TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 telah membuat sektor pariwisata Jawa Barat terpuruk sehingga menyebabkan 2.000 industri pariwisata dan ribuan pekerja pariwisata nelangsa. Dalam rangka membangkitkan kembali sektor itu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat berupaya mencari investor untuk mengembangkan puluhan destinasi wisata alam di Jabar.
"Keindahan alam yang memesona, hamparan kebun teh dan lanskap pantai, menjadi keunggulan destinasi wisata di Jabar. Selain itu, banyak destinasi wisata Jabar menyimpan sejarah peradaban," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Dedi Taufik Kurohman, Selasa, 17 November 2020.
Karena itu, menurut Dedi, keindahan alam dan sejarah yang tersimpan dapat dimaksimalkan dengan pengembangan dan pembangunan fasilitas untuk menarik wisatawan. "Dengan keindahan, destinasi wisata cukup dikembangkan dengan selfie economy (tempat swafoto) itu dapat menarik minat wisatawan," ujarnya.
Salah satu keindahan Jabar terlihat dari lahan-lahan PT Perkebunan Nusantara (PN) VIII yang berlokasi di Ciater.
Demi mengembangkan kawasan tersebut menjadi destinasi wisata di Jabar, PT Jasa dan Kepariwisataan Jabar (Perseroda) atau Jaswita dan PTPN VIII akan mengembangkan Ciater Agrotourism.
"Kalau pariwisata itu yang penting bikin orang senang. Saat pandemi, tren pariwisata alam. Kami melihat potensi yang besar. Apalagi PT PN punya potensi yang besar," kata Direktur Utama PT Jaswita Deni Nurdyana.
Sementara itu, Direktur PTPN VIII Mohammad Yudayat mengatakan pemandangan kebun teh yang mempesona dapat dioptimalkan dengan sejumlah pembangunan fasilitas. Dengan begitu, hamparan kebun teh akan memiliki nilai tambah dengan konsep agrowisata.
"Bisnis utama kami adalah komoditas, yaitu teh, sawit dan karet. Sekarang kami lihat ada kesempatan lain. Ada aset-aset kami yang optimalisasinya rendah, dan bisa kami kembangkan (menjadi destinasi wisata)," kata Yudayat.
PT PN VIII mengelola lahan ribuan hektare untuk berbagai komoditas dan sekitar 90 persen lahan PT PN VIII berada di Jabar. Mayoritas lahan yang dikelola PT PN VIII menyajikan keindahan alam dan menyimpan sejarah.
Yudayat mengatakan akan mengembangkan lahan di Ciater lewat kerja sama dengan berbagai skema. Tujuannya agar hamparan kebun di Ciater memiliki nilai ekonomi di sektor pariwisata tanpa mengubah fungsi lahan.
"Selain pemandangan, ada nilai sejarah di lahan PT PN. Kalau ada yang pernah ke Boscha, Boscha itu dimakamkan di lahan PT PN. Sejarahnya tinggi. Kami pernah mendapatkan wisatawan mancanegara ingin duduk santai sambil minum teh dan diceritakan sejarah kebun teh yang ada," kata Yudayat.