TEMPO.CO, Yogyakarta - PT Taman Wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Ratu Boko atau PT TWC mengatakan pandemi Covid-19 benar-benar menghajar kunjungan wisatawan di tiga candi utama yang dikelola. Kendati sudah buka kembali dengan protokol kesehatan ketat sejak Juni 2020, kunjungan wisatawan masih jauh dari target yang sudah diturunkan.
"Kunjungan wisatawan di tiga candi itu belum ada yang sesuai harapan," ujar Sekretaris Perusahaan PT TWC, Emilia Eny Utari di Yogyakarta, Sabtu 19 Desember 2020. Dia merinci, Candi Borobudur buka kembali pada 25 Juni 2020 dengan kuota kunjungan dipangkas menjadi 1.500 wisatawan per hari dari biasanya 11 ribu orang per hari.
Sejak buka kembali sampai Desember ini, kunjungan wisatawan Candi Borobodur tak sampai 1 juta orang. "Hanya 920 ribu wisatawan," ujar Emilia. Kondisi ini tentu jomplang sekali dengan Candi Borobudur yang mencatatkan kunjungan sekitar 4 juta orang pada 2019.
Candi Prambanan. Dok. Kemenparekraf
Wisatawan mancanegara yang berkunjung sejak Candi Borobudur buka kembali juga hanya 31 ribu orang sampai Desember ini. "Wisatawan mancanegara yang masih ke Borobudur ini bukan dari luar negeri, melainkan memang sebelumnya sudah tinggal dan punya kegiatan di Indonesia," ujar Emilia. PT Taman Wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Ratu Boko mematuhi kebijakan pemerintah yang belum membuka akses kunjungan dari wisatawan mancanegara yang tiba dari luar negeri di masa pandemi Covid-19.
Nasib kunjungan Candi Prambanan dan Ratu Boko juga terpuruk. Hingga Jumat, 18 Desember 2020, Candi Prambanan yang beroperasi kembali pada awal Juli 2020 hanya mencatatkan kunjungan 626 ribu wisatawan, sedangkan Ratu Boko sebanyak 80 ribu-an orang. Pada tahun lalu, sebanyak 2 juta wisatawan berkunjung ke Candi Prambanan. "Jadi, dari tiga candi yang kami kelola total pengunjungnya 1,6 juta-an wisatawan," ujar Emilia.
Angka kunjungan tiga candi itu, menurut Emilia, sangat jauh dari target yang dipatok pada awal tahun 2020 ini yakni 7 juta wisatawan. Saat pandemi Covid-19 merebak, target kunjungan ke tiga candi tersebut kemudian dikoreksi menjadi 2 juta wisatawan.
Warga menuruni tangga ketika berada di Istana Ratu Boko, Yogyakarta, 11 November 2015. Istana Ratu Boko merupakan sebuah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra pada abad 8 dimana istana itu awalnya bernama Abhayagiri Vihara (biara di bukit yang penuh kedamaian). ANTARA FOTO
Mengenai kebijakan rapid test antigen untuk wisatawan, Emilia memperkirakan aturan baru tersebut berpotensi membuat target jumlah kunjungan kian sulit tercapai. "Wisatawan bisa jadi urung ke Yogyakarta atau Jawa Tenga," kata dia. Rapid test antigen berbeda dengan rapid test antibodi yang selama ini diterapkan. Harga rapid test antigen lebih mahal dari rapid test antibodi, meski tidak setinggi tes swab PCR.
PT Taman Wisata Candi Boroudur, Candi Prambanan, dan Ratu Boko, Emilia melanjutkan, telah mengantongi sertifikat Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah lingkungan) atau CHSE untuk tiga candi itu. Begitu juga restoran dan hotel yang dikelola PT TWC di tiga kawasan candi tersebut. "Kami juga tak henti-hentinya menyerukan kepada wisatawan untuk mematuhi protokol kesehatan," ucap dia.
Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, Singgih Rahardjo mengatakan dalam masa libur akhir tahun ini, Yogyakarta tetap fokus pada geliat di sektor ekonomi tanpa mengabaikan unsur kesehatan. Kebijakan pemerintah pusat tentang kewajiban rapid test antigen untuk wisatawan tetap berjalan.
"Di masa pandemi ini, pemerintah menerapkan kebijakan gas dan rem," kata dia. "Saat ini mungkin strategi pemerintah menitikberatkan pada rem karena tingginya pertambahan kasus Covid-19."