai Imbuti atau Pantai Lampu Satu yang tak jauh dari pusat kota menyajikan kecantikan ufuk barat ketika matahari menuju peraduannya di Laut Arafura.
Ada juga Pantai Payum yang belum banyak dikunjungi wisatawan dan pas bagi pelancong yang mendambakan ketenangan. Pantai itu belum banyak tersentuh tangan manusia dan nampak alami dengan pantai pasir yang lembut dan air laut yang begitu jernih.
Lalu ada Pantai Onggaya memiliki keunikan tersendiri dengan pasirnya yang berwarna putih kemerahan dan hamparan kerang beragam ukuran. Pengunjung yang datang ke sana disarankan membawa jaket untuk melindungi tubuh dari dinginnya hembusan angin yang datang dari Australia.
Rumah Semut Musamus dan Taman Nasional Wasur
Rumah semut Musamus di Merauke ini memiliki keunikan dan mirip dengan yamg ada di Australia. Ukurannya besar, bahkan bisa dua kali lipat tinggi manusia normal.
Warga sekitar menyebut Musamus yang merupakan rumah semut, namun lebih tepatnya mahakarya alam itu merupakan sarang dari hewan sejenis rayap yang memanfaatkan tanah, rumput dan air liurnya sebagai perekat untuk membangun pencakar langit di dunia serangga itu. Kemudian struktur berbentuk kerucut dengan tekstur berlekuk-lekuk dengan tinggi bisa mencapai lebih dari tiga meter itu juga bisa ditemui di Taman Nasional Wasur.
Taman Nasional Wasur juga dijuluki sebagai "Serengeti Papua" karena sekitar 70 persen wilayahnya terdiri dari sabana, di samping vegetasi lainnya yang berupa hutan rawa, hutan monsoon, hutan pantai, hutan bambu, padang rumput dan hutan sagu. Di taman nasional tersebut hidup juga sejumlah spesies endemik, seperti kanguru, burung kasuari dan cendrawasih.
Perbatasan dan Distrik Sota
Distrik Sota merupakan garis terdepan NKRI yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua Nugini. Sota menawarkan destinasi wisata perbatasan di mana terdapat gerbang dan patok perbatasan antara Indonesia dan Papua Nugini. Pada akhir pekan, khususnya, taman di kawasan perbatasan Sota berfungsi sebagai tempat rekreasi yang menjadi tujuan masyarakat sekitar.
Sota juga merupakan titik 0 kilometer Merauke-Sabang yang ditandai dengan taman minimalis dengan pajangan besar angka '0 KM Merauke-Sabang' yang menjadi destinasi wisata setempat. Dari Kabupaten Merauke, perjalanan sejauh 80 kilometer menuju Sota melewati Kampung Wasur dan Kawasan Taman Nasional Wasur.
Baca juga: Situs Megalitik Khulutiyauw, Wisata untuk Atlet dan Wisatawan PON XX Papua 2021