TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta menyiapkan strategi baru menyusul hasil evaluasi gelaran pasar sore Ramadan dalam kaitannya dengan antisipasi penularan Covid-19.
Sebab, meski baru berjalan tiga hari, Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta tetap menemukan masih ada pasar-pasar sore Ramadan yang belum bisa mengatasi timbulnya kerumunan.
"Meskipun panitia sudah mencoba mengatasi kerumunan pasar sore itu, tetapi kenyataannya di lapangan tetap terjadi kerumunan, sehingga kami evaluasi ulang mekanismenya," kata Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi, Jumat, 16 April 2021.
Pemkot Yogyakarta pun telah menyiapkan sejumlah cara lebih ketat untuk diterapkan di pasar-pasar yang potensi kerumunannya tinggi. "Antara lain kami siapkan pembatasan operasionalnya, jadi seminggu hanya tiga kali saja pelaksanaan pasar sorenya, tidak setiap hari," kata Heroe yang juga Wakil Wali Kota Yogya itu.
Selain itu, Heroe mengatakan akan menerapkan pembatasan jumlah pengunjung di wilayah yang menggelar pasar sore Ramadan. "Pembatasan kunjungan dilakukan dengan menutup sejumlah arus jalan yang memicu kerumunan itu. Jadi ada batas maksimal pengunjung yang boleh masuk di area pasar Ramadan itu," ujarnya.
Menurut Heroe, ukuran pembatasan pengunjung itu disesuaikan dengan kawasan pasar sore hingga bisa dipastikan tak menimbulkan kerumunan.
Heroe menuturkan Pemkot Yogya tak mau kecolongan dengan klaster baru Covid -19 lagi. Terlebih saat ini penambahan jumlah kasus belum juga beranjak turun.
Meski akan menertibkan pasar sore, Heroe menyatakan pihaknya mengapresiasi para takmir masjid yang sejauh ini berhasil menyelenggarakan salat tarawih dengan pembatasan jumlah dan penerapan protokol kesehatan yang tinggi. "Sehingga ada kesadaran masyarakat yang beribadah untuk tidak membentuk atau menghindari kerumunan," kata dia.
Sejumlah masjid di Kota Yogyakarta sedari awal sudah mempersiapkan diri agar pelaksanaan ibadah di masa Ramadan berlangsung dengan mengedepankan protokol kesehatan. Misalnya Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.
Takmir Masjid Gedhe Kauman Azman Latif mengatakan selain mewajibkan jemaah mengenakan masker dan cek suhu, kegiatan tarawih dan lainnya di masjid itu selama Ramadan dibuat lebih singkat dibandingkan sebelum ada pandemi.
Misalnya jika sebelum pandemi ada kegiatan salat tarawih satu juz yang cukup memakan waktu, kali ini ditiadakan sementara dan diganti dengan bacaan surat yang lebih singkat."Termasuk saat pengajian salat tarawih waktunya juga pendek, tidak sampai 10 menit," kata Azman.
Jemaah Ramadan juga disarankan untuk wudu di rumah serta membawa mukena dan sajadah sendiri. Sebab, dari masjid tidak akan menyediakan karpet, sarung atau mukena karena dikhawatirkan ketika itu dipakai bergantian justru akan menjadi sumber penularan.
Baca juga: Ngabuburit di Bekas Lokasi Tsunami Palu, Ada Pemandangan 5 Dimensi