Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Banyak Versi Reog Ponorogo, Salah Satunya Sindiran Raja yang Dikendalikan Istri

Reporter

image-gnews
Atraksi kebudayaan reog ponorogo pada saat parade kebhinnekaan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, 20 November 2016. TEMPO/Ilham Fikri
Atraksi kebudayaan reog ponorogo pada saat parade kebhinnekaan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, 20 November 2016. TEMPO/Ilham Fikri
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki beragam tradisi unik yang berbeda-beda di tiap daerah. Salah satu tradisi yang masih hidup hingga sekarang adalah Reog Ponorogo.

Biasanya, Reog Ponorogo dipentaskan dalam acara-acara khusus seperti pernikahan, khitanan, festival seni, hingga acara-acara kenegaraan. Tradisi ini identik dengan topeng besar berkepala harimau yang dihiasi bulu merak.

Dalam makalah berjudul Reog dan Ludruk: Dua Pusaka Budaya dari Jawa Timur yang Masih Bertahan oleh Ayu Sutarto, dikatakan bahwa cerita asal-usul dan perkembangan reog Ponorogo memiliki lebih dari satu versi.

Versi pertama sejarah reog Ponorogo dikaitkan dengan era Kerajaan Kahuripan di Kediri. Versi ini tidak melibatkan tokoh-tokoh sejarah dan bertolak dari legenda yang diceritakan oleh pewaris aktifnya.

Kala itu, daerah Ponorogo bernama Wengker dan masuk dalam bagian dari Kerajaan Kahuripan. Raja Wengker, Klana Sewandana, dan patihnya Pujangga Anom, dikisahkan pergi ke Kerajaan Kediri dengan maksud untuk melamar putri Kahuripan yang sangat cantik.

Dalam perjalanan, Klana Sewandana dan Pujangga Anom dihadang oleh raja rimba bernama Singa Barong dan seekor merak cantik yang perkasa bernama Manyura. Klana Sewandana akhirnya berhasil mengalahkan keduanya dengan bantuan cambuk Semandiman dan bahkan membuat mereka menjadi mahluk berkepala dua, yakni kepala harimau dan burung merak.

Versi lain menyebutkan bahwa Reog Ponorogo dibawa oleh seorang ulama bernama Ki Ageng Kutu Surya Ngalam untuk mengkritik Raja Majapahit, Brawijaya V, yang dikendalikan oleh permaisurinya. Harimau melambangkan sang raja, sementara merak yang hinggap di atas kepala harimau melambangkang sang permaisuri.

Selain berfungsi untuk hiburan, reog Ponorogo juga berfungsi sebagai alat penggerak massa. Di bawah pemerintahan Bathara Katong, Reog Ponorogo pernah dimanfaatkan untuk menarik massa demi mengamankan wilayah Majapahit dan menyebarkan agama Islam.

Dalam sejarah politik Indonesia, Reog Ponorogo juga kerap dimanfaatkan untuk mengumpulkan dan menggerakkan massa, terutama dalam rapat atau kampanye politik di ruang terbuka

SITI NUR RAHMAWATI

Baca: Reog Ponorogo Memikat Perhatian Warga Den Haag

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

13 jam lalu

Presiden AS Joe Biden menyampaikan sambutan kepada anggota militer, petugas pertolongan pertama, dan keluarga mereka pada hari peringatan 22 tahun serangan 11 September 2001 terhadap World Trade Center, di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson di Anchorage, Alaska, 11 September. 2023. REUTERS/Evelyn Hockstein
Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.


Profil 3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit

19 jam lalu

Pameran foto peninggalan Kerajaan Majapahit karya Nigel Bullough, yang dipamerkan di House of Sampoerna Surabaya, Senin malam (7/9). Pameran tersebut untuk memperingati 650 tahun perjalanan Raja Hayam Wuruk mengelilingi bagian timur Jawa. Foto: ANTAR
Profil 3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit

Tak hanya dipimpin raja, Majapahit pernah dipimpin perempuan. Siapa saja mereka?


Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

4 hari lalu

Kapal kajang terparkir di Sungai Mahat Gunung Malintang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra barat. Kapal ini disiapkan untuk perhelatan Alek Bakajang pada 13-17 April 2024. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Alek Bakajang diyakini masyarakat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, biasanya dilaksanakan tiga hari setelah Idulfitri.


Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

7 hari lalu

Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Rabu 17 April 2024.  Pesta Lomban yang diadakan nelayan sepekan setelah Idul Fitri dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau serta hasil bumi ke tengah laut itu sebagai bentuk syukur dan harapan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan saat melaut. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.


Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

7 hari lalu

Penari Seblang mengenakan omprok (hiasan kepala) dari janur, daun pisang muda, dan hiasan bunga segar untuk menutup kepala dan wajah. Tradisi ini digelar 15-21 April 2024 (Diskominfo Kabupaten Banyuwangi)
Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

Seblang merupakan salah satu tradisi adat suku Osing di Banyuwangi dalam mengejawantahkan rasa syukurnya.


Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

7 hari lalu

Gunungan sayur-mayur dan ketupat menjadi bagian dari rangkaian acara Bakdo Sapi yang diadakan di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Rabu, 17 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

Tradisi Bakdo Sapi digelar di akhir perayaan Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan


Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

13 hari lalu

Lebaran Topat di Lombok Barat 2023 (dok. Dinas Pariwisata Lombok Barat)
Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

Lebaran Topat tahun ini akan digelar pada hari Rabu, 17 April 2024


Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

16 hari lalu

Warga Saudi menyambut penetapan Hari Raya Idul Fitri pada hari Selasa dengan antusias.[Saudi Gazette]
Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

Setiap negara punya tradisi unik dalam merayakan hari raya Idulfitri atau Lebaran. Di Indonesia, Lebaran dirayakan pada 10 April 2024.


Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

28 hari lalu

Sejumlah pemuda memukul bekas tong plastik sambil menyanyikan lagu-lagu religi saat berkeliling pemukiman untuk membangunkan sahur di Balakong, Malaysia, 26 Maret 2023. Sejumlah pemuda berkeliling pemukiman warga sembari memainkan musik dengan bekas tong plastik dan menyanyikan lagu religi untuk membangunkan sahur pada bulan Ramadan. REUTERS/Hasnoor Hussain
Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

Asal-usul tradisi membangunkan sahur di Indonesia diyakini telah eksis sejak Islam masuk ke Tanah Air dan memiliki sebutan berbeda di setiap daerah.


Pesona Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Diakui Dunia

33 hari lalu

Senja di desa adat Waerebo, 28 April 2017. Desa adat Waerebo terletak di atas ketinggian 1200 Mdpl di Kabupaten Manggarai, NTT. ANTARA FOTO
Pesona Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Diakui Dunia

Wae Rebo, desa di perbukitan Pulau Flores, NTT dinobatkan sebagai salah satu kota kecil tercantik di dunia oleh The Spector Index, serta diakui UNESCO