TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia belum membuka gerbang perbatasan dengan skema travel bubble -- atau koridor wisata -- yang memungkinkan wisatawan mancanegara, bisa mengunjungi Indonesia.
“Travel bubble ini harus hati-hati. Yang penting harus kami pastikan dulu bahwa program protokol kesehatan dapat terlaksana,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio.
Wishnutama menjelaskan, untuk membuka pintu bagi wisatawan mancanegara, sangat ditentukan keberhasilan pemerintah dalam menggalakkan protokol kesehatan. Dengan begitu, kepercayaan wisawatan untuk datang ke Indonesia kembali pulih.
Wacana travel bubble mengemuka setelah pemerintah melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Travel bubble adalah pembukaan zona batas lintas negara yang memungkinkan warganya bepergian asal tidak melampaui area yang sudah ditetapkan.
Wishnutama menyebut, konsep travel bubble dibatasi oleh destinasi. Artinya, turis hanya dapat menyambangi destinasi tertentu di kota-kota yang sudah ditentukan. Awalnya, Indonesia ingin membuka travel bubble dengan Cina, Korea Selatan, Jepang, dan Australia pada Juli.
Namun rencana tersebut mundur. Menurut Wishnutama, sejumlah negara masih berpikir ulang untuk membuka pintu wisata dan menjalin kepesepakatan satu sama lain. Bahkan, kata dia, Australia sebagai penggagas utama strategi ini pun belum kunjung merealisasikannya.
“In reality, travel bubble di Australia pun belum berjalan. Jadi memang tidak bisa ujug-ujug dibuka. Nanti malah urusannya, mundurnya pariwisata lebih jauh lagi,” ucapnya.
Untuk membuka gerbang kunjungan wisatawan mancanegara, Wishnutama mengatakan Indonesia akan melaksanakan tiga tahapan. Tahap pertama, gerbang dibuka untuk kepentingan business essential lebih dulu. Hal ini sudah terlaksana dengan Korea Selatan dan Uni Emirate Arab. Satu lainnya, yaitu Cina, masih dalam proses persiapan kerja sama.
Kemudian tahap kedua adalah bisnis umum dan tahap ketiga barulah untuk keperluan wisata. Sembari menunggu pintu wisatawan asing dibuka, Wishnutama mengatakan Indonesia bakal mengandalkan kunjungan wisatawan domestik. “Yang akan kami kencangkan adalah turis domestik untuk meng-cover kehilangan (wisatawan asing),” ucapnya.
Menparekraf Wishnutama mengecek kesiapan hotel dalam menerapkan protokol kesehatan. Dok. Kemenparekraf
Kunjungan wisatawan asing ke Indonesia hingga akhir 2020 diprediksi bakal anjlok 12 juta orang dibandingkan tahun lalu. Sampai pengujung tahun ini, jumlah turis mancanegara diperkirakan hanya 5 juta, sedangkan tahun lalu mencapai 17 juta orang.
Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan pariwisata dalam negeri mengalami penurunan hingga 60 persen. Bila pemulihannya berjalan lebih lambat, dampak penurunannya dapat lebih tajam, yakni mencapai 80 persen.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA