TEMPO.CO, Jakarta - Kemacetan di jalur Puncak, Bogor, Jawa Barat, menjadi pemandangan biasa di masa liburan. Masyarakat dari berbagai daerah sekitar Puncak, seperti Jakarta, Bekasi, Depok, Tangerang, mencari udara segar dan suasana baru dengan berlibur ke Puncak.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan pendapat untuk mengatasi kemacetan di jalur Puncak, selama libur. Dia menyarankan agar industri perhotelan di kawasan Puncak, Bogor, menyediakan bus bagi tamunya yang menginap. Dengan begitu, kemacetan bisa diminimalisir.
"Kami menyarankan hotel-hotel punya bus agar pengunjung tidak menggunakan kendaraan pribadi," kata Budi Karya Sumadi dalam diskusi virtual 'Puncak Mengapa Diminati Meski Macet Menanti' pada Selasa, 29 Desember 2020. Menurut dia, kemacetan di jalur Puncak terjadi setiap akhir pekan dan saat libur panjang. Artinya, kebutuhan berwisata di saat-saat itu sangat tinggi, sehingga harus ada antisipasinya.
Penanganan kemacetan di jalur Puncak, menurut Budi Karya Sumadi, selama ini diatasi dengan menerapkan buka -tutup dan memberlakukan jalur satu arah. Sementara antusiasme untuk berwisata ke Puncak tak pernah surut, melainkan bertambah terus seiring waktu.
Menteri Pehubungan Budi Karya Sumadi saat meluncurkan penerbitan dan bedah buku “Tol Laut Konektivitas Visi Poros Maritim Indonesia” secara virtual di Jakarta, Senin (21/9).
Sejak tahun 1970-an, menurut Budi Karya Sumadi, Puncak menjadi kawasan yang diminati masyarakat. Di sana juga kian 'subur' fasilitas hiburan dan peristirahatan, berupa hotel, vila, restoran, wisata alam, dan lainnya, sehingga kian digemari masyarakat. "Minat masyarakat ke Puncak selalu bertambah dan masalah ini ibarat gunung es. Banyak yang harus dituntaskan," kata Budi Karya.
Budi Karya Sumadi mengatakan solusi mengatasi kemacetan di kawasan Puncak harus diselesaikan secara komprehensif. Salah satunya dengan menyediakan transportasi yang terjangkau dan nyaman. Alternatif berupa bus dari hotel tadi, menurut dia, bisa diterapkan dengan menggandeng masyarakat lokal terutama yang memiliki usaha angkutan.
Ada pula gagasan membuat Autonomous Rail Rapid Transit atau sistem bus berpemandu non-rel untuk sarana transportasi penumpang di perkotaan. Moda transportasi ini diharapkan mampu mengangkut lebih banyak penumpang.