TEMPO.CO, Jakarta - Qantas Airlines menerapkan kebijakan baru. Penumpang internasional yang ingin naik pesawatnha wajib telah suntik vaksin Covid-19. Saat ini, maskapai nasional Australia itu sedang mengubah syarat dan ketentuan mereka.
Alan Joyce, CEO Qantas, mengatakan langkah itu akan menjadi 'keharusan' begitu pembatasan di seluruh dunia mulai mereda. "Untuk penumpang domestik kita harus melihat apa yang terjadi dengan Covid-19 dan kondisi pasar. Tapi yang pasti untuk pengunjung internasional yang keluar dan orang-orang meninggalkan negara, kami pikir itu adalah suatu keharusan," ujarnya dilansir dari Metro.co.uk.
Joyce pun menyebut kondisi perdagangan saat ini adalah yang terburuk yang dialami maskapai dalam 100 tahun sejarahnya."Dampak Covid pada semua maskapai penerbangan sudah jelas, itu sangat menghancurkan," ujarnua.
Australia menutup perbatasan internasional mereka pada awal pandemi. Awal bulan ini pemerintah mewajibkan vaksinasi bagi siapa pun yang masuk atau kembali ke negara itu.
Kebijakan itu menyusul karena beberapa uji coba vaksin telah mengkonfirmasi hasil positif dalam beberapa minggu terakhir. Misalnya uji coba vaksin Covid-19 Universitas Oxford dan AstraZeneca yang disebut telah menunjukkan keefektifan 90 persen.
Vaksin Pfizer dan BioNTech, yang dikatakan 95 persen efektif, kini telah lolos sejumlah uji keamanan yang memungkinkannya memenuhi kriteria yang diperlukan untuk otorisasi darurat. Artinya, program tersebut dapat diluncurkan pada akhir tahun ini.
Perusahaan AS Moderna mengatakan kandidat vaksin mereka juga hampir 95 persen efektif dalam menghentikan orang tertular virus di semua kelompok umur.
Aturan baru Qantas telah memicu reaksi beragam di media sosial, dengan beberapa penumpang menyatakan bahwa mereka akan 'memboikot' maskapai tersebut.