TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa mengatakan pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus mendapat perlakuan spesial sebagaimana destinasi wisata di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur atau NTT dan Nusa Dua, Bali.
"Jika ada yang membandingkan pariwisata di Belitung dengan 'mass tourism' seperti di Borobudur, itu salah," kata Suharso Monoarfa saat berkunjung ke Sijuk, Belitung, Kamis 3 September 2020. "Tapi jika membandingkan Belitung dengan destinasi wisata Labuan Bajo dan Nusa Dua Bali, maka ada kemiripan dan sejajar."
Destinasi wisata di Belitung; Labuan Bajo, NTT; dan Nusa Dua, Bali, menurut dia, cocok untuk aktivitas wisata di masa pandemi Covid-19. Musababnya, tipe berwisata di tiga tempat ini mengandalkan quality tourism atau tidak banyak orang dan tetap berkelas untuk kalangan menengah ke atas.
Gugusan kepulauan di Belitung memiliki potensi besar wisata bahari. Dok. Kemenparekraf
Suharso Monoarfa menyarankan pemerintah Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menerapkan pariwisata berbasis kualitas karena daerah itu memiliki potensi alam yang tidak ada di daerah lain. "Masa depan pariwisata bukan lagi dalam bentuk mass tourism, kecuali vaksin Covid-19 benar-benar bisa diandalkan," katany.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Suharso Monoarfa melanjutkan, memiliki keunikan alam yang luar biasa dan tidak dimiliki oleh destinasi wisata lainnya. Di antaranya terdapat batu-batu di laut dan geopark yang tidak semua negara punya. "Ini adalah kekuatan yang luar biasa dan harus terus dieksplorasi," ujarnya.
Wisatawan mendayuh perahu ketika menikmati pesona pantai Tanjung Tinggi, Belitung, (23/9). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Suharso Monoarfa menganggap kondisi atraksi dan amenitas pariwisata di Belitung sudah cukup baik. Buktinya, sudah banyak hotel berbintang dan fasilitas wisata yang memadai. "Dari studi Bappenas, kami memprediksi Belitung akan mengalami 'serbuan' wisatawan. Kondisi ini harus dipersiapkan dengan teliti dan cermat," ujarnya.