TEMPO.CO, Yogyakarta - Orang yang jeli pasti tahu, ada celah daya tarik wisata dari fase erupsi Gunung Merapi yang luasnya meliputi sebagian wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kepala Seksi Gunung Merapi, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi atau BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso mengatakan fase erupsi Gunung Merapi saat ini bisa menjadi daya tarik wisata tersendiri.
"Lava pijar Gunung Merapi saat ini bisa menjadi daya tarik wisata, tapi penduduk dan wisatawan tetap harus menjauhi daerah rawan," kata Agus Budi Santoso pada Sabtu, 16 Januari 2021. "Fenomena erupsi Merapi ini luar biasa. Sayang jika dilewatkan."
Fenomena alam ini menarik perhatian wisatawan pecinta fotografi. Aktivitas Gunung Merapi yang sedang intens mengeluarkan lava pijar bisa menjadi objek yang layak diabadikan. Tentu tetap dalam radius aman yang direkomendasikan karena gunung itu masih berstatus Siaga.
Agus mencontohkan, dalam sepekan terakhir atau selama 8 - 14 Januari 2021, Gunung Merapi tak kurang menyemburkan 128 kali lava pijar yang mengarah ke Kali Krasak. Lalu pada hari ini, Sabtu 16 Januari 2021, Gunung Merapi masih mengeluarkan lava pijar dibarengi awan panas guguran satu kali dengan jarak luncur 1.500 meter ke hulu Kali Krasak.
Semua aktivitas Merapi itu bisa diamati dalam radius lebih dari 5 kilometer. Namun, dengan luncuran awan panas yang semakin jauh, inilah yang patut diwaspadai pecinta fotografi dan wisatawan. "Jadi, tetap menjauhi kawasan dengan radius lima kilometer dari puncak Gunung Merapi," kata Agus Budi.
Gunung Merapi mengeluarkan asap sulfatara terlihat dari Turi, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin, 11 Januari 2021. ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Luncuran awan panas hari ini merupakan yang paling jauh dibanding hari-hari sebelumnya, yang masih di bawah satu kilometer. "Kami minta masyarakat waspada," ujarnya. Secara skala, erupsi Gunung Merapi saat ini terbilang kecil dan belum membahayakan kawasan pemukiman penduduk yang tinggal di lereng atatu di luar radius lima kilometer.
Dengan status Siaga saat ini, seluruh penambangan pada sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana III masih direkomendasikan untuk dihentikan. Pelaku wisata juga diminta tidak melakukan kegiatan apapun di kawasan rawan bencana III Gunung Merapi, termasuk pendakian ke puncak.
Agus Budi Santoso mengimbau masyarakat dan wisatawan mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi. Sebab, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta memperbarui potensi bahaya erupsi Gunung Merapi setelah terjadi perubahan morfologi puncak di sisi barat akibat intensnya aktivitas guguran dan munculnya kubah lava 2021.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas. Berdasarkan arah erupsi, maka potensi bahaya saat ini menyasar bagian selatan - barat daya. Di kawasan itu terdapat lima sungai yang berpotensi jadi tempat mengalirnya lahar, yakni sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih, dengan jangkauan sejauh maksimal lima kilometer.
Apabila terjadi letusan eksplosif Gunung Merapi, peneliti memperkirakan lontaran material vulkaniknya akan menjangkau kawasan radius tiga kilometer dari puncak.
Baca juga:
Gunung Merapi Siaga Erupsi, Kubah Lava Sudah 4.600 Meter Kubik