Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tiga Kota di Dunia yang Paling Ramah untuk Pejalan Kaki

Reporter

image-gnews
Orang-orang berjalan di tepi sungai Seine setelah Prancis mulai secara bertahap mengakhiri lockdown nasional di Paris, Prancis, Ahad, 17 Mei 2020. Total korban jiwa akibat epidemi tersebut di Prancis bertambah menjadi 28.108 orang berdasarkan data kemarin. REUTERS/Gonzalo Fuentes
Orang-orang berjalan di tepi sungai Seine setelah Prancis mulai secara bertahap mengakhiri lockdown nasional di Paris, Prancis, Ahad, 17 Mei 2020. Total korban jiwa akibat epidemi tersebut di Prancis bertambah menjadi 28.108 orang berdasarkan data kemarin. REUTERS/Gonzalo Fuentes
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Para ahli merekomendasikan agar para perencana kota dan otoritas lokal harus meningkatkan akses bagi pejalan kaki di kota-kota untuk mengatasi kesehatan yang buruk dan ketidaksetaraan sosial setelah pandemi Covid-19.

Kota Paris, Bogota dan Hong Kong adalah kota yang termasuk ramah bagi para pejalan kaki di dunia menurut sebuah studi baru terhadap hampir 1.000 kota oleh lembaga nirlaba Institut Kebijakan Transportasi dan Pembangunan (ITDP) yang berbasis di New York.

Ibu kota Perancis, Paris unggul karena kota ini memiliki 85 persen kompleks perumahan yang terletak 1.000 meter dari sekolah dan klinik sehingga memudahkan orang untuk memilih berjalan kaki. Bogota di Kolombia juga memiliki masyarakat yang umumnya tinggal 100 meter dari taman atau tempat nongkrong. Sedangkan 85 persen wilayah di Hong Kong terbebas dari kendaraan sehingga memudajkan pejalan kaki.

Meningkatkan kebiasaan berjalan kaki sangat penting sekarang, karena masalah keselamatan telah menyebabkan penurunan tajam dalam penggunaan transportasi umum serta menimbulkan risiko lebih besar bagi penduduk yang rentan, kata Heather Thompson, kepala eksekutif ITDP.
"Covid-19 telah secara dramatis mengungkap ketidaksetaraan kami di setiap tingkat, termasuk pilihan untuk bepergian. Mereka yang memiliki skala pendapatan lebih tinggi cenderung memiliki akses ke lingkungan yang dapat dilalui dengan berjalan kaki dan transportasi, sementara mereka yang lebih rendah tidak memiliki keduanya," kata Thompson seperti dikutip dari Japan Today.

Thompson pun menyebut bahwa sangat penting untuk mengubah keseimbangan ruang di kota-kota dari mobil dengan berjalan kaki. "Banyak hal yang dapat kita peroleh - dari udara yang lebih bersih ke kesehatan yang lebih baik ke ekonomi lokal yang lebih kuat dan ikatan yang lebih dalam di dalam masyarakat," kata dia.

Selama pembatasan untuk menahan penularan Covid-18, penduduk di kota-kota di seluruh dunia turun ke jalan dan berolahraga di jalan yang ditutup untuk lalu lintas. Namun, karena pembatasan mereda, lalu lintas kembali meningkat. Semakin banyak mobil di jalan memperburuk kualitas udara, meningkatkan emisi beracun dan menimbulkan risiko lebih besar bagi pejalan kaki, menurut ITDP.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Studi ITDP memberi peringkat kota berdasarkan ukuran seperti kepadatan blok perkotaan, kedekatan penduduk dengan ruang terbuka bebas mobil dan akses mereka ke layanan perawatan kesehatan dan pendidikan. Kota-kota di Amerika Serikat mendapat skor rendah dalam hal kemampuan berjalan

"Kota yang ramah untuk pejalan kaki tidak terjadi secara kebetulan," kata D Taylor Reich, rekan peneliti di ITDP dan penulis utama laporan tersebut. "Para pembuat kebijakan pertama-tama harus memahami masalah yang disebabkan oleh perencanaan yang berorientasi pada mobil. Kemudian mereka dapat mengambil langkah-langkah spesifik: dari perencanaan pembangunan yang padat, berskala manusia, dan serba guna hingga melengkapi jalan dengan bangku, trotoar lebar, dan naungan."

ITDP menemukan bahwa lingkungan yang ramah untuk jalan kaki dikaitkan dengan kesehatan yang lebih baik bagi penduduk dan lebih sedikit korban jiwa di jalan raya. Ini juga meningkatkan bisnis lokal, mengurangi ketidaksetaraan sosial dan meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dan guncangan ekonomi.

JAPAN TODAY

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

6 hari lalu

Sejumlah warga berjalan saat hujan di Jakarta, Jumat 15 Maret 2024. BPBD DKI Jakarta menyampaikan potensi hujan dengan intensitas sedang dan lebat disertai kilat atau angin kencang, dimana kondisi tersebut dipicu aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) serta fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial yang masih terpantau dan diprediksi aktif di wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

Jakarta diprediksi hujan sejak siang, Jumat. 19 April 2024. BMKG memprediksi hujan petir turun di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.


Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

8 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

Berdasarkan pantauan pada pukul 05.35 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 151.


Manfaat Baik Jalan Cepat 11 Menit Setiap Hari, Kurangi Stres Hingga Kontrol Tekanan Darah

35 hari lalu

Ilustrasi wanita jalan kaki. Freepik.com/Yanalya
Manfaat Baik Jalan Cepat 11 Menit Setiap Hari, Kurangi Stres Hingga Kontrol Tekanan Darah

Sebuah studi dari British Journal of Sports Medicine menyebutkan satu dari sepuluh kematian dini dapat dicegah dengan jalan cepat selama 11 menit.


Indonesia Negara Paling Berpolusi di Asia Tenggara pada 2023 Versi IQAir , Bagaimana Kualitas Udara di Jakarta?

35 hari lalu

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Indonesia Negara Paling Berpolusi di Asia Tenggara pada 2023 Versi IQAir , Bagaimana Kualitas Udara di Jakarta?

Laporan tahunan IQAir menunjukkan rapor merah kualitas udara di Indonesia, khususnya di Jakarta dan sekitarnya. Polusi udara meningkat pada 2023.


Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

36 hari lalu

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

Laporan IQAir memaparkan hanya tujuh negara yang kualitas udaranya memenuhi standar WHO.


BMKG Perkirakan Langit Jakarta Masih Cerah Hari Ini, Suhu Berkisar 23-32 Derajat Celcius

36 hari lalu

Kondisi langit di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin, 25 September 2023.  Angka ini masuk dalam kategori tidak sehat, dengan polusi udara yang disebabkan oleh PM 2,5 dengan konsentrasi sebesar 47 mikrogram per meter kubik. TEMPO/Subekti.
BMKG Perkirakan Langit Jakarta Masih Cerah Hari Ini, Suhu Berkisar 23-32 Derajat Celcius

Langit Jakarta diperkirakan masih cerah pada hari ini Rabu, 20 Maret 2024. Hujan diperkirakan baru turun di sebagian kecil wilayahpada dinihari esok.


Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

41 hari lalu

Alat pemantau polusi udara Birulangit yang dipasang di Telkom University Bandung. Dok. Tel-U
Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)


Kualitas Udara Jakarta Masuk Urutan 10 Terburuk di Dunia pada Awal Libur Panjang Nyepi

44 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Kualitas Udara Jakarta Masuk Urutan 10 Terburuk di Dunia pada Awal Libur Panjang Nyepi

Udara Jakarta memburuk menjelang libur panjang akhir pekan. Merujuk data IQAir, kualitas udara Jakarta terburuk ke-10 dari kota besar di dunia.


Kualitas Udara Buruk Berkolerasi dengan Peningkatan Kasus Bunuh Diri

54 hari lalu

Warga melihat suasana kota diselimuti kabut asap di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Rabu 4 Oktober 2023. Berdasarkan data dari aplikasi ISPUnet Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kualitas udara di kota itu masuk kategori berbahaya dengan nilai indeks 317 pada Selasa 4 Oktober pukul 16.00 WIB. ANTARA FOTO/Auliya Rahman
Kualitas Udara Buruk Berkolerasi dengan Peningkatan Kasus Bunuh Diri

Nenek-nenek berpotensi melakukan bunuh lebih besar saat menghadapi kualitas udara yang memburuk.


Studi: Semakin Tinggi Kap Mesin Mobil, Semakin Bahaya Bagi Pejalan Kaki

29 Januari 2024

Ilustrasi Pejalan kaki. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Studi: Semakin Tinggi Kap Mesin Mobil, Semakin Bahaya Bagi Pejalan Kaki

Sebuah jurnal mengungkapkan korelasi kuat antara ketinggian kap mesin mobil dan kemungkinan pejalan kaki yang tertabrak mengalami cedera fatal.