TEMPO.CO, Jakarta - Jalan perbelanjaan populer bertema Jepang di provinsi Guangdong, Cina yang ditutup sejak awal liburan Golden Week, mengecewakan wisatawan. Penutupan itu juga menimbulkan spekulasi mengenai urusan hak cipta dan patriotisme.
Jalan sepanjang 100 meter di kota Foshan yang disebut Ichiban Street dengan cepat menjadi populer di kalangan anak muda Cina yang tidak dapat bepergian ke luar negeri karena pembatasan perjalanan akibat Covid-19. Tapi jalan tersebut sekarang telah ditutup dengan pita darurat dan barikade untuk mencegah pengunjung masuk.
Dua papan nama besar yang dipajang dengan kata Ichibangai - istilah yang digunakan untuk menggambarkan jalan perbelanjaan besar di Jepang - telah ditutup dengan kain abu-abu. Pengunjung sekarang disambut dengan tanda yang mengatakan jalan ditutup sementara untuk renovasi dan kantor persewaannya juga telah ditutup.
Saat berkunjung baru-baru ini, beberapa penjaga terlihat berpatroli di jalan, menghentikan pengunjung yang mencoba mengambil foto atau video dengan kamera profesional seperti dikutip dari South China Morning Post. "Kami tidak tahu kapan jalan akan dibuka untuk umum, dan jalan perlu diperbaiki dan diganti namanya tanpa 'Ichibangai'," kata salah satu penjaga.
Jalanan tersebut menjadi hit karena anak-anak muda dari kota-kota terdekat seperti Guangzhou, Zhongshan dan Zhuhai datang untuk melihat lentera dan tanda neon yang ditulis dalam bahasa Jepang. Ornamen-ornamen itu merujuk pada karakter anime Jepang seperti Astro Boy, Inuyasha dan Sailor Moon yang populer di Cina.
Ichiban Street di Cina yang mendadak populer. Twitter.com
Luo Aiping, pengacara Kantor Hukum Guangdong Lianyue, mengatakan tidak mengherankan melihat pihak berwenang setempat memiliki kepentingan pada jalan itu. “Pemerintah daerah sekarang semakin memerhatikan perlindungan hak kekayaan intelektual dan pengadilan lokal semakin cenderung mendukung pencipta untuk memulihkan kerugian mereka karena pelanggaran hak cipta,” kata dia.
“Boleh saja mengembangkan pusat perbelanjaan atau jalan dengan gaya jalanan Jepang, tetapi (pengembang) harus sangat berhati-hati untuk tidak meniru desain dari merek terkenal," kata Aiping lagi.
Tanda-tanda yang mengacu pada karakter anime Jepang seperti Astro Boy termasuk di antara yang dihapus. "Beberapa mengatakan itu karena masalah hak cipta, beberapa mengatakan itu tidak mempromosikan patriotisme," kata seorang pemilik toko, mengacu pada Hari Nasional pada 1 Oktober. "Saya tidak tahu, tapi saya hanya khawatir otoritas lokal akan menghapus semua elemen gaya Jepang".
Pemilik toko yang enggan disebutkan namanya mengatakan, lokasi yang dulunya sepi itu dimeriahkan oleh gambar-gambar neon dan anime. “Saya berharap operator jalan dapat membayar hak cipta yang diperlukan dan menjaga jalan tetap bertema Jepang. Jika tidak, semua investasi kami (di toko) akan sia-sia," ujarnya.
SCMP