TEMPO.CO, Jayapura - Badan Arkeologi Papua menemukan ukiran motif putri duyung pada tiang rumah adat Suku Sentani yang disebut rumah obhee di Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura. Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan ukiran putri duyung itu berwarna hitam dan putih.
"Gambarannya berupa perempuan berambut panjang tergerai, sedangkan bagian bawah berupa ikan berekor," kata Hari Suroto dalam keterangan tertulis kepada Tempo, Minggu 27 September 2020. Dalam cerita rakyat, menurut Hari Suroto, putri duyung digambarkan sebagai makhluk yang hidup di lautan.
Adapun secara ilmiah, Hari Suroto menjelaskan, duyung disebut dugong dugon. Dugong bukan sejenis ikan, melainkan hewan mamalia laut pemakan tumbuhan lamun. Padang lamun banyak ditemukan di teluk-teluk perairan Pasifik selatan.
Ukiran ikan hiu gergaji pada tiang rumah obhee. Foto: Istimewa
Hari Surotom melanjutkan, putri duyung identik dengan mitos dalam budaya masyarakat pantai. Keberadaan motif putri duyung di rumah obhee membuktikan bahwa kehidupan masyarakat Danau Sentani tidak bisa dilepaskan dari laut. Hal ini dibuktikan dengan temuan arkeologi berupa cangkang moluska laut Verenidae dan Arcidae di situs prasejarah Yomokho, Kampung Dondai.
Tokoh masyarakat Kampung Dondai, Daud Wally mengatakan cerita rakyat yang dipercaya oleh masyarakat Sentani bagian barat adalah ada leluhur mereka yang berasal dari wilayah matahari terbit atau Pasifik. "Ukiran putri duyung ini berfungsi sebagai pengingat bahwa leluhur masyarakat Sentani berasal dari Pasifik di sebelah timur Sentani," katanya. "Saat ini putri duyung telah menjadi lambang marga di Danau Sentani bagian barat."
Moncong ikan hiu gergaji danau sentani koleksi Museum Negeri Provinsi Papua. Foto: Istimewa
Selain menemukan ukiran putri duyung, Hari Suroto mengatakan, penelitian di Kampung Dondai juga menemukan ukiran ikan hiu gergaji pada tiang rumah obhee. Pada masa lalu, sebelum manusia bermukim di sekitar Danau Sentani, danau itu adalah laut yang menjadi habitat berbagai fauna, termasuk ikan hiu gergaji.
Proses geologi kemudian membuat Laut Sentani menjadi sebuah danau air tawar. Ikan hiu gergaji kemudian beradaptasi dengan lingkungan baru. Menurut catatan Badan Arkeologi Papua, ikan hiu gergaji terakhir ditangkap di Danau Sentani pada tahun 1970-an.
"Ikan hiu gergaji menjadi sumber inspirasi seni oleh manusia prasejarah hingga seni Sentani masa kini," kata Hari Suroto. Motif ikan hiu gergaji digoreskankan pada bongkahan batu Situs Megalitik Tutari. Motif ikan hiu gergaji juga diukirkan pada tiang rumah obhee dan digambarkan dalam lukisan kulit kayu Asei.
Motif ikan hiu gergaji tergambar dalam lukisan kulit kayu Asei Sentani. Foto: Istimewa