TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Fakfak, Papua Barat, dikenal memiliki toleransi beragama yang tinggi. Mereka memiliki filosofi satu tungku tiga batu.
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan makna dari filosofi satu tunggu tiga batu adalah ketiga batu itu sebagai lambang tiga agama dan menjadi satu kesatuan yang seimbang untuk menopang kehidupan dalam keluarga. "Tiga agama ini adalah Islam, Kristen Protestan, dan Katolik," kata Hari Suroto kepada Tempo, Sabtu 4 September 2021.
Tidak jarang dalam satu keluarga di Fakfak terdapat tiga agama. Meski berbeda, mereka tetap rukun dan menjunjung nilai-nilai toleransi. Wisatawan dapat mengamati ciri khas setiap kampung di Fakfak yang sesuai dengan mayoritas pemeluk suatu agama di tempat itu.
"Perkampungan di Fakfak umumnya ditandai oleh tempat ibadah sebagai ikon sekaligus penanda," kata Hari Suroto. Jika sebuah kampung terdapat gereja, maka itu berarti kampung yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, sedangkan pada kampung yang terdapat masjid berarti itu adalah kampung Islam.
Selain tempat ibadah sebagai penanda, wisatawan yang datang ke Fakfak juga dapat menyaksikan hewan peliharaan penduduk sebagai penanda. Di kampung Islam akan banyak kambing peliharaan yang dibiarkan bebas berkeliaran.
Kambing-kambing ini tidur di jalan raya, sehingga para pengemudi mobil atau pengendara sepeda motor wajib berhati-hati. Sebagai penanda kepemilikan, di leher setiap kambing terdapat kalung dari tutup botol plastik. "Warna-warna tutup botol itu jadi penanda siapa pemiliknya," kata Hari yang juga dosen jurusan arkeologi Universitas Cenderawasih, ini.
Sementara kampung di Fakfak, Papua Barat, yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, biasanya ditandai dengan banyaknya anjing. Anjing-anjing ini bertugas menjaga rumah, teman berburu, atau untuk menemani berkebun.
Baca juga:
Wisata ke Fakfak, Papua, Pilih Sopir Berpengalaman Ketimbang Mandek di Tanjakan