TEMPO.CO, Mataram - Lebaran Ketupat atau Lebaran Topat adalah tradisi masyarakat yang berlangsung setelah Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat Lombok biasanya merayakan lebaran ketupat dengan jalan-jalan ke destinasi wisata, ziarah makam, atau berkumpul dengan keluarga.
Pemerintah Nusa Tenggara Barat atau NTB bahkan menggelar acara besar-besaran di setiap momentum Lebaran Ketupat. Sebelum pandemi Covid-19, pemerintah memasukkan agenda Lebaran Topat dalam kalendar pariwisata. Pada 2019, masyarakaat membuat ketupat raksasa dan menggelar perayaan besar-besaran. Namun sejak 2020, agenda ini ditiadakan demi mencegah penyebaran virus corona.
Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat, NTB, Saepul Akhkam mengatakan, meski pemerintah meniadakan agenda pariwisata Lebaran Topat, bukan berarti masyarakat dilarang merayakannya. "Masyarakat di perkampungan merayakan Lebaran Topat di masjid dan musala," kata Saepul kepada Tempo, Jumat 21 Mei 2021.
Tradisi Lebaran Topat atau di lingkungan masyarakat Sasak disebut sebagai Lebaran Nine dilakukan setelah menjalani puasa sunah selama enam hari di bulan Syawal. Puasa sunah itu dilakukan sehari setelah Hari Raya Idul Fitri.
Perayaan Lebaran Ketupat atau Lebaran Topat di Masjid Narmada, Lombok Barat, NTB. Dok. Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat
Jadi, tepat di hari ketujuh atau sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri merupakan puncak dari Idul Fitri itu sendiri yang kemudian disebut Lebaran Topat. Masyarakat merayakannya dengan membawa hidangan ke satu tempat untuk berkumpul bersama. Tempat ini bisa masjid, musala, makam, atau lapangan terbuka.
Hidangan yang dibawa dari rumah masing-masing ditempatkan dalam dulang pesaji. Bentuknya berupa nampan yang berisi makanan, antara lain opor telur, opor ayam, ketupat, urap, pelalah ayam, dan pelalah telur. Lebaran Topat bukan sekadar ritual kebudayaan, juga menjadi kegiatan pelesiran keluarga setelah puasa Ramadan dan puasa Syawal.
Saepul Akham menjelaskan, pemerintah membolehkan perayaan Lebaran Topat di perkampungan. Namun destinasi wisata masih ditutup untuk mencegah kerumunan. Seluruh destinasi wisata di Lombok Barat tutup sejak H-1 hingga H+10 Hari Raya Idul Fitri atau pada 12 - 23 Mei 2021. Penutupan tersebit sesuai dengan Surat Edaran Bupati Lombok Barat terbit pada 5 Mei 2021.
Seribu buah ketupat tersusun rapi membentuk ketupat raksasa di acara Lebaran Topat di Lombok. Dok Humas Pemda Lombok Barat
Saat perayaan Lebaran Topat, masyarakat biasanya memadati pantai Cemare Lembar, makam Petilasan di perairan depan Pelabuhan Lembar, makam Kurnaji di Desa Labuapi, makam Batu Layar di Senggigi. Di kota Mataram ada makam Loang Baloq di Tanjung Karang, pantai Boom di bekas Pelabuhan Ampenan, dan Makam Bintaro.
Di makam-makam tersebut, para peziarah mendoakan dan menghormati leluhur yang pernah berdakwah di Pulau Lombok. Kunjungan ke makam juga biasanya dilakaukan dengan prosesi Ngurisang atau potong rambut bayi. Saepul Akhkam mengimbau masyarakat dapat memaknai tradisi Lebaran Topat untuk mempererat silaturahmi dengan keluarga. "Jadi pada Lebaran Topat tahun ini, kita di rumah saja," ujarnya.
Seorang warga Labuapu, Maesaroh yang hendak berwisata ke kawasan Suranadi dan Narmada, mengaku terkejut saat dicegat oleh petugas. Dia bersama keluarga hendak berekreasi memanfaatkan momentum Lebaran Topat seperti biasanya.
Dia tak tahu ada pemerintah menutup destinasi wisata saat Lebaran Ketupat. "Saya kira razia SIM dan STNK, ternyata tidak boleh masuk dan disuruh putar balik," kata Mesaroh. "Kami biasanya merayakan Lebaran Topat bersama keluarga di Taman Surandai dan Narmada."
Baca juga:
Tradisi Lebaran Ketupat, Begini Filosofi Ketupat Keraton Cirebon