TEMPO.CO, Yogyakarta - Salah satu daya tarik kunjungan wisatawan ke Yogyakarta salah satunya adalah tempat-tempat instagramable yang masih asri dan minim bangunan penduduk.
Tempat eksotik dengan pemandangannya itu biasanya bisa ditemukan di destinasi alam seperti pesisir selatan, hutan dan lereng pegunungan.
Namun sampai saat ini, ternyata masih cukup banyak lokasi destinasi favorit itu susah sinyal atau masuk area blank spot. Kalau tidak, biasanya lokasi itu hanya terjangkau layanan operator seluler tertentu saja.
Wisatawan yang ingin langsung mengunggah hasil fotonya ke media sosial pun harus menunggu mendapatkan sinyal atau keluar kawasan destinasi itu.
"Dari analisa kabupaten/kota di DIY masih ada 150 lebih titik blank spot khususnya kawasan pegunungan dan pantai selatan," ujar Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika DIY Rony Primanto Hari, Rabu, 25 November 2020.
Satu titik blankspot meliputi luasan 100-500 meter. Rony mengatakan blank spot itu sangat mempengaruhi aksesibilitas kawasan destinasi dan ekosistem yang ada di dalamnya.
Padahal, menurut Rony, di pantai selatan dan pegunungan Yogya itu kini sedang berkembang industri wisata. "Ratusan UMKM (usaha mikro kecil menengah) juga tumbuh pesat di destinasi pesisir dan pegunungan itu," ujarnya.
Untuk mengatasi persoalan itu, mulai 2020, Pemerintah DIY telah membangun infrastruktur jaringan atau backbone fiber optik dari ujung barat di Kabupaten Kulon Progo sampai ujung timur Kabupaten Gunungkidul. Juga ujung utara di Kabupaten Sleman sampai ujung selatan di Kabupaten Bantul.
Pembangunan backbone fiber optik itu ditargetkan rampung pada Desember mendatang sehingga bisa menjadi pendukung penyediaan aksesibilitas internet seperti WiFi gratis di berbagai destinasi serta pusat-pusat UMKM. "Sebagai tahap awal, Desember 2020 ini kami mulai membangun 60 titik wifi gratis di pusat destinasi dan UMKM sekaligus memberi pelatihan setahun para pelaku wisatanya," kata Rony.
Lalu mulai tahun depan, WiFi gratis itu secara bertahap diperluas untuk menutup semua titik blank spot yang tersebar di lereng pegunungan dan pantai. Sehingga wisatawan bisa enjoy kala membutuhkan layanan internet meski di daerah terpencil jauh dari perkotaan.
Rony mengatakan pihaknya juga telah menggandeng perbankan Pemerintah DIY, Bank BPD DIY, menyiapkan pelaku UMKM di berbagai destinasi agar siap memanfaatkan secara produktif layanan internet gratis yang dipersiapkan itu. Misalnya untuk melayani kebutuhan transaksi non tunai maupun pemasaran atau mengkombinasikan dalam paket wisata.
"Jadi WiFi gratis di seluruh pelosok DIY itu bisa bermanfaat bagi produktivitas masyarakat," kata Rony.
Direktur Utama Bank BPD DIY Santoso Rohmad saat dikonfirmasi menuturkan tren wisatawan yang menyambangi destinasi-destinasi Yogya sejak pandemi Covid-19 ini semakin banyak memanfaatkan layanan pembayaran non-tunai. "Transaksi digital (non-tunai) relatif sudah banyak dimanfaatkan di perkotaan, sekarang target kami perluas ke pinggiran, destinasi yang jauh di perkotaan," kata dia.
Misalnya akhir November ini, melalui layanan QUAT atau QRIS Ultimate Automated Transaction, pihaknya melibatkan 250 UMKM di Yogya untuk mempromosikan transaksi digitalnya.
QRIS atau Quick Response Code Indonesian Standard sendiri adalah standarisasi pembayaran menggunakan metode QR Code dari Bank Indonesia.
"Jadi UMKM yang memakai layanan itu pembukuannya realtime, dapat menerima pembayaran dari berbagai QRIS issuer, dan mendukung fitur pemberian tips dan refund (pengembalian)," kata Santoso.
Sedangkan untuk wisatawan, ujar dia, saat memakai layanan itu ketika berpergian tak perlu lagi bawa uang tunai dalam jumlah banyak. Karena berbagai pembayaran langsung didebet dari rekening nasabah, tidak perlu top up ke e-wallet, pembayaran ke semua merchant QRIS tanpa biaya transaksi.