TEMPO.CO, Yogyakarta - Kota Yogyakarta mungkin satu-satunya wilayah di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang tak memiliki bentang alam seperti kabupaten sekitarnya dengan banyak destinasi alam.
Kota Yogya tak memiliki deretan pantai dan gunung seperti Kabupaten Bantul, Kulon Progo, Gunungkidul dan Sleman meski berada dalam satu kewilayahan. Namun Pemerintah Kota Yogyakarta meyakini, dengan sumber daya alam yang nyaris tak ada itu, Kota Yogya tetap bisa cepat bangkit dan segera pulih kembali sektor wisatanya di masa pandemi Covid-19.
"Daya tarik Kota Yogyakarta terletak pada kekayaan seni budaya, keragaman objek, dan kreativitas warganya dalam upaya mengangkat berbagai keunikan yang dimiliki untuk diolah menjadi sesuatu yang layak jual atau layak untuk ditampilkan bagi wisatawan yang mengunjungi," kata Asisten Perekonomian Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta, Kadri Renggono, Rabu, 24 Maret 2021.
Kadri merinci di Kota Yogyakarta saat ini sudah terbentuk 18 kampung wisata dan sekitar 23.000 usaha UMKM sebagai pendukung usaha wisata serta 696 kelompok seni budaya yang tersebar di 14 kecamatan. Dengan potensi sumber daya manusia kreatif nan melimpah itu, sektor wisata Kota Yogya dinilai butuh pengungkit berupa event-event agar dapat menggeliat lagi.
"Adanya event akan menumbuhkan gairah pariwisata dan perekonomian, sehingga dunia usaha wisata serta industri pendukung lainnya yang menjadi supplier bagi industri pariwisata berkembang terus karena ada permintaan pasar memadai," kata Kadri.
Event itu sudah dimulai lewat perhelatan Jogjavaganza yang digelar 23-25 Maret itu. Jogjavaganza tahun ini mengundang sekitar 100 orang pelaku wisata dan agen perjalanan wisata dari berbagai daerah sebagai buyer.
Rinciannya, 80 persen pelaku wisata dari Pulau Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan Jawa Tengah. Sedangkan sisanya 20 persen dari luar Pulau Jawa seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Bali.
Adapun pelaku wisata di Yogyakarta yang dilibatkan dalam event Jogjavaganza ada 70 pelaku sebagai seller, yakni hotel bintang dan nonbintang, agen perjalanan wisata, destinasi wisata, forum komunikasi kampung wisata, dan pusat oleh-oleh.
Kegiatan utama Jogjavaganza pada Kamis, 24 Maret 2021 dengan table top yang mempertemukan 100 buyers travel agent dengan 70 sellers dari Kota Yogyakarta untuk melakukan bisnis to bisnis pariwisata di Grand Inna Malioboro Hotel. Kemudian pada 25 Maret 2021 kegiatan eksplorasi langsung potensi wisata di Kota Yogyakarta dengan bersepeda Gowes Van Jogja ke kampung-kampung wisata di Kota Yogyakarta.
Pada hari yang sama, akan diselenggarakan city tour dengan mengunjungi destinasi wisata di Kota Yogyakarta.
Kadri mengatakan strategi pengembangan pariwisata di masa pandemi Covid-19 menjadi hal yang sangat penting. Keberadaan teknologi informasi yang semakin canggih dapat dimanfaatkan untuk memamerkan keunggulan setiap destinasi.
"Perlu dibentuk pula citra positif pariwisata Kota Yogyakarta yang ramah dan aman bagi wisatawan serta taat protocol Covid-19, sehingga wisatawan yang datang dapat berwisata dengan nyaman," kata Kadri.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan dalam upaya mendorong pariwisata untuk bangkit, maka harus sama-sama menjaga keselamatan dan kesehatan diri dan orang lain. Ia menyebut pandemi Covid-19 telah membuat pariwisata terpuruk di Kota Yogyakarta.
Pemkot Yogyakarta bersama pelaku pariwisata tetap berusaha bangkit dengan menerapkan protokol kesehatan seperti verifikasi protokol kesehatan dan sertifikat CHSE untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan. “Dalam situasi naik turun kita harus mau belajar dan beradaptasi untuk menjadi pemenang di masa pandemi,” ujar Heroe yang juga Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta itu.
Menurut Heroe, penerapan protokol kesehatan bisa membuat kondisi pariwisata di Yogya mulai menggeliat akhir 2020. Tapi kunjungan kembali turun dengan penerapan aturan pelaku perjalanan harus swab antigen.
Di samping itu, usai libur panjang 2020 kasus Covid-19 di Kota Yogyakarta meningkat. Hal itu menjadi bahan evaluasi dengan meningkatkan protokol kesehatan dari 3 M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak menjadi 5 M, ditambah menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas.
Para pelaku ekonomi dan pelayan publik dari Tugu Yogya sampai Kraton dan pelaku hotel PHRI juga telah divaksinasi untuk menyambut wisatawan. "Jadi paling tidak menciptakan lingkungan yang sehat untuk menerima siapapun yang datang ke Yogyakarta. Masyarakat sehat dan industri bisa beraktivitas kembali,” kata Heroe.
Baca juga: Yogyakarta Poles Kawasan Malioboro, Wisatawan Diminta Tak Merokok Sembarangan