TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia atau ISBI Tanah Papua menampilkan pertunjukan seni tentang Situs Megalitik Tutari dalam Pesta Keseniaan Bali 2021. Acara secara virtual dan aktual itu berlangsung mulai 12 Juni sampai 10 Juli 2021 di Taman Budaya Bali dan ISI Denpasar.
Pesta Kesenian Bali ke-43 melibatkan sekitar 10 ribu seniman dari berbagai daerah di Indonesia hingga delegasi luar negeri. Dalam koreografi, mahasiswa ISBI Tanah Papua bergerak pada lingkungan di sekitar Situs Megalitik Tutari yang terletak di Bukit Tutari, Kampung Doyo Lama, Distrik Waiabu, Kabupaten Jayapura, Papua.
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan seni virtual bertema Situs Megalitik Tutari ini merupakan kolaborasi antara Komunitas Tifa Kamp Wolker Waena Jayapura dengan ISBI Tanah Papua, dan Balai Arkeologi Papua. "Seni Virtual ini berjudul Aku Papua: dari Bali untuk Indonesia," katanya. Mereka menari, melukis, dan sebagainya.
Mahasiswa ISBI Tanah Papua bersiap menari di Situs Megalitik Tutari, Papua. Dok. Hari Suroto
Situs Megalitik Tutari di Bukit Tutari, Papua, terdiri dari bongkahan batu berlukis berjumlah 83 buah. Rinciannya, 80 buah bongkahan batu hanya mempunyai satu sisi bidang lukis, sebuah bongkahan batu mempunyai dua sisi bidang lukis, dan dua buah bongkahan batu mempunyai dua bidang lukis.
"Jumlah lukisan sebanyak 138 buah, 135 buah masih dapat diklasifikasikan bentuk lukisannya, sedangkan sisanya sudah sangat aus dan tidak jelas," kata Hari Suroto. Lukisan-lukisan tersebut dibagi dalam bentuk manusia sebanyak 17 buah, hewan sebanyak 64 buah yang terdiri dari biawak 17 buah, kura-kura 14 buah, satu ular, dan satu burung. Ada pula bentuk geometris sebanyak 15 buah, flora 3 buah, dan kapak batu tiga buah.
Hari Suroto menambahkan, motif Megalitik Tutari harus dilestarikan, salah satu dengan menghidupkannya kembali pada seni Sentani masa kini, termasuk seni kontemporer. "Ini adalah bagian dari kontribusi penelitian arkeologi pada ruang lingkup Sustainable Development Goals atau tujuan pembangunan berkelanjutan," ucapnya.
Penandatanganan kerja sama antara Program Studi Desain Mode, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia atau ISI Denpasar dengan Balai Arkeologi Papua. Dok. Hari Suroto
Selain pertunjukan koreografi lingkungan, ada pula pemutaran film melalui kanal YouToube Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, diskusi bertema Situs Megalitik Tutari, dan penandatanganan kerja sama antara Program Studi Desain Mode, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia atau ISI Denpasar dengan Balai Arkeologi Papua.
"Seni virtual yang menggabungkan arkeologi dan seni merupakan terobosan baru dan untuk pertama kalinya ditampilkan dalam Pesta Kesenian Bali," kata Guru Besar ISI Denpasar, I Wayan Rai S.
"Seni virtual dengan menampilkan Situs Megalitik Tutari dan keindahan alam serta pembangunan Papua masa kini mendapat apresiasi yang luar biasa dari penonton yang terdiri atas dosen, mahasiswa, dan undangan lainnya," kata Kepala Balai Arkeologi Papua, I Gusti Made Sudarmika. "Banyak di antara peserta yang ingin ke Papua agar dapat melihat situs ini secara langsung."
Baca juga:
Kisah Unik Menhir Situs Megalitik Tutari Papua, Dibawa ke Jakarta Balik Sendiri