TEMPO.CO, Jakarta - Platform pemesanan daring hotel, RedDoorz menghimpun data tentang tren perjalanan domestik selama masa pandemi virus corona (Covid-19). Menurut hasil riset kuantitatif pelanggan RedDoorz, pelancong domestik telah merencanakan perjalanan setelah berakhir masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang berlanjut pada masa adaptasi kebiasaan baru.
"Turis domestik itu meningkat (perjalanan) akhir Mei hingga sekarang," kata Country Marketing Director RedDoorz Indonesia Sandy Maulana, katanya saat konferensi video jumpa media, pada Selasa, 8 September 2020.
Dari 254 jawaban responden, persepsi bepergian setelah masa pandemi adalah 86,2 persen. Sedangkan, 13,8 persen menjawab tidak memungkinkan.
Responden yang menjawab tidak memungkinkan bepergian setelah pandemi berjumlah 74,3 persen. Mereka beralasan, situasi masih berisiko tinggi untuk melakukan perjalanan. Adapun 17,1 persen responden beralasan ingin menunggu hingga kehidupan benar-benar berjalan normal. Sedangkan 8,6 persen menunggu situasi keuangan pribadi membaik.
Responden yang menjawab memungkinkan melakukan perjalanan setelah pandemi, 39,7 persen, menjadikan traveling sebagai hobi. Kemudian, 23,7 persen menjawab traveling adalah bagian dari pekerjaan. Responden yang menjawab sudah memiliki acara penting, sehingga beralasan memungkinkan bepergian 18,3 persen. Adapun 15,2 persen ingin bepergian untuk kebutuhan staycation.
Responden menyampaikan alasan untuk memesan hotel setelah pandemi adalah 55,1 persen mencari suasana hiburan baru. Sedangkan, 23,3 persen ingin melakukan perjalanan bisnis. Adapun 13 persen ingin memesan hotel untuk staycation.
"Ada kebutuhan (bepergian) liburan atau business traveler (pelancong bisnis)," ucap Sandy.
Ia menambahkan, pelancong yang ingin merencanakan bepergian itu beragam. "Ada yang (pemesanan akomodasi) untuk nanti tiga bulan atau enam bulan ke depan," katanya.
Minat pencarian hotel pun mempertimbangkan jarak yang terjangkau. Menurut Sandy, hal itu berkaitan dengan lokasi akomodasi bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi. Kemudian, pertimbangan sanitasi penginapan. "Mereka mencari standardisasi yang terjaga kebersihan," ujarnya.