TEMPO.CO, Yogyakarta - Raja Keraton yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan situasi Covid-19 di wilayahnya usai momen libur lebaran belum bisa terprediksi apakah bakal melonjak atau tidak.
"Nanti awal Juni baru bisa diketahui semua, apakah kasus baru Covid-19 di Yogya itu bakal naik atau tidak pasca lebaran ini," kata Sultan HB X di Yogyakarta, Senin, 17 Mei 2021.
Sultan berhitung, misalnya momentum libur lebaran dianggap berakhir 16 Mei 2021, maka dengan melihat masa inkubasi virus Corona serta kebutuhan dua kali tes swab yang makan waktu total sekitar 15 hari, ia memperkirakan awal Juni nanti perkembangan kasus baru bisa diketahui apakah terjadi lonjakan atau tidak pasca lebaran ini. "Hasil yang dikeluarkan dari laboratorium hari ini kan hasil pemeriksaan dua-tiga hari yang lalu, dari sebelum lebaran," ujarnya.
Sultan menuturkan di masa peniadaan mudik dan kebijakan penyekatan perbatasan ini, diperkirakan ada 1,4 juta orang keluar wilayah. Namun angka ini menurut Sultan jelas tak bisa serta merta jadi indikator apakah bakal mempengaruhi lonjakan kasus atau tidak.
Sultan berharap tren kenaikan kasus Covid-19 yang terjadi di luar Jawa saat ini tak terjadi juga di Yogya usai libur Lebaran.
Berkaca dari tingkat bed occupancy ratio (BOR) atau angka penggunaan tempat tidur penanganan Covid-19 di DIY, Sultan mengatakan sampai 17 Mei ini, angkanya 41,29 persen. Sedangkan angka rata-rata BOR yang diharapkan pemerintah pusat agar daerah bisa mencapai 29 persen.
"Harapan dari pemerintah pusat, di daerah kan dapat mengontrol BOR ini, namun yang sejauh ini yang bisa memenuhi itu masih daerah di (Indonesia) timur, soalnya daerah lain ada juga yang BOR nya di atas 50 persen," kata Sultan.
Dengan kondisi BOR di Yogya itu, Sultan berharap usai lebaran ini benar-benar tak terjadi lonjakan kasus baru.
Koordinator Pengamanan dan Penegakan Hukum Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY Noviar Rahmad menuturkan selama libur lebaran Yogyakarta turut dikunjungi wisatawan luar, khususnya Jawa Tengah seperti Kabupaten Purworejo dan Wonogiri. Wisatawan dua wilayah itu menyambangi destinasi yang berbatasan langsung dengan daerahnya.
Misalnya wisatawan Purworejo menyambangi Pantai Glagah di Kulon Progo. Sedangkan wisatawan asal Wonogiri menyambangi Pantai Sepanjang Gunungkidul.
"Di pintu gerbang masuk perbatasan DIY-Jateng itu seharusnya memang ada penyekatan juga namun banyak tidak diterapkan oleh dinas pariwisata kabupaten," kata Noviar.
Noviar yang juga Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DIY itu mencatat adanya ribuan pelanggaran protokol kesehatan pencegahan Covid-19 oleh para wisatawan selama musim libur Lebaran. Data ini diperoleh melalui pengawasan di 37 objek wisata tersebar di Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Gunungkidul. "Di 37 titik objek wisata, itu pengunjungnya ada 117 ribuan orang dan pelanggarannya ada 1.299 dari 13-16 Mei," kata dia.
Selama libur Lebaran ini, terdapat 328 personil Satpol PP DIY yang diterjunkan untuk melakukan pengawasan di 37 lokasi wisata. Jumlah tersebut diakui Noviar tak sepadan dengan angka wisatawan yang ada. Di beberapa destinasi seperti di Pantai Sepanjang dan Baron Gunungkidul diakui kerumunan tak bisa dihindarkan. Juga di Pantai Glagah Kulon Progo dan Pantai Parangtritis Bantul.
Baca juga: Ribuan Wisatawan Serbu Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta