Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wisata Sejarah Jejak Portugis di Ambon, Papalvo Papalele Tak Pernah Ingkar Janji

image-gnews
Aktivitas papalele di Gang Pos, Jalan Sultan Hairun, Kota Ambon, Senin, 7 Desember 2020. TEMPO | Khairiyah Fitri
Aktivitas papalele di Gang Pos, Jalan Sultan Hairun, Kota Ambon, Senin, 7 Desember 2020. TEMPO | Khairiyah Fitri
Iklan

TEMPO.CO, Ambon - Masyarakat Ambon menyebut perempuan lokal yang berdagang dengan cara berkeliling sebagai papalele. Kata papalele berasal dari bahasa Portugis, papalvo.

Peneliti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Marlon Ririmase mengatakan istilah papalele tidak secara resmi ditemukan dalam dialek Melayu Ambon. Papalele berasal kata papalvo, kata yang biasa digunakan orang-orang Portugis dengan arti orang kecil yang berusaha secara sederhana. "Banyak bahasa yang ditinggalkan dan masih kita pakai saat ini," kata Marlon kepada Tempo.

Akulturasi budaya membuat masyarakat setempat tidak melafalkan papalvo, melainkan papalele. Papalele tersusun dari dua kata, yaitu papa yang berarti membawa atau memikul dan lele berarti berkeliling. Secara harfiah, papalele bisa diartikan berkeliling dengan membawa atau memikul.

Bangsa Portugis datang mencari dan pada akhirnya memonopoli rempah-rempat asal Banda. Portugis, pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Ambon sekitar tahun 1513. Ambon, yang kemudian dikuasai Portugis, menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dunia. Salah satu jejak fisik peninggalan kekuasaan Portugis di Ambon berupa Benteng New Victoria.

Kepala Studi Masyarakat Kepulauan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Indonesia Maluku, Pieter Soegijono saat diwawancara Tempo, Selasa, 1 Desember 2020. TEMPO | Khairiyah Fitri

Kepala Studi Masyarakat Kepulauan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Maluku, Pieter Soegijono mengatakan, ada perubahan pemaknaan kata papalele. Di Maluku dan sekitarnya, papalele dikonotasikan dengan kaum perempuan yang sehari-hari berkeliling menjajakan barang dagangannya yang dipikul di atas kepala.

Sejatinya, menurut Pieter, papalele tidak hanya bisa dilakukan kaum perempuan, tapi juga laki-laki. Bahkan papalele bukan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum perempuan. "Seiring waktu jumlah papalele lelaki berkurang dan hilang," kata Pieter. Perempuan papalele identik dengan kebaya dan kain cele yang melekat di tubuh mereka.

Pieter menjelaskan, penampilan itu menjadi penanda kelas sosial pada masa lalu. Anak-anak perempuan yang tidak melanjutkan pendidikan karena keterbatasan ekonomi harus memakai kebaya. Mereka juga terpaksa berjualan di pasar atau tinggal di rumah. Sebaliknya, anak perempuan yang berkecukupan dan mampu melanjutkan sekolah mengenakan pakaian biasa atau kalet.

Ketika meneliti perempuan papalele dan non-papalele, Pieter menemukan beberapa fenomena menarik. Salah satunya adalah perempuan yang sukses bekerja di kantor akan memakai busana biasa atau seragam ketika bekerja. Tapi sampai di rumah, dia memakai kebaya. Hingga kini, sebagian besar perempuan yang berjualan di pasar memakai kebaya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagian besar dari mereka, menurut Pieter, adalah orang yang sangat sederhana dan pendidikannya terbatas. "Itu akibat subordinasi struktural yang sejak dulu menempatkan perempuan di level bawah. Kalau perempuan tidak bersekolah, maka dia ada di rumah saja atau berjualan di pasar," kata Pieter.

Aktivitas ekonomi papalele tidak berbeda dengan pedagang pada umumnya. Mereka membeli barang atau membawa hasil kebun untuk dijual kembali. Namun, di balik aktivitas ekonomi itu, papalele menjujung tinggi kemanusiaan, kepercayaan, dan kesetiaan. Pieter menemukan banyak papalele memberikan kelonggaran pembayaran kepada pelanggannya. "Mereka sering bilang, 'ambil saja dulu, besok kalau sudah ada uang baru bayar'," kata Pieter menirukan ucapan papalele.

Sementara dalam aktivitas ekonomi modern dan kapitalis, menurut Pieter, mustahil seorang pedagang menyerahkan dagangannya kepada orang asing dan menerima pembayaran di lain waktu. Inilah salah satu yang membuat papalele berbeda dari pedagang biasa. Papalele membangun kepercayaan serta hubungan sosial dengan pelanggan, sehingga membuat orang lebih bersimpati.

Ini juga yang menjadi alasan papalele mampu bertahan di tengah gempuran teknologi dan persaingan ekonomi modern. Mereka juga saling menopang karena sesama papalele tidak berkompetisi. Pieter mencontohkan, apabila dagangan seorang papalele habis terjual, maka mereka akan mengarahkan pelanggan untuk membeli dagangan rekannya.

Ketika terjadi konflik agama pecah di Ambon pada 1999, seluruh aktivitas ekonomi lumpuh. Warga Ambon yang sebelumnya berbaur, terbelah menjadi dua kawasan, yakni muslim dan non-muslim. Sebagian besar muslim tinggal di kawasan kota, pusat perdagangan, dan pelabuhan. Sementara yang non-muslim bermukim di lokasi yang cukup jauh dari pusat kota. Kondisi ini mengakibatkan peredaran barang atau kebutuhan pokok hanya terpusat pada kawasan yang dihuni mayoritas warga muslim.

Dalam situasi itu, papalele memainkan peran sebagai pemasok kebutuhan pokok. Papalele yang muslim, kata Pieter, secara sukarela mengantarkan kebutuhan bahan pokok kepada papalele non-muslim untuk dijual kembali di kawasan mereka. Keduanya bertemu di wilayah perbatasan yang aman, yaitu di Asrama PHB Kompleks Angkatan Darat, Jalan DI Panjaitan.

"Mereka punya kekuatan berjejaring yang sangat luar biasa. Itu terbukti saat konflik terjadi," kata Pieter. Saat orang lain meributkan kepercayaan mereka, papalele tak ambil pusing apakah kamu papalele muslim atau papalele non-muslim. Mereka saling memberi dan saling percaya. "Padahal saat itu pasar lumpuh total dan mereka sama-sama punya kesulitan ekonomi."

Papalele punya kode khusus sebelum bertransaksi untuk memastikan kondisi aman. Dibantu petugas keamanan, papalele akan bertanya dulu kepada aparat apakah situasinya aman dan memungkinkan untuk jual-beli. Seusai memastikan kemanan, mereka lantas saling memberi barang dagangan tanpa ada pembayaran. "Karena mereka percaya sesama papalele tidak akan ingkar janji," kata Pieter. "Papalele menanamkan nilai-nilai dalam relasi sosial bahwa kepercayaan adalah yang utama."

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

51 menit lalu

Ketua Komite Festival Film Indonesia atau FFI 2021, Reza Rahadian saat menghadiri peluncuran FFI 2021 secara virtual pada Kamis, 15 Juli 2021. Dok. FFI 2021.
Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?


Bawaslu Ambon Terima 6 Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu 2024, Mayoritas Dugaan Politik Uang

43 hari lalu

Sejumlah warga mencoblos kertas suara saat pelaksanaan pemungutan suara ulang (PSU) di Wamena, Papua Pegunungan, Sabtu 24 Februari 2024. Sebanyak 94 Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan melaksanakan PSU yang dilaksanakan di Distrik Wamena dan Hubikiak. ANTARA FOTO/Iwan Adisaputra
Bawaslu Ambon Terima 6 Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu 2024, Mayoritas Dugaan Politik Uang

Bawaslu Ambon menerima 6 laporan dugaan pelanggaran Pemilu 2024. Mayoritas laporan berisikan dugaan politik uang.


Prediksi Cuaca, Daftar Kota-kota yang Diguyur Hujan dan Berawan

20 Januari 2024

Warga mengenakan payung saat hujan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin, 1 November 2021. Hujan lebat yang turun dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang. ANTARA /Akbar Nugroho Gumay
Prediksi Cuaca, Daftar Kota-kota yang Diguyur Hujan dan Berawan

BMKG memprakirakan hujan dengan intensitas ringan mengguyur mayoritas kota besar di Indonesia pada Sabtu, 20 Januari 2024.


