TEMPO.CO, Jakarta - Setiap negara memiliki makanan yang unik dan cukup digemari di wilayah tersebut. Tapi, makanan itu juga kerap tak disukai oleh warga dari negeri lain. Untuk mengabadikan keunikan terhadap selera makanan, di Swedia didirikan Disgusting Food Museum yang terletak di Malmo, Swedia.
Dinukil dari ANTARA, museum tersebut menyimpan koleksi makanan yang lazim di suatu negara, tapi dianggap menjijikkan di tempat lain. Koleksi Disgusting Food Museum mencapai 80 makanan yang dianggap paling menjijikkan di dunia.
Uniknya lagi, makanan-makanan itu bisa diendus, bahkan dicicip oleh pengunjung yang bersedia menantang diri sendiri. Dari sekian banyak makanan yang dihadirkan di museum itu, salah satunya sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia, yakni buah durian.
Buah berduri yang aromanya tajam namun punya daging legit ini memang membuat orang terpecah jadi dua kubu, antara suka dan benci. Durian mendapat tempat di Disgusting Food Museum bersama makanan lain seperti makanan tradisional Swedia, Surstromming alias ikan haring yang difermentasi.
Ikan haring yang diasinkan itu dikemas dalam kaleng, yang ketika dibuka aroma busuk keluar dari tubuh ikan. Biasanya, orang-orang Swedia memakannya dengan roti tawar sebagai sandwich. Selain ikan fermentasi, terdapat cuy, makanan asal peru itu adalah marmut panggang.
Baca Juga:
Penyuka keju bisa melihat casu marzu, keju dari Sardinia. Keju ini mengalami pembusukan hingga menjadi rumah bagi larva lalat keju. Ada pula tahu bau (stinky tofu) dari Cina, hidangan hiu dari Islandia bernama Hakarl, yang punya aroma menyengat hasil fermentasi.
Awal bulan ini, museum ini punya pameran sementara berisi alkohol menjijikkan dari banyak tempat di dunia, termasuk arak Korea yang terbuat dari tinja.
Dinukil dari iNews, setiap pengunjung yang masuk disediakan kantong untuk muntah sebagai pengganti tiket. Yang membuat pengunjung tersenyum bahkan tercengang adalah tulisan "Lima hari sejak muntahan terakhir". Kalimat itu tertulis di sebuah papan tulis, dan di bawahnya tertulis jumlah total kantong untuk muntah, sejak museum dibuka pada 2018.
Pengunjung paling sensitif adalah jurnalis Belgia yang muntah 10 kali, “Saya akan menyerah setelah mungkin muntah tiga kali,” kata Andreas Ahrens, direktur museum.
Menurut Ahrens, ada pesan serius di balik kekotoran itu. Rasa jijik adalah emosi yang diperlukan, "Tanpanya, nenek moyang kita akan makan makanan busuk dan mati. Tetapi lebih dari perasaan lainnya, ini dikondisikan secara budaya," ujarnya.
Menurutnya, setiap orang mengalami rasa jijik yang bergantung terhadap anggapan umum atau lingkungan di sekitar. Banyak orang Asia Timur, misalnya, menganggap keju yang kuat itu mengerikan. Seorang turis Cina mencicipi keju Denmark yang disebut Gamle Oles Farfar (Kakek Ole Tua) "Dan tidak dapat berbicara selama beberapa menit", kenang Ahrens.
Balut hidangan khas Filipina berupa telur bebek yang embrionya hampir menjadi anak bebek. Biasanya dimakan untuk teman minum arak. Foto: @disgustingfoodmuseum
Terkadang gagasan tentang hidangan lebih menjijikkan daripada kenyataan. Banyak orang asing yang mundur dari balut, makanan ringan dari Filipina yang terdiri dari telur bebek dengan embrio yang sudah tumbuh sebagian di dalamnya. Ini bukan karena mereka tidak menyukai rasa telur atau bebek yang belum menetas - mereka hanya benci memikirkannya.
ANTARA | iNEWS