TEMPO.CO, Medan - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan mencari orang dari suku Batak untuk memimpin Badan Pelaksana Otorita Danau Toba atau BPODT. Pemilihan orang dari suku Batak ini, menurut Luhut, merupakan aspirasi dari masyarakat dan tokoh adat setempat.
"Saat ini Badan Pelaksana Otorita Danau Toba belum ada ketuanya. Kami sedang mencari dan saya berharap kalau ada orang Batak juga," kata Luhut pada Jumat, 18 Desember 2020. "Banyak aspirasi mengatakan, 'masak enggak bisa orang Batak?' Kita lihat mungkin ada anak muda Batak dari sekolah bagus yang bisa mengelola semua ini dengan baik."
Posisi direktur utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba atau BPODT saat ini kosong. Kementerian Badan Usaha Milik Negara mengangkat direktur sebelumnya, Arie Prasetyo menjadi Direktur Operasi dan Inovasi Bisnis PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) pada 13 November 2020.
Luhut Pandjaitan menjelaskan Danau Toba masuk dalam lima destinasi wisata prioritas bersama Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Mandalika di Nusa Tengga Barat, Borobudur di Jawa Tengah, dan Likupang, di Sulawesi Utara. Sebab itu, penting untuk menerapkan pariwisata yang aman di masa pandemi Covid-19 sekaligus tetap menyuguhkan kenyamanan, keindahan alam, dan fasilitas memadai.
Danau Toba, Sumatera Utara menjadi salah satu dari lima Destinasi Super Prioritas (DSP) yang diusung pemerintah. Untuk menunjang lokasi wisata itu, telah dibangun The Kaldera Toba Nomadic Escape, di atas lahan Zona Otorita Kabupaten Toba Samosir. Pemerintah pun telah menganggarkan biaya Rp2,2 triliun untuk meningkatkan potensi wisata di danau tersebut. TEMPO/Tony Hartawan
Bagi masyarakat Batak, Luhut Pandjaitan, berpesan agar disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, giat bekerja, dan lebih ramah terhadap pendatang. "Kalau kita tidak ramah, orang tidak akan mau datang. Kalau kampung ini tidak bersih, orang tidak mau datang. Kalau orang melihat kita tidak setia pada protokol kesehatan, orang juga tidak mau datang," kata Luhut.
Dengan begitu, menurut dia, semua kembali pada masyarakat Batak. Jika mereka ingin wisatawan datang, perekonomian bergulir, lapangan pekerjaan terbuka, dan hidup sejahtera, maka, kata Luhut Pandjaitan, jangan hanya bertanya ke pemerintah. "Tanya diri sendiri, apakah kau sudah memberikan kontribusi untuk membuat orang mau datang ke tempat kita?" kata Luhut.
Mengenai pandemi Covid-19, Luhut mengatakan pemerintah berupaya mengurangi kasus dan korban Covid-19, seraya mendatangkan vaksin. "Saya kira kasus Covid-19 di tanah Batak ini relatif kecil dibandingkan tempat-tempat lain," kata Luhut Pandjaitan. "Ini harus dipelihara dan jangan sampai berkembang."
Pemandangan Danau Toba yang terlihat dari The Caldera Toba Nomadic Escape. TEMPO | Iil Askar Mondza
Luhut Pandjaitan menambahkan ihwal kerja sama Indonesia dengan Cina dalam agenda Indonesia - China Tourism and Investment Forum for 5 Key Super Priority Tourism Destinations di The Kaldera – Toba Nomadic Escape di Desa Sibisa Pardamaian, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Acara ini merupakan rangkaian peringatan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia - Cina. Pemerintah telah membebaskan lahan di Desa Sibisa di sisi Danau Toba, untuk pembangunan fasilitas wisata. Menurut Luhut, sejumlah pengusaha telah menyampaikan keinginan untuk membangun hotel di sana.
Wakil Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Cina, Zhang Xu sepakat terus bekerja sama untuk memulihkan perekonomian akibat pandemi Covid-19. "Saling mendorong ekonomi dan perdagangan kedua negara, terutama mendukung pariwisata," katanya.