TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah pelaku pelestari adat serta pemeliharaan dan pemanfaatan cagar budaya mendapat penghargaan khusus dari Raja Keraton yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Penghargaan itu diberikan kepada mereka yang telah memperjuangkan adat dan budaya sehingga identitas Yogyakarta sebagai kota budaya dan wisata selama ini masih terjaga.
Pelestari atau pelaku warisan budaya dan cagar budaya yang mendapatkan penghargaan itu antara lain pelestari Bangunan Indis Kantor Pos Besar, Bangunan Indis Jalan Malioboro, Bangunan Indis SD Marsudirini dan Gardu Listrik Jalan Abu Bakar Ali. Selanjutnya, pelestari dan perawat Bangunan Indis SMP Bopkri II Yogyakarta, Bangunan Indis DOWA Jl. Margo Utomo dan Rumah Indis Jalan Sultan Agung juga mendapat penghargaan serupa.
“Penghargaan ini memiliki nilai tersendiri yang menjadi legacy bagi generasi penerus budaya,” ujar Sultan.
Menurut Sultan, lingkungan budaya selalu menghadapi dilema antara mempertahankan warisan lama dan menciptakan bentuk baru yang mampu mewadahi kehidupan yang berkembang maju. "Namun keduanya harus dilihat sebagai tantangan yang menggugah inovasi dan kreativitas, agar kelak siap memasuki peradaban baru,” ujarnya.
Sultan berharap agar penghargaan tak hanya dimanfaatkan sebagai bentuk penyadaran akan arti pentingnya pelestarian budaya, yang dilanjutkan dengan pengembangan dan pemanfaatannya. “Kita harus selalu berusaha meningkatkan kualitas budaya dengan memberinya ruh baru, suntikan spirit baru, untuk menghidupkan Yogyakarta sebagai kota budaya dengan misi dan atribut kultural yang disandangnya,” kata dia.
Ia pun mengatakan bahwa anugerah ini tidak hanya diberikan kepada para seniman dan pemerhati budaya skala lokal. Penerima penghargaan dibuat semakin luas dan beragam.
Total ada 24 orang yang menerima penghargaan itu. Selain pelaku adat dan pelestari bangunan bersejarah, ada dari kalangan seniman dan budayawan yang telah bekerja bertahun-tahun.
Untuk kategori pelestari dan pelaku seni yang memperoleh penghargaan diantaranya ada sineas Garin Nugroho dan kelompok musik asal Yogyakarta, Shaggydog. Sedangkan dari kategori budayawan ada sosok peneliti Pangeran Diponegoro yang juga akademisi Universitas Oxford Inggris, Peter Carey.