Sederet Dugaan Pelanggaran Kampanye Gibran, Terbaru di Ambon

16 Januari 2024

Cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka menemui sejumlah tokoh masyarakat dalam safari politik ke Maluku, Senin, 8 Januari 2024. Instagram/Gibran Rakabuming
Sederet Dugaan Pelanggaran Kampanye Gibran, Terbaru di Ambon

Gibran Rakabuming Raka diduga kembali melanggar aturan saat berkampanye di Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah.


Anies Janjikan Bangun Lapangan Sepak Bola Berstandar FIFA, Singgung Tak Ganti Rumput

15 Januari 2024

Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan saat menyapa pendukungnya di desa Sidorejo, Lampung Timur, Lampung, Ahad, 14 Januari 2024. Anies Baswedan melakukan dialog dan mendengarkan keluh-kesah para petani kabupaten tersebut dan berjanji memperjuangakan para petani di seluruh Indonesia agar dapat sejahtera. ANTARA/Ardiansyah
Anies Janjikan Bangun Lapangan Sepak Bola Berstandar FIFA, Singgung Tak Ganti Rumput

Anies Baswedan menjanjikan pembangunan lapangan-lapangan sepak bola berstandar FIFA. Hal tersebut disampaikan Anies di Desak Anies Episode Ambon.


Ini Gagasan Anies Baswedan Kembangkan Pembangunan Maluku

15 Januari 2024

Calon presiden Indonesia nomor urut 01, Anies Baswedan bersalaman dengan pendukungnya usai memberikan pidato politik di depan tokoh dan simpatisan Gorontalo di Grand Sumber Ria, Gorontalo, Senin, 8 Januari 2024. Dalam pertemuan tersebut Anies menyatakan akan memperbaiki sistem pendidikan, ekonomi, dan hukum untuk menjamin keadilan dan kesejahteraan bagi semua kalangan dengan agenda perubahan yang diusung pasangan calon Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Ini Gagasan Anies Baswedan Kembangkan Pembangunan Maluku

Calon presiden Anies Baswedan ke Ambon, Maluku. Menjabarkan gagasan pembangunan di sana. Seperti apa?


Masuk Riset Kota Cerdas, Lekransy Paparkan Kesiapan Digital Ambon Di ITB

11 Desember 2023

Masuk Riset Kota Cerdas, Lekransy Paparkan Kesiapan Digital Ambon Di ITB

Kota Ambon menjadi salah satu kota yang dinilai dalam Riset Kota/Kabupaten Cerdas di Indonesia dan Rating Transformasi Digital Indonesia Bakti Kominfo tahun 2023.


Traveling ke Fujian Cina, Jangan Lupa Singgah ke 4 Destinasi Wisata Sejarah Ini

27 November 2023

Salah satu sudut di kawasan Three Lanes and Seven Alleys di Provinsi Fujian, China, Senin (20/11). (ANTARA/ Heppy Ratna Sari)
Traveling ke Fujian Cina, Jangan Lupa Singgah ke 4 Destinasi Wisata Sejarah Ini

Berbagai peninggalan bersejarah, seperti resor di puncak gunung hingga masjid yang dibangun ribuan tahun lalu bisa ditemukan di Fujian.


Rekomendasi 6 Makanan Khas Ambon yang Lezat Menggugah Selera

14 November 2023

Seorang pramusaji menghidangkan Papeda, makanan asal Papua dalam acara buka bersama dengan Coca Cola Indonesia bertajuk #RasakanKeajaiban pada 15 April 2023/Tempo-Mitra Tarigan
Rekomendasi 6 Makanan Khas Ambon yang Lezat Menggugah Selera

Kuliner khas Ambon mempunyai cita rasa khas dan unik.


Destinasi Wisata Sejarah Peninggalan Portugis dan Belanda di Ambon

14 November 2023

Benteng Victoria di Ambon. Foto : Kemendikbud
Destinasi Wisata Sejarah Peninggalan Portugis dan Belanda di Ambon

Di Ambon, terdapat berbagai wisata sejarah, seperti museum dan bangunan peninggalan kolonial yang menarik hati juga memancing rasa ingin tahu.