TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 berdampak pada sektor pariwisata. Salah satunya dirasakan oleh pengusaha kapal pesiar di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB).
Sektor usaha tersebut bahkan mengalami penurunan pemasukan tajam hingga 95 persen.
"Jika dipresentasekan, penurunan hingga 95 persen, sisa lima persen untuk menutupi operasional saja itu belum cukup," kata salah satu pengusaha kapal pesiar Adi Haliem, Jumat, 2 Oktober 2020.
Menurut Adi, penurunan tersebut akibat tidak adanya wisatawan yang berkunjung atau berlibur menggunakan kapal pesiar di masa pandemi. Selama ini, Adi mengatakan mayoritas pelanggannya adalah wisatawan mancanegara yang kerap menyewa kapal pesiar untuk berkunjung dan berwisata dari Lombok hingga ke Pulau Komodo.
"Range-nya kalau di-rupiah-kan sekali perjalanan wisata itu adalah Rp 40 juta per orang, namun yang sudah memesan-pun pada akhirnya harus ditunda karena banyak pembatasan," ujar Adi.
Akibat menurunnya pemasukan, Adi terpaksa harus melakukan efisiensi seperti pemangkasan karyawan dan penutupan sejumlah titik bisnis usaha.
Tertekannya usaha kapal pesiar akibat pandemi juga membuat ribuan WNI yang menjadi anak buah kapal dipulangkan. Banyak pengelola kapal pesiar yang menghentikan sementara usahanya karena pembatasan izin di berbagai negara.
