TEMPO.CO, Jakarta - Pulau penyengat merupakan sebuah pulau kecil di kota Tanjungpinang, tepatnya di Kepulauan Riau dengan cerita sejarah yang begitu menarik untuk ditelusuri.
Pulau yang berukuran panjang 2.000 meter dan lebar 850 meter ini, awalnya merupakan pulau mungil yang ada dimuara Sungai Riau. Pulau Bintan sebenarnya sudah dikenal oleh para pelaut karena sempat menjadi tempat persinggahan untuk mengambil air tawar, karena saat itu pulau ini memiliki cukup banyak tersedianya air tawar.
Nama dari pulau penyengat pun bermula dari suatu kejadian yang menimpa pulau tersebut. Karena pulau penyengat sering didatangi para pelaut untuk mengambil air, suatu ketika ada pelaut yang datang untuk mengambil air tawar seperti biasanya.
Namun, saat para pelaut tersebut mengambil air mendadak ada sekawanan binatang serupa tawon yang menyengat, lalu dari situ la para pelaut mulai menyebarkan kabar pulau sengat seiring berjalannya waktu berubah menjadi Pulau Penyengat.
Asal usul Pulau Penyengat tidak berhenti disitu saja, dalam sejarahnya Pulau Penyengat juga dikenal sebagai pulau hadiah perkawinan yang diberikan oleh sultan Mahmud Syah kepada istrinya yaitu Engku Puteri Raja Hamidah tepatnya pada tahun 1803.
Pada tahun yang sama pada 1803 saat pusat pemerintahan Kerajaan Riau bertempat di pulau itu, Pulau Penyengat berganti nama menjadi Pulau Penyengat Indrasakti. Kemudian dibangun juga sebuah pusat pertahanan menjadi negeri dan kemudian berkedudukan yang di pertuan Muda Kerajaan Riau-Lingga.
Selain itu Pulau Penyengat merupakan pulau bersejarah dan memiliki kedudukan penting dalam peristiwa jatuh bangunnya Imperium Melayu, sebelum terdiri dari wilayah Kesultanan Johor, Pahang, Siak dan juga Lingga, khususnya di bagian selatan dari Semenanjung Melayu.
Pulau Penyengat juga sempat menjadi saksi dari perang saudara tahta Johor pada tahun 1719 ketika terjadinya perebutan tahta Kesultanan Johor antara keturunan Sultan Mahmud Syah yang dipimpin putranya yaitu Raja Kecil yang melawan keturunan Sultan Abdul Jalil Riayatsyah yang dipimpin oleh Tengku Sulaiman.
Saat itu Pulau penyengat dijadikan kubu pertahanan oleh Raja Kecil yang memindahkan pusat pemerintahan yang sebelumnya dari Kota Tinggi (Johor) ke Riau di Hulu Sungai Carang (Pulau Bintan). Namun, perang saudara berakhir dengan kemenangan Tengku Sulaiman dan saudaranya yang dibantu oleh lima orang bangsawan dari Bugis Luwu, yaitu Daeng Petani, Daeng Marewah, Daeng Chelak, Daeng Kemasi, dan Daeng Menambun.
ASMA AMIRAH
Baca: Wisata Sejarah ke Pulau Penyengat Tempat Ikrar Ketiga Sumpah Pemuda Bermula