TEMPO.CO, Yogyakarta - Pimpinan Pusat atau PP Muhammadiyah mendesak pemerintah mengurangi lagi kuota jumlah pengunjung di suatu destinasi wisata selama libur lebaran. Musababnya, kasus Covid-19 akhir-akhir ini cenderung naik lagi.
"Kapasitas pengunjung di destinasi wisata yang beroperasi mesti ditekan lagi, jadi di bawah 50 persen," kata Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto di Gedung PP Muhammadiyah Yogyakarta, Senin 10 Mei 2021. Dia menyarankan kuota pengunjung jadi 30 perse.
Agung Danarto menjelaskan, aktivitas di destinasi wisata berpotensi menjadi salah satu pusat terjadinya kerumunan yang memicu naiknya penularan Covid-19. Para pakar epidemiologi juga menyarankan destinasi wisata tak beroperasi selama larangan mudik dan libur lebaran.
PP Muhammadiyah menilai pemerintah sengaja melonggarkan pengelola destinasi wisata untuk beroperasi karena mempengaruhi perekonomian. "Kami tak mempersoalkan jika terpaksa dibuka, tapi kalau kapasitasnya dibuat maksimal 50 persen, rentan sekali memicu penularan," kata Agung.
Saat suatu destinasi wisata beroperasi, pemerintah dan pengelola bertanggung jawab menjamin pengunjung mematuhi protokol kesehatan, meski Agung mengakui monitoring kunjungan wisatawan ini tidak mudah. "Sebab mengerikan sekali melihat pengalaman luar negeri itu," kata Agung.
Soal pemberlakuan larangan mudik, Muhammadiyah mengatakan mudik skala nasional atau lokal sama bahayanya. Intinya, menurut Agung Danarto, pergerakan massa dari berbagai tempat yang berpotensi menularkan harus diantisipasi.
PP Muhammadiyah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat, khususnya para kader tentang pelaksanaan takbiran dan salat Idul Fitri 1442 Hijriah. Warga Muhammadiyah diimbau tidak menggelar takbir keliling pada malam Idul Fitri untuk mencegah penularan Covid-19.
"Kami menganjurkan takbir Idul Fitri di rumah masing-masing dengan khusyuk dan melibatkan anggota keluarga," kata Agung. Muhammadiyah tak melarang takbir pada malam Idul Fitri di masjid dan musala. Hanya saja, jangan ada jemaah yang berkerumun.
Untuk pelaksanaan salat Idul Fitri, PP Muhammadiyah menganjurkan agar berlangsung di rumah masing-masing, terlebih jika di lingkungan tersebut ada pasien positif Covid-19. Apabila tidak ada yang tertular virus corona atau kondisi dianggap aman, maka salat Idul Fitri dapat dilaksanakan di lapangan atau tempat terbuka lainnya dengan jumlah jemaah yang terbatas.
Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan sejak 22 April hingga 9 Mei 2021 ini, sebanyak 225 orang masuk ke Kota Yogyakarta untuk mudik. "Ini laporan dari Posko PPKM Mikro di setiap rukun tetangga," kata Heroe yang juga Wakil Wali Kota Yogyakarta itu.
Gelombang kedatangan pemudik ke Kota Yogyakarta pada 22 April sampai 3 Mei 2021 sebanyak 92 orang. Di hari-hari berikutnya sekitar 10 sampai 16 pemudik yang datang setiap harinya. Kemudian pada 6 - 7 Mei 2021 jumlah pemudik yang masuk sebanyak 82 orang, lalu turun menjadi 4 orang pada 8 - 9 Mei 2021.
Data ini menunjukkan kedatangan pemudik menjelang pemberlakuan peniadaan mudik cukup besar. Di awal Mei 2021, kedatangan pemudik sempat mencapai 360 bus dalam semalam yang terpantau di Terminal Giwangan. "Tapi tujuan pemudik itu tak hanya ke Yogyakarta, melainkan tersebar di Jawa Tengah bagian selatan," katanya.
Baca juga:
127 Destinasi Wisata Yogyakarta Buka Saat Libur Lebaran, Ada 4 Aturan Berwisata