Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Covid-19 Masih Tinggi, Keraton Yogya Tiadakan Rangkaian Tradisi Sambut Sekaten

image-gnews
Wisatawan tengah mengabadikan para pemain karawitan di sela pembukaan pameran Sekaten di Keraton Yogyakarta, Jumat (1/11). TEMPO/Pribadi Wicaksono
Wisatawan tengah mengabadikan para pemain karawitan di sela pembukaan pameran Sekaten di Keraton Yogyakarta, Jumat (1/11). TEMPO/Pribadi Wicaksono
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Tingginya kasus baru penularan Covid-19 di Yogyakarta membuat pemerintah setempat memperpanjang masa tanggap darurat wabah itu. Keraton Yogyakarta pun sampai saat ini masih belum menggelar lagi berbagai perayaan tradisinya secara terbuka untuk warga dan wisatawan, termasuk sejumlah rangkaian tradisi yang mengiringi perayaan Sekaten yang berlangsung 22-29 Oktober Tahun Jimakir 1954/2020.

"Untuk rangkaian kegiatan Hajad Dalem (perayaan/selamatan oleh raja Keraton) berupa Miyos Gangsa, Kondur Gangsa, dan Garebeg Mulud ditiadakan," ujar Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura atau Sekjen Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Condrokirono, Ahad, 11 Oktober 2020.

Peniadaan seluruh kegiatan itu demi menjaga kondusivitas di masa tanggap darurat Covid-19 DIY dan menaati anjuran pemerintah.

Miyos Gangsa merupakan rangkaian pengawal Sekaten yang digelar sebagai tradisi menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Prosesi itu ditandai dengan keluarnya sepasang gamelan pusaka Keraton, gamelan Sekati, yakni Kanjeng Kiai Naga Wilaga dan Kanjeng Kiai Guntur Madu untuk dibawa ke Masjid Gedhe Kauman.

Selama tujuh hari berturut, dua gamelan pusaka itu akan ditempatkan di Pagongan Lor dan Kidul Masjid Gedhe Kauman untuk dimainkan sebelum akhirnya dibawa masuk kembali untuk disimpan sebagai bagian pusaka Keraton.

Prosesi pengembalian gamelan pusaka itu dari Masjid Kauman ke Keraton sendiri disebut tradisi Kondur Gangsa. Sebelum prosesi Kondur Gangsa dimulai ini biasanya Raja Keraton Yogya Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X akan hadir untuk prosesi tradisi Nyebar Udhik-Udhik di Pagongan Lor dan Kidul Masjid Gedhe Kauman.

Udhik-Udhik itu biasanya berisi beras, bunga dan uang logam sebagai simbolisasi upaya seorang pemimpin untuk selalu berusaha menyejahterakan rakyatnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ribuan wisatawan biasanya memadati prosesi arak-arakan gamelan pusaka itu di area Alun-Alun Utara, baik saat gamelan dikeluarkan maupun saat dibawa masuk kembali ke Keraton yang dikawal ratusan abdi dalem dan prajurit keraton itu.

Lalu puncak rangkaian Sekaten itu tak lain Garebeg Mulud yang digelar sebagai peringatan hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW yang jatuh tepat pada 12 Rabiulawal.

Dalam tradisi Garebeg itu, para prajurit keraton akan mengawal keluarnya gunungan dari dalam keraton yang kemudian dikirab menuju ke Masjid Gedhe Kauman.

Setelah Gunungan selesai didoakan oleh Kyai Penghulu Keraton maka warga dan wisatawan berama-ramai berebut ubo rampe (makanan sesaji) yang dipercaya mendatangkan berkah.

Gusti Condrokirono menuturkan meski tradisi kali ini ditiadakan secara terbuka, keraton tetap melakukan penyesuaian prosesi rangkaian tradisi itu dengan cara membagikan gunungan secara simbolis dan terbatas bagi abdi dalem. "Pembagian gunungan secara terbatas itu tidak mengurangi esensi dan filosofi Garebeg itu sebagai bentuk konsistensi pelestarian budaya," ujarnya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

2 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

4 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

13 hari lalu

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebar udik-udik bagian dari acara Kondur Gongso di Masjid Agung Gedhe, Yogyakarta, (23/1). Upacara Kondur Gongso merupakan upacara dalam menyambut Maulud Nabi. TEMPO/Subekti
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

34 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

35 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

35 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.


Ramadan di Masjid Jogokariyan, Ini Profil Masjid yang dikenal Melalui KRJ

37 hari lalu

Masjid Jogokariyan Yogyakarta menyediakan ribuan porsi menu buka gratis setiap hari selama Ramadan. TEMPO | Pribadi Wicaksono.
Ramadan di Masjid Jogokariyan, Ini Profil Masjid yang dikenal Melalui KRJ

Bagaimana sejarah dan proses pembangunan Masjid Jogokariyan yang populer ini? Apa pula KRJ yang diadakan setiap Ramadan?


Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

49 hari lalu

Tradisi Ngapem Ruwahan digelar warga di Yogya sambut Ramadan. (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.


Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

12 Februari 2024

Serah terima uborampe atau sesaji mengawali Tradisi Labuhan Merapi di Kecamatan Cangkringan Sleman Minggu (11/2). Dok. Istimewa
Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

Upacara adat yang digelar Keraton Yogyakarta ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan alam


Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

11 Februari 2024

Wisatawan berkunjung di kawasan Taman Sari, Yogyakarta, Minggu 25 Desember 2022. Kawasan Taman Sari yang dulunya sebagai tempat peristirahatan bagi Raja Keraton Yogyakarta tersebut ramai dikunjungi wisatawan saat libur Natal 2022. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyasyah
Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

Dua abad lalu, Keraton Yogyakarta pernah dijarah tentara Inggris, tapi keraton tidak hancur dan mash bertahan sampai saat ini.