TEMPO.CO, Yogyakarta - Pengusaha perhotelan di Yogyakarta masih terpuruk dengan pandemi Covid-19 yang belum juga reda dan berimbas pada kebijakan-kebijakan berimplikasi berat bagi pelaku industri ini. Saat ini mereka merasakan implikasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat yang awalnya hanya sampai 20 Juli 2021, kini bakal diperpanjang sampai akhir Juli 2021.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengatakan pemerintah akan memperpanjang PPKM Darurat di Pulau Jawa dan Bali sampai 31 Juli 2021. Pemerintah akan menyampaikan detail kebijakan tersebut hari ini, Sabtu 17 Juli 2201.
Senyampang itu, mulai Jumat hingga Minggu, 16-18 Juli 2021, para pelaku usaha perhotelan di Yogyakarta menggelar aksi bisu dari hotel masing-masing. Mereka memadamkan seluruh lampu kamar dan hanya menyisakan beberapa lampu di kamar tertentu sehingga membentuk simbol hati atau cinta.
"Kami menamakan gerakan ini Jogja With Love," kata General Manager Royal Darmo Malioboro Hotel, Joko Paromo pada Jumat petang, 16 Juli 2021. Sebanyak 52 hotel di Yogykarta bergabung dalam Jogja With Love. Gerakan pemadaman lampu dan membentuk penerangan berbentuk hati ini dimulai setiap pukul 18.00 hingga tengah malam.
Sejumlah hotel di Yogyakarta mengikuti gerakan Jogja With Love selama 16-18 Juli 2021. Gerakan ini wujud keprihatinan atas pandemi berkepanjangan dan situasi yang memberakan usaha perhotelan. Dok. Istimewa
Tak hanya di hotel yang memiliki dinding kosong dan terlihat, jika hotel itu berada di antara bangunan maka bisa menyalakan penerangan berbentuk hati di kolam renang atau di lantai teratas dengan menggunakan lilin yang menyala. Joko yang juga Ketua Badan Pimpinan Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPC-PHRI) Kabupaten Sleman Yogyakarta itu mengatakan, di masa PPKM Darurat okupansi perhotelan di Yogyakarta memang kembali anjlok setelah sempat naik seusai lebaran lalu.
Dari semula okupansi naik menjadi 25 sampai 30 persen, sejak PPKM Darurat berlaku, angka ini kembali turun di bawah sepuluh persen. "Kondisi okupansi memang sangat rendah sekarang, rata-rata mungkin tinggal lima sampai delapan persen," kata Joko.
Dari gerakan itu, menurut Joko, pelaku industri perhotelan berharap pandemi Covid-19 reda dan pemerintah segera mengevaluasi kebijakan yang mencekik industri pariwisata. "Kami ingin sekali pariwisata kembali bangkit dan normal, perekonomian stabil, rakyat sejahtera, dan wabah selesai," kata Joko.
Sejumlah hotel di Yogyakarta mengikuti gerakan Jogja With Love selama 16-18 Juli 2021. Gerakan ini wujud keprihatinan atas pandemi berkepanjangan dan situasi yang memberakan usaha perhotelan. Dok. Istimewa
Selain lewat gerakan Jogja With Love, aksi keprihatinan juga terwujud melalui doa bersama lintas agama DI Yogyakarta #PrayFromHome bertajuk Langitkan Doa dari Jogja untuk Indonesia. Acara ini berlangsung di Gedhong Pracimosono, Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Jumat 16 Juli 2021.
"Kita semua berharap semoga bangsa ini senantiasa mendapat kekuatan dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa, serta mendoakan untuk masyarakat yang meninggal karena Covid-19," kata Wakil Gubernur DI Yogyakarta, Paku Alam X di sela doa bersama. "Doa merupakan salah satu ikhtiar batin dalam menghadapi pandemi Covid-19." Lihat juga: Talk Show TV Tempo: Mungkinkah Program Vaksinasi Dipercepat untuk Hadapi Varian Delta?
Paku Alam melanjutkan, masyarakat sebenarnya menjadi subjek pencegahan dari meluasnya virus corona. "Sebaik dan sekuat apa pun regulasi hanya akan menjadi aji godhong aking, tak berarti bagai daun kering, jika diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan sepenuh hati," kata Paku Alam.
Hingga Jumat, 16 Juli 2021, total kasus terkonfirmasi Covid-19 di Yogyakarta tercatat 87.442 kasus. Sebanyak 24.614 nyawa melayang karena virus corona sejak Maret 2020.
Baca juga:
Cara Yogyakarta Hidupi Pelaku Kuliner Tetap Punya Rezeki di Masa PPKM Darurat