TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Papua Nugini yang tinggal di berbatasan Papua sudah familiar dengan berbagai produk buatan Indonesia. Ketimbang pergi jauh ke ibu kota Port Moresby, warga Papua Nugini yang tinggal di seberang Merauke dan Kota Jayapura, Papua, memilih melewati perbatasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan, berbagai kuliner Indonesia menjadi favorit warga Papua Nugini. Mereka biasanya wisata kuliner saat berlangsung Hari Pasar. Untuk diketahui, sebelum pandemi Covid-19, jalur resmi Pos Lintas Batas Negara atau PLBN Skouw di Jayapura buka setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu.
"Ini adalah hari saat warga Papua New Guinea yang tinggal di Wutung, Provinsi Sandaun, berbondong-bondong masuk kawasan perbatasan atau pasar perbatasan," kata Hari Suroto kepada Tempo, Senin 19 April 2021. Warga Papua Nugini menyebut pasar perbatasan ini sebagai Marketing Point Market. Jaraknya sekitar 1 kilometer dari perbatasan Indonesia - Papua New Guinea.
Sementara masyarakat Papua menyebutnya dengan Hari Pasar. Setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu merupakan hari paling ramai dan meriah di sana. Masyarakat Papua yang sebagian besar berasal dari Skouw, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, menjual berbagai barang di pasar perbatasan ini.
Ada yang menjual sembako, minuman soda, rokok, hingga aneka kuliner khas Indonesia. "Ada pula bakso, nasi campur, gado-gado, pecel, cilok, dan gorengan tempe tahu," kata Hari yang juga dosen arkeologi Universitas Cenderawasih, Papua.
Ilustrasi tempe goreng. TEMPO/Gilang Mustika Ramdani
Dari beragam kuliner Indonesia tadi, tempe dan tahu goreng yang paling disukai masyarakat Papua Nugini, dan tidak ada di negaranya. "Mereka menyebutnya frid tempeh dan frid tofu," kata Hari. Masyarakat Papua New Guinea membeli tempe dan tahu yang sudah matang maupun mentah.
Satu kina setara dengan Rp 5.000 bisa mendapatkan lima buah tempe atau tahu goreng. Adapun tempe dan tahu yang masih mentah dijual dalam bentuk kubus dan balok. Tiga buah kubus tahu mentah seharga 2 Kina (Rp 10 ribu) dan empat balok tempe seharga 1 Kina.
Para penjual tahu dan tempe di Pasar Perbatasan Skouw membelinya dari perajin di Koya dan Abepura, Kota Jayapura. Semua transaksi di Hari Pasar menggunakan mata uang rupiah. Warga Papua Nugini harus menukar uang kina mereka dengan rupiah.
Sejak pandemi Covid-19, Pos Lintas Batas Negara atau PLBN Skouw tutup. Meski begitu, warga Papua Nugini yang tinggal di perbatasan dapat masuk ke Indonesia lewat jalan tikus. Syaratnya, mereka harus membawa kartu kuning.
Baca juga:
Warga Papua Bisa ke Papua Nugini tanpa Paspor dan Visa, Ini Cara dan Syaratnya