TEMPO.CO, Mataram - Gubernur NTB Zulkieflimansyah pernah mengajak anak buahnya berwisata ke tempat yang tak biasa. Dia mengajak rombongan pejabat Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menuju Dusun Matemega di Sumbawa pada Oktober 2020. Dusun terpencil ini berada di ketinggian sekitar 560 meter dari permukaan laut.
Gubernur Zulkieflimansyah sengaja mengajak belasan stafnya untuk mengetahui betapa besar potensi ekonomi dan wisata di Dusun Matemega, serta perlunya akses yang memadai untuk sampai ke sana. "Ini ekspedisi gila, tapi sangat menantang," kata Assiten II Sekretaris Derah Provinsi NTB, Ridwan Syah yang mengikuti ekspedisi itu.
Ridwan menyebut ekspedisi gila karena tak mudah mencapai Dusun Matemega di Sumbawa, NTB. Medannya berat lantaran harus naik turun bukit terjal dan melewati jalan becek. Namun semua tantangan itu sepadan dengan pemandangan di sepanjang jalan dan setelah tiba di Dusun Matemega. Penduduk di dusun ini adalah petani kopi dan buah-buahan, serta dikenal sebagai daerah penghasil madu Sumbawa.
Rombongan Gubernur NTB Zulkieflimansyah bergerak dari Kota Taliwang ke Desa Rarak Rongis, Pulau Sumbawa, yang terletak di arah timur laut sejauh 26,2 kilometer. Sampai di Desa Rarak Rongis, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, rombongan gubernur menginap semalam di masjid desa. Dari sini perjalanan menuju Dusun Matemega dimulai.
Rombongan Gubernur NTB Zulkieflimansyah berjalan menuju Dusun Matemega di Sumbawa, NTB. Dok. Humas NTB
Mereka menyusuri jalan setapak, melintasi hutan rimba yang lebat, turun naik bukit terjal dengan kemiringan hingga 80 derajat. Haris Sudarta yang mengikuti ekspedisi tersebut mengatakan medan yang dilalui amat sulit. "Jangankan musim hujan, di musim kemarau saja tanahnya becek," katanya. Rombongan melintasi jalan dengan mengunakan mobil hardtop empat gardan. Pada bagian roda harus ditambah 'selimut' rantai guna mencegah lumpur bikin seret pergerakan ban.
Lintasan melalui hutan perawan dengan banyak mata air. Setelah melalui perjalanan selama tujuh jam, akhirnya mereka smapai di Desa Matemega. Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis Sagara, Robby Sahrulllah mengatakan ada jalur lain yang lebih dekat untuk menjangkau Dusun Matemega, yakni dari Kecamatan Alas di Kabupaten Sumbawa. Jarak dua tempat ini sekitar 12 kilometer.
Hanya saja, menurut dia, lintasan yang dilalui lebih menantang. Hanya lima kilometer jalan yang dapat dilewati kendaraan off road atau roda empat hardtop dan sepeda motor trail. Selebihnya, wisatawan harus ekstra hati-hati karena medannya berat. Robby menyarankan wisatawan memulai perjalanan saat cuaca cerah atau agak siang supaya kondisi jalan lebih kering karena terkena sinar matahari.
Suasana permukiman penduduk Dusun Matemega di Sumbawa, NTB. Dok. Humas Pemprov NTB
Robby Sahrullah tinggal di Desa Marente, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, NTB. Dari rumah, dia hanya perlu waktu tiga jam untuk mencapai Dusun Matemega dengan melintasi tiga gunung dan menyeberangi tiga sungai. Selama perjalanan mengendarai sepeda motor trail, Robby menikmati kicauan burung dan suasana hutan perawan.
Suasana perkampungan Dusun Matemega layaknya perkampungan etnis Samwa (Sumbawa) yang tempat tinggalnya berupa rumah panggung. Warga Desa Matemega asli Sumbawa yang logatnya agak berbeda dengan masyarakat Sumbawa lain. Robby menjelaskan, nama Dusun Matemega berarti awan yang mati karena lokasinya berada di ketinggian.
Kepala Dusun Matemega, Suha mengatakan warganya tercatat sebanyak 570 jiwa yang terdiri dari 157 kepala keluarga. Suha mengatakan, wisatawan yang datang dari Taliwang memang harus melewati jalan setapak untuk menjangkau dusun tersebut. Adapun yang dari Kecamatan Alas dapat mengendarai sepeda motor trail atau mobil jip dan disarankan datang pada musim kemarau.
Gubernur NTB Zulkieflimansyah menuruni tangga rumah penduduk Dusun Matemega di Sumbawa, NTB. Dok. Humas NTB
Suha seorang tamatan sarjana pendidikan jurusan bimbingan konseling pada 2016. Menurut dia, daya tarik wisata Dusun Matemeg adalah kebun kopi. "Wisatawan bisa memetik kopi, menyangrai, dan menumbuk kopi sendiri," katanya. Jenis kopi yang dihasilkan adalah kopi robusta. Biasanya mereka panen sekali setahun di buln Agustus.
Wisatawan yang biasanya datang ke Dusun Matemega berasal dari Kota Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat dan Kota Sumbawa Besar. Mereka umumnya ingin menikmati alam yang asri dan berburu kopi. Dusun Matemega juga pernah kedatangan ratusan wisatawan dari berbagai komunitas. Merfeka datang dari berbagai kota, yakni Mataram, Alas, dan Sumbawa Besar.
Para wisatawan biasanya menginap di rumah-rumah penduduk. Selain bulan Agustus saat panen kopi, wisaatawan juga datang di bulan April ketika musim durian tiba. "Oleh-oleh khas Dusun Matemega adalah kopi, durian, atau sayur pakis," ucap Suha.
Rombongan Gubernur NTB Zulkieflimansyah beristiraht sejenak saat berjalan menuju Dusun Matemega di Sumbawa, NTB. Dok. Humas NTB
Selama berada di Dusun Matemega, jangan lewatkan menikmati air terjun Matemega dan Lamende. Air terjun Matemega memiliki ketinggian sekitar 20 meter dan kolam tumpahnya berdiameter tujuh meter. "Asyik berenang di situ," kata Robby. Wisatawan juga dapat merasakan segarnyaa air di Brang (sungai) Lamede, Brang Telita, dan Brang Smit.
Selain berwisata ke Dusun Matemega, Robby Sahrullah merekomendasikan wisatawan mampir ke Dusun Lamede yang letaknya bersebelahan. Warga Dusun Lamede terkenal sebagai petani kemiri dan durian.
Baca juga:
Menikmati Kolam Mandala di Lombok, Konon Tempat Mandi Para Bidadari