TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah anggota asosiasi biro perjalanan (ASITA) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta turut menyambut masa libur cuti bersama dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh 28 hingga 30 Oktober nanti.
Setelah sempat tak menjual paket wisata Yogyakarta selama berbulan-bulan akibat pandemi Covid-19, mulai Oktober ini para biro perjalanan itu turut mempersiapkan paket-paket ekonomis untuk rombongan kecil dan terbatas sebagai awal kebangkitan layanannya.
Harga ekonomis itu tentu saja mempertimbangkan berbagai situasi dan dampak dari pandemi yang belakangan turut mengubah prioritas belanja masyarakat.
“Untuk awalan, kami akan banyak memberikan harga hemat terhadap paket-paket yang dijual,” ujar Udi Sudiyanto, salah satu sesepuh yang juga mantan Ketua Asita DIY kepada Tempo, Selasa, 20 Oktober 2020.
Udi mencontohkan paket hemat yang ditawarkan berkisar dengan harga Rp 200 ribu saja per orang (minimal 4 orang). Harga paket itu sebelumnya dalam situasi normal seharga Rp 300 ribu lebih.
Dengan harga paket wisata Rp 200 ribu, kata Udi, wisatawan bisa mendapatkan tur satu hari dengan fasilitas transport dari Yogya ke Kopeng ditemani petani pendamping serta makan siang di rumah penduduk. Untuk transportasinya, wisatawan akan menggunakan sejenis minibus.
Saat di Kopeng, wisatawan diajak menelusuri ladang pertanian sekitar lereng Gunung Merbabu, belanja di pasar sayur, menyambangi kebun bunga Kopeng lalu makan siang.
Selain itu, dengan Rp 200 ribu minimal 4 pakwt itu, wisatawan bisa memilih rute perjalanan lain. Mereka bisa mengunjungi Hutan Pinus Pengger, Puncak Becici, Pantai Parangtritis atau ke pantai di Gunungkidul.
Beda lagi jika wisatawan menginginkan ada aktivitas gowes atau bersepeda. Udi menuturkan biro perjalanan juga menyediakan paket wisata sepeda itu dengan rute mengitari kawasan Candi Prambanan. Harga per paketnya sedikit lebih mahal, yakni Rp 250 ribu per orang (minimal 4 orang).
“Karena harus menyewa sepeda, jadi paket bersepeda agak lebih mahal,” ujar Udi.
Si masa pandemi Covid-19 ini, biro perjalanan di Yogya mulai menggeliat dengan fokus utama wisatawan domestik. Paket wisata yang digarap menyesuaikan dengan tren pasar di masa pandemi ini, yakni destinasi yang memuat unsur ekowisata di alam terbuka. "Namun kami juga mengembangkan ekowisata yang menggabungkan ekowisata itu dengan edukasi,” kata Udi.
Saat melakukan tur, disamping menikmati pemandangan indah lereng Merbabu, wisatawan juga dapat belajar pengetahuan dasar tentang pertanian. “Sasarannya adalah wisatawan yang ingin tahu tentang pertanian sebagai wawasan. Dengan kegiatan ini diharapkan wisatawan dapat memahami proses pertanian dan bisa menghargai jerih payah petani,” ujarnya.
Dari kegiatan ekowisata itu, ujar Udi, wisatawan akan diajarkan bagaimana mengolah tanah, menanam, memelihara tanaman dan memanennya. “Tentu kami memberikan edukasi dengan tanaman yang sesuai pada musimnya,” ujarnya